C E R M I N
❓Apa Itu Cerita Mini?
Cerita mini (cermin) atau cerita sekilas merupakan cerita yang lebih ringkas dari cerita pendek (cerpen).
Cerita mini hanya sebuah cuplikan yang tetap membawa nilai untuk pembaca, tanpa mengabaikan unsur pembangun cerita seperti awalan, isi, dan penutup.
Cerita mini tidak harus punya plot yang kompleks, tidak harus punya perkenalan-konflik-klimaks-antiklimaks-penyelesaian, serta tidak perlu banyak tokoh. Namun, tetap mengandung unsur-unsur intrinsik karya sastra di dalamnya seperti penokohan, setting atau latar, konflik, serta penyelesaian di bagian akhir.
💬Beragam Penyebutan di Indonesia
Cerita mini (cermin) sama dengan fiksi mini atau dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Flash Fiction.
Di Indonesia, penyebutan untuk flash fiction beragam seperti berikut:
🔘 Cerita mini atau cermin
🔘 cerita kilat
🔘 cerpen singkat
🔘 fiksi miniApapun penyebutannya, tetap merujuk pada satu jenis tulisan yang sama.
⏳Berapa Ukuran Fiksi Mini?
🔥 Tidak ada ukuran yang jelas seberapa panjang sebuah fiksi mini sebenarnya, namun panjang fiksi mini rata-rata berkisar antara 250 hingga 1.000 kata, jelas berbeda dengan cerita pendek yang umumnya di atas 1.000 sampai 10.000 kata.
🔥 Pada beberapa penerbit dan forum menulis, ada pula yang mematok panjang sebuah cermin sekitar 5000 karakter atau sama dengan 500-700 kata.
🔥 Bahkan seiring dengan berjalannya waktu, muncul beberapa tulisan fiksi mini yang lebih pendek dari 250 kata. Terbayang apa yang bisa ditulis dengan kurang dari 250 kata?
🔥 Sejak 2010, nulisbuku.com mengampanyekan nulismini yang berkonsep fiksi mini di Twitter. Pada era itu, jumlah maksimal sebuah postingan di Twitter hanya 140 karakter. Kebayang bagaimana bentuk fiksi mini dengan batas itu?
Contoh Fiksi Mini Kurang dari 250 Kata
WAIT FOR ME TO COME HOME
"Tunggu aku pulang, Laras!" ucap Amri dalam balutan kain putih. Terisak, Laras menyahut, "LDR kita diperpanjang, Ri!" Lantas kedua tangannya menaburkan bunga.
_____28 kata. 184 karakter.
WAIT FOR ME TO COME HOME
Lima belas menit mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang dari rumah menuju Cannella Resto. Begitu melepas helm, suara sorak sorai dari Sport Center kian jelas terdengar. Ada pertandingan lagi rupanya pada sore hari ini.
Aku lantas berjalan menuju konter dan memesan segelas cappuccino float. Sembari menunggu pesanan, aku mengedarkan visi ke seantero resto dan menemukan meja kosong di taman dekat dengan pohon mangga. Detik berikutnya aku sudah duduk manis menanti minuman favorit.
Aku datang ke sini bukan tanpa alasan. Tidak untuk nongkrong bersama Amri seperti masa sekolah dulu, tetapi untuk menjenguk kembali kenangan yang tersimpan bersamanya.
Amri.
Pria berperangai ramah yang selalu bisa mencuri perhatianku. Dia adalah refleksi dari diriku yang lugu. Akan kuceritakan sedikit mengenai siapa dia bagiku.
Seorang pramusaji datang membawakan pesanan, menyapaku sejenak, lalu pergi lagi. Banyak pramusaji yang mengenalku lantaran aku terlalu sering berkunjung ke sini. Bahkan ada yang masih mengingat sosok Amri.
Usai percakapan singkat dengan pramusaji itu, aku membiarkan pikiran berkelana sementara lidah mulai menikmati cappuccino yang segar.
Kami menjalin kasih sejak masa putih abu-abu. Ada banyak sekali kenangan bersamanya yang terukir di Cannella Resto. Setelah menamatkan jenjang SMK, kami terpaksa menjalin hubungan jarak jauh lantaran Amri diterima kerja di luar kota. Waktu kami seakan surut. Hanya media daring yang menjembatani hubungan kami.Setiap kali merasa rindu kian menggunung, kami saling pamer foto terbaru. Beberapa kali aku mengedit fotonya menjadi bersebelahan bersamaku dalam satu bingkai. Tak jarang aku meminta foto kepada seorang pramusaji, setiap kali aku mengunjungi Cannella Resto. Minta dipotret dengan angel yang pas untuk dua orang saling berseberangan duduk di meja resto, lengkap dengan hidangan tersaji dalam dua porsi. Lantas aku meminta foto terbaru Amri dengan instruksi seperti yang aku berikan pada si pramusaji. Setelah mendapat fotonya, aku langsung berkutat pada aplikasi edit foto. Hasilnya? Amri tampak puas.
Ada banyak cara untuk memangkas rindu dengan media daring. Amri selalu mengucapkan sebuah kalimat yang dipenggal dari lirik lagu favorit kami. Seakan mantra, dia mengucapkan itu nyaris pada setiap kali hendak memutus sambungan telepon ataupun panggilan video. Dalam beberapa kesempatan, kami bahkan bernyanyi bersama. Melantunkan lirik lagu Photograph-nya Ed Sheeran yang sarat makna bagi kami.
Pada tahun kedua Amri bekerja, dia sempat bilang akan pulang dan menemui orang tuaku. Aku bungah bukan main. Jelas paham dan mengerti akan hakikat ucapannya yang tegas itu.
Hari-hari berikutnya aku antusias menunggu. Tak sabar ingin menuntaskan rindu kepada temu. Akan tetapi, temu yang kami agung-agungkan itu justru berakhir semu. Kala kudengar kabar bahwa sebuah kecelakaan lalu lintas telah merenggut impian kami.
"Kebiasaan, deh!"
Mataku mengerjap santai, menyamarkan embun yang hadir tak sopan di permukaan mata. Seorang pramusaji yang melintas, mencibirku. Buyar sudah kenangan yang tayang di kepala.
Tak terasa, senja mulai turun dan gelasku nyaris kosong. Sudah saatnya pamit. Kali ini, aku tidak meminta seorang pramusaji untuk memotretku lagi. Akan kuakhiri kenangan sore ini dengan seuntai kalimat favorit Amri. Kubisikkan lirih padanya yang selalu di hati.
"Wait for me to come home."
13 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Collection of Authorship Material
Non-FictionPublished to share literacy knowledge. Happy reading and hope you like it!