Sinar

1.9K 319 20
                                    


Hari semakin gelap, Tuan Mentari sudah berada diujung shift, saatnya Nona Rembulan yang menemani gadis bermarga Uchiha yang sedang melepaslandaskan dua shuriken dari kedua tangannya, menghasilkan gesekan di udara dan akhirnya menancap tepat di titik tengah target. 

(Name) terengah-engah, tubuhnya yang penuh debu dan kotoran terjatuh ke belakang. Terlihat banyak luka gores di telapak tangannya. Ia terjatuh dan melihat keatas langit, baru menyadari kalau gelapnya malam sudah menelan cahaya yang tadi berada diatas kepalanya. 

Ia menarik nafas panjang sehingga paru-parunya dipenuhi oleh oksigen yang siap ditukar dengan karbondioksida, melemaskan seluruh otot tubuhnya. Kedua kelopak mata itu tertutup, mulai membayangkan nirwana akan kelezatan makan malam hari ini. 

Setelah merasa mengumpulkan cukup tekad untuk pulang, ia membuka mata, memperlihatkan two-tomoe sharingan berwarna ruby terang. 

Yang langsung beradu dengan iris black onyx di depannya.

"UWAH!"

(Name) beranjak bangun karena terkejut, namun gagal. Kepalanya menyentuh kepala sang pelaku utama pembuat kaget yang dimana dahi si pelaku dilindungi hitai-ate. (Name) mengaduh keras dan memegangi dahinya sendiri, kembali jatuh kedalam lautan rerumputan. 

Si pelaku sendiri hanya melebarkan irisnya dan memekik pelan karena terkejut, tidak mendapatkan damage yang berarti. 

"Itachi! Duh astaga! Aku sangat terkejut, aku lupa kau mempunyai kebiasaan buruk,"

Itachi masih dengan irisnya yang terbelalak berkata,

"Kau tidak pernah bilang kalau punya Sharingan," 

(Name) masih mengaduh kecil, mengingat yang ditubruk kepalanya adalah sebuah hitai-ate. Bisa jadi dahinya akan berdarah setelah ini. 

"Kau kan tidak bertanya, aah mungkin ini akan berbekas,"

Dahi Itachi berkerut, "Maaf, sebegitu sakitnya kah?" 

"Sudahlah, toh sudah terjadi," 

(Name) beranjak duduk, disampingnya itachi duduk dengan posisi seiza, persis orang-orang keturunan bangsawan. 

'Itachi kalau menikahiku mungkin bukan menjadi suami, melainkan istri' 

"Huh?" 

'EH KELEPASAN'

"A-ah itu bukan apa-apa,"

(Name) tertawa kikuk, sedikit malu karena pikiran nistanya bisa melewati pertahanan kuat bibir miliknya. Itachi bersyukur karena ini sudah malam, jadi lawan bicaranya tidak bisa melihat pipi dan telinga yang bersemburat merah muda.

"Daripada itu, bagaimana misimu kali ini?"

Itachi sekali lagi bersyukur karena topiknya telah diganti. 

"Semua baik-baik saja, tidak ada yang terluka, meskipun ada yang hampir mati karena terjun bebas ke jurang,"

"H-hah?"

Anak laki-laki itu tertawa kecil, reaksi teman dihadapannya memang tak ada duanya. Semburat merah muda masih betah menciumi pipinya, bersinkronasi dengan detak jantungnya yang stabil namun cepat, cepat sekali seakan dikejar maut. 

Itachi menyadari hal itu sejak berada di Akademi, bahkan sebelum itu. 

Ia hanya takut jika objek cintanya mulai mengetahui apa yang ia rasakan. 

"Ini sudah malam, bukankah sebaiknya kita pulang?" 

"Berdua?"

Itachi tersenyum lebar dan mengangguk pelan, membuat yang diajak bicara menjadi salah tingkah. 

'Plis imut banget, jadi pengen nyulik anak orang' 

Si anak laki-laki berdiri dan mengulurkan tangannya. 

Kedua tangan itu bersatu, membentuk harmonisasi yang sempurna. 

Dua insan berbeda jenis itu melemparkan senyum satu sama lain. 

Tangan itu masih menyatu saat mereka berdiri dan berjalan menuju arah pulang.













...

Aku ini emang gak bisa banget bikin chapter panjang-panjang:(

Dan gais waw aku gak nyangka bakal banyak yang baca, karena ini projek gabutan n pelampiasan karena aku udah bucin tingkat dewa ke manusia realn't satu ini:')) 

Juga apresiasi buat Mas Ita krn gak banyak ff Itachi yang b.indo:))))



s t a r t • I'UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang