Gulita

2K 337 23
                                    


>  Song: Yerin Baek - Here I Am Again
 


"Itachi-kun, lulus duluan ya.."

"Iya, sayang banget...."

"Serbuk berlian lulus, terus kita ngehalu-in siapa?"

"Duh, butuh asupan,"

Kabar bahwa Itachi lulus Akademi setelah satu tahun memasukinya menyebar dengan cepat. Para gadis penggosip menyayangkan hal itu, sementara para jantan bersorak kegirangan karena kesempatan mereka untuk mendekati para gadis semakin meningkat.

(Name) menggembungkan pipinya, sedikit kesal karena semuanya membicarakan Itachi. Seperti tak ada obrolan lain yang lebih menarik, contohnya wajah Kakashi-san atau kabar bahwa Hokage ketiga kemarin pergi ke bar dan berselingkuh. 

Kemudian ia menyenderkan bahunya ke samping jendela, mengingat obrolannya dengan Hokage ketiga kemarin.

"Kau tidak mau langsung lulus Akademi?"

(Name) menggeleng pelan.

"Katakan alasanmu,"

"Aku masih ingin berperilaku sebagai anak kecil, lagipula, itu membutuhkan persetujuan orang tua, aku tidak memilikinya,"

"Kau tidak perlu persetujuan orang tua, jika kau mau, kau bisa langsung lulus ,"

"Juga kau sangat berpotensial, kuharap kau bisa memikirkannya,"

Lulus Akademi... eh

Orang tua (Name) meninggal dalam Tragedi Kyuubi, meninggalkannya dengan Shisui dan neneknya. Ia masih mengingat wajah mereka. Tersenyum. Menyuruhnya untuk pergi ketempat teraman. Setelah itu kepalanya diusap penuh sayang. Mereka berjanji akan segera menyusul.

Mereka berjanji...

Mereka berjanji...

Mereka... berjanji...?

(Name) menggelengkan kepalanya. Selalu begini jika Shisui tidak ada. Dadanya seolah merapat, tidak menyisakan ruangan baginya untuk bernafas. Selalu memikirkan yang tidak perlu, yang sudah tiada dan teori-teori lainnya. 

Ia membangkitkan Sharingan di usianya yang kelima.

Hatinya kosong, bayangan Kyuubi menyerang Konoha terus menganggu tidur malamnya. Mengganggu acara makan malamnya dengan nenek dan Shisui, terkadang ia bangun dengan mata yang sembab. Siklus itu terus berulang selama 1 bulan. Begitu ia bagun pagi di bulan berikutnya, ia merasa cukup.

(Name) pergi ke jurang Sungai Naka. 

Ia menutup matanya, tubuhnya condong ke depan. Membuat gaya untuk mendorongnya jatuh. Namun ia merasa tangannya ditarik, dan dibawa ke sebuah pelukan. Wangi tubuhnya familier, warna bajunya hitam. Pelukannya terasa sangat erat. 

"Kumohon... hentikan..."

Shi...sui..?

"Aku sudah kehilangan banyak orang di hidupku, aku tidak ingin kau menghilang juga,"

Bahunya terasa basah. Shisui mendekapnya lebih erat. 

"Kau... sejak kapan..?"

"Sejak awal, sejak kau lahir aku selalu memperhatikanmu," 

Ah, sekarang ia mengingatnya. 

Saat orang tuanya pergi untuk menjalani misi, Shisui selalu menemaninya bermain. Bermain boneka-bonekaan, masak, bahkan Miss Universe. Shisui selalu meladeninya, walaupun hasil make-up nya berantakan, walau rambutnya dijambak, walau bajunya akan basah karena air mata dan ingus. 

Dan pada akhirnya, (Name) akan melupakan kepergian orang tuanya dan tertawa lebar. 

Sekarang ia menyadarinya.

Kenapa ia melupakannya?

(Name) membalas pelukan Shisui tak kalah erat. Tubuhnya gemetar, air matanya kembali membasahi baju sepupu hebat didepannya. Meraung-raung, mengekpresikan rasa sakit yang dirasakannya selama sebulan ini. 

Shisui menepuk kepalanya pelan, meskipun masih mengeluarkan air mata sepupunya, ah tidak, kakaknya masih menenangkannya

Padahal ia juga menangis... 

Perlahan, tangisannya mereda. Dan mereka masih berada diposisi itu. Hangat, nyaman. Menjadi tempat pengaduan segala rasa sakit. Tanpa membicarakannya.

"(Name), kau ngelap ingus tadi?" 

Tanpa mereka ketahui, seorang Uchiha kecil juga sedang dalam perjalanan menuju tempat sakral mereka berdua.


s t a r t • I'UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang