5. Si Jalak Harupat

2 0 0
                                    

Aya POV

Matahari sudah memancarkan sinarnya, tepat setelah aku merapihkan tempat tidurku. Sambil mendengarkan lagu kekasih bayangan - Cakrakhan aku menyapu kamar sambil merapihkan buku buku yang berserak di atas meja belajarku.

Weekend telah menyapa, waktunya untuk aku menyelesaikan tugas yang belum dikerjakan lalu mencari siaran bola di sore hari. Aku baru ingat kalau hari ini adalah pertandingan Persib Bandung melawan Bali United, waktunya menagih janji Saka.

"Woy kekasih bayangannya Saka" Matahari juga baru muncul ka Bara sudah merusak mood ku saja. Ka Bara sudah di depan pintu kamarku saat aku baru saja memegang ponsel untuk menghubungi Saka.

"Hari ini Persib lawan Bali loh Ya" aku mendelik, tanpa dikasih tau pun aku sudah tau.

"Iya udah tau, Aya mau nonton ke stadion sama Saka wlekk" aku menjulurkan lidahku untuk mengejek ka Bara. Ingin menyombongkan diri kalau aku juga bisa menonton di stadion tanpa ka Bara.

"Emangnya ayah ngasih izin?" Ka Bara bertanya seolah menantang ku kalau ayah tidak memberi izin, padahal aku sudah bilang dari hari hari sebelumnya dan ayah mengizinkan.

"Iya dong huuuu, udah sana pergi" ka Bara meninggalkan kamarku tanpa menutup kembali pintunya, menyebalkan sekali bukan orang yang tak pernah menutup pintu.

Aku menghubungi Saka setelah menutup kembali pintu kamarku.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam cewe cantik, tumben nih telepon duluan"

Degup jantungku berdetak tak sesuai aturannya rasanya ini lebih cepat dari biasanya.

"Mau nagih janji"

"Hahaha iya iya aku inget ko, udah aku beli juga tiketnya nanti selesai Dzuhur aku jemput ya"

Tanpa dijelaskan nyatanya Saka sudah tau janji apa yang harus ia tepati.

"Oke, ditunggu bangettt"

Aku sangat semangat untuk menonton pertandingan ini, bahkan sudah tidak sabar melihat Febri Hariyadi mengepakkan sayapnya.

Selesai sarapan aku mencuci piring piring kotor, sedikit membantu ibu di hari libur ini.

"Bu Aya mau nonton bola di stadion sama Saka, ibu izinin?" Ka Bara terlalu heboh karena aku akan pergi ke stadion padahal aku sudah mendapat izin dari ibu dan ayah tapi kalau seperti ini Ka Bara terlihat ingin membuat ibu goyah.

"Ibu udah tau kali, Aya juga udah izin. Udah sana sana" aku mengusirnya mendorongnya keluar dari dapur. Ibu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Emangnya kamu mau pergi jam berapa sama Saka neng?" 'neng' adalah panggilan untuk anak perempuan suku Sunda terkadang aku juga dipanggil dengan kata 'neng' oleh keluarga.

"Habis Dzuhur katanya Bu, Saka sholat dulu" ibu mengangguk meninggalkan aku dengan setumpuk piring kotor.

Selesai mencuci piring aku kembali masuk ke dalam kamarku. Membuka buku latihan soal-soal untuk ujian masuk PTN. Aku rajin? Iya aku sedang mengejar targetku untuk dapat sbmptn. Sudah satu jam tapi otakku rasanya sedang tidak ingin berfikir, dari tadi aku hanya memandangi soal soal yang ada di buku itu tanpa mengerjakannya satupun.

Akhir-akhir ini aku sangat bingung dengan perasaanku pada Saka. Yang awalnya hanya senyum mengapa sekarang jadi kagum, yang awalnya hanya canda kini berubah candu, degup yang biasanya merdu pun kini mulai tak beraturan. Aku mengambil gitar lalu memetik beberapa kunci.

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miracle In FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang