Takut, itu yang dirasakan Shaqi pagi hari ini. Sebab, hari ini dia akan melaksanakan tes agar bisa masuk kejenjang yang lebih tinggi, SMA Galaksi yang ia idamkan sedari dulu.
Dia takut untuk bertemu dengan orang-orang baru disekitarnya. Dia tidak pandai bergaul karena semasa SMP nya dulu dia tidak memiliki teman satu pun.
Mungkin anak-anak yang lain akan senang jika mereka bertemu dengan orang-orang baru karena itu akan menambah teman mereka. Tapi berbeda dengan Shaquila Nisaka, dia benar-benar tidak percaya diri untuk bertemu orang baru.
“Aku harus semangat biar aku bisa lolos tes nya dan bisa sekolah disekolah impian aku dulu.” Ucap Shaqi untuk menyemangati dirinya sendiri.
Shaqi segera membereskan tempat tidurnya dan segera bergegas untuk melaksanakan ritual paginya.
Setelah melakukan ritual paginya itu Shaqi segera bersiap-siap dengan memakai seragam putih birunya. Tidak butuh waktu lama, Shaqi hanya butuh waktu 20 menit untuk siap-siap dan segera keruang tengah untuk berpamitan.
Rumah Shaqi tidak besar dan tidak tingkat pula tapi cukup nyaman untuk ditempati olehnya dan keluarga.
Setelah sampai diruang makan, Shaqi tidak melihat adanya sarapan. Ya memang Shaqi tidak pernah sarapan, tapi apa Mamahnya tidak membuatkannya sarapan agar dirinya bisa lebih bersemangat untuk melaksanakan tes nya?
Tanpa memperpanjang masalahnya yang ini, Shaqi segera mencari Mamah dan Papahnya untuk berpamitan.
“Mah, Pah. Shaqi berangkat dulu ya! Do’akan Shaqi agar Shaqi lancar tes nya.” Pamit Shaqi.
“Iya, Mamah sama Papah pasti do’a in kamu kok.” Balas Mamah Shaqi, Amel.
Sementara itu Andre, Papah nya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda setuju dengan ucapan Amel.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Shaqi segera bergegas kedepan rumah untuk menunggu angkot lewat.
Hanya butuh waktu 15 menit, akhirnya Shaqi sampai di sekolahnya, SMP Cendekia. Dilihatnya sudah lumayan banyak teman-temannya yang sedang menunggu arahan dari guru yang akan membimbing mereka.
Shaqi bingung, sebenarnya dia ingin bergabung dengan anak-anak yang lainnya. Tapi semenjak Shaqi turun dari angkot saja semua orang yang melihatnya hanya menatapnya sinis dan jijik?Akhirnya Shaqi menunggu didepan ruang guru saja, sendirian. Beruntung dia membawa handphone nya jadi dia tidak terlalu bosan.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya guru yang membimbing Shaqi dan teman-temannya pun datang dan menyuruh menaiki mobil yang sudah disiapkan oleh gurunya untuk menuju SMA Galaksi.
Saat Shaqi akan menaiki mobil, tiba-tiba dia didorong oleh temannya yang sudah naik dengan sengaja.
“Heh, yang bener aja Lo mau duduk disamping gue. Iwhhhh gak banget gue pinggiran sama Lo.” Ucap temannya pedas.
Teman? Entahlah. Meskipun mereka sering jahat kepada Shaqi, tapi Shaqi selalu menganggap mereka temannya.
“Terus aku harus duduk dimana, Yura?” tanya Shaqi.
“Ya dibelakang lah, gitu aja masih nanya.”
Akhirnya Shaqi pun menurut untuk duduk dibelakang, sendirian. Guru yang melihatnya pun hanya menatap iba kepada Shaqi yang sering di hina oleh teman-temannya.
“Akhirnya sampe jugaaa.” Ucap Yura senang.
Ya, siapa yang tidak senang dapat menginjakkan kaki di sekolah terfavorit itu. Shaqi pun sama halnya dengan temannya yang lainnya, tapi dia hanya diam tanpa mengekspresikan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverted girl
Teen FictionShaquila Nisaka Arti nama nya cantik, tetapi tidak dengan orangnya. Shaqi memiliki wajah yang pas-pasan, tidak putih bahkan warna kulitnya jauh dari kata putih. Wajah nya pun tidak semulus perempuan seumurannya, ada banyak jerawat di dahinya. Akibat...