Bab 3

63 32 10
                                    

Setelah pengumuman tes beberapa hari lalu, sekarang Shaqi berencana mempersiapkan untuk MOS (Masa Orientasi Siswa) nanti yang tinggal beberapa hari lagi.

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa akhirnya Shaqi akan menjadi siswi sah SMA Galaksi dalam beberapa Minggu lagi.

Shaqi dengan senyum merekahnya bersiap-siap pergi belanja untuk persiapan MOS nanti.

Ketika Shaqi hendak membuka pintu kamarnya Shaqi jadi teringat sesuatu dan seketika senyumannya luntur. Shaqi harus meminta uang pada Mamahnya. Tetapi Shaqi terlalu malu untuk meminta uang padanya.

Apalagi sekarang Shaqi akan meminta uang yang tidak sedikit. Tapi Shaqi harus bagaimana? Haruskah shaqi minta langsung pada Mamahnya atau menunggu dikasih oleh Mamahnya.

Sepertinya pilihan kedua tidak mungkin, karena Amel akan memberikan Shaqi uang jika Shaqi memintanya.

Jadi Shaqi akan memilih pilihan yang pertama. Mau tak mau Shaqi harus keluar kamarnya untuk meminta uang pada Mamahnya.

“Mah, boleh gak Shaqi minta uang buat persiapan MOS?” Cicit Shaqi.

Amel yang mendengar itupun hanya mengernyit heran. “Emangnya ada yang harus dibeli yah?”

“Eh, i-iya mah ada beberapa ya-yang harus dibeli.” Ucap Shaqi terbata.

Hufttt.... Yaudah, kamu butuh berapa, nak?” Ucap Amel melembut.

Dengan senang hati Shaqi pun menjawab. “Shaqi butuh 200 ribu, Mah. Tapi Shaqi janji kok kalau ada kembalian Shaqi kembaliin lagi sama Mamah uangnya.”

Amel yang mendengarkan sedikit terkejut. Ayolah 200 ribu itu jumlah yang besar bagi keluarga seperti Shaqi.

“Banyak banget mintanya. Giliran minta uang aja kamu suka cepet, tapi kalo udah disuruh beres-beres rumah suka lama, harus dibentak dulu sama Mamah baru mau. Nih uangnya kalo ada kembalian buat kamu aja semuanya.” Ucap Amel kesal.

Shaqi yang mendengar kata-kata Mamahnya pun merasa sangat senang. Ya begitulah, walaupun Amel terkesan kasar tetapi sebetulnya dia itu sangat-sangat sayang kepada anak-anaknya dan itu membuat Shaqi tidak bisa membenci Mamahnya.

“Yaudah Shaqi berangkat dulu ya, Mah. Assalamualaikum.” Pamit Shaqi.

Setelah mendengar jawaban sang Mamah, Shaqi segera keluar rumah dan dia akan berjalan kaki untuk pergi ke Alfamart terdekat.

Shaqi berjalan sambil bersenandung kecil, entah kenapa suasana hatinya sekarang sangat mendukung.

Saking senangnya Shaqi sampai tidak sadar kalau sekarang dia sudah sampai didepan pintu Alfamart yang hanya beberapa puluh meter dari rumahnya.

Tanpa menunggu lama, Shaqi pun segera melangkahkan kakinya untuk  kedalam.

Dan ya, setelah Shaqi masuk kedalam Shaqi sudah ditatap -yang sangat tidak mengenakkan- oleh kasir lelaki Alfamart tersebut.

Shaqi tidak mau ambil pusing, karena memang Shaqi sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu.

Tetapi Shaqi sangatlah malu jika ditatap seperti itu, apalagi yang menatapnya adalah lawan jenisnya.

Karena Shaqi sangat bahagia dan tak ingin menghancurkan mood nya yang sedang bagus ini, Shaqi langsung masuk lebih dalam untuk mencari barang yang dibutuhkannya untuk nanti.

Sulit memang mencari makanan yang pernah hits pada jaman dulu dan harus dicari lagi di jaman sekarang.

Tapi Shaqi tidak mau menyerah, dia terus saja mencari makanan itu dan harus sampai ketemu. Kalau tidak ketemu, Shaqi akan mencari nya lagi ditoko lain.

Introverted girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang