Chapter 11 (END)

23.2K 1.6K 262
                                    

2 Minggu kemudian~

Sasuke telah sembuh total dan jahitan diperutnya sudah mengering, dan ia sudah bisa pulang besok atau lusa pagi. Tapi, wajah pria tampan itu sama sekali tidak terlihat bahagia setelah mendengar bahwa ia akan segera keluar.

"Ayah dan Ibu harus kembali ke Amerika, kami harus mengurus cabang yang bermasalah disana."

"Hn."

Sasuke menjawab seperti biasanya, lagipula memang hubungan keluarga mereka tidak sedekat itu untuk menghabiskan waktu yang lama. Melihat ayah dan ibunya yang sudah menemaninya selama dirinya sakit sudah menjadi keajaiban.

Fugaku mendekat ke ranjang Sasuke, "Sekarang, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Asal jangan mengorbankan Sarada." Sasuke langsung menatap ayahnya. Sebenarnya ayahnya bukanlah ayah buruk, tapi juga bukan ayah yang baik dan hangat terhadap keluarga. Ayahnya hanya berpegang pada prinsip keluarga yang sudah diturunkan oleh keluarga Uchiha sejak dulu.

Tetap saja, Sasuke menghargai kedua orang tuanya itu, dan ia tetap perduli dengan pendapat keduanya. Jika, ia bisa mendapatkan dukungan, maka itu jauh lebih baik.

Suara pintu tergeser mengalihkan pandangan mereka bertiga yang ada dalam ruangan, seorang perawat membawakan Sasuke makan siang yang sudah sangat dikenalinya. Tapi, ia mencoba untuk menyembunyikan kebahagiaannya.

Fugaku meremas bahu Sasuke dengan lembut, "Ayah dan ibu pergi dulu. Jangan sampai terluka lagi, bagaimana pun juga kau adalah darah daging kami." Mikoto lalu menggantikan posisi Fugaku dan memeluk anaknya.

"Maafkan ibu Sasuke, ibu bukan ibu yang baik."

Sasuke memakluminya, sedari dulu ibunya memang di didik sebagai wanita karir. Jadi, Sasuke tidak pernah menuntut apapun.

Perawat itu membungkuk hormat pada kedua orang tua Sasuke saat mereka melewatinya. Barulah, setelah pintu tertutup, perawat itu lalu menaikkan meja yang terpasang di ranjang dan meletakkannya makanan yang dibawanya.

Wajah datar Sasuke langsung berubah sedikit lebih cerah.

"Menma benar-benar tidak mau menjengukku?" Tanyanya pada sang perawat yang kini melepaskan masker juga penutup kepalanya, surai kuningnya langsung mencuat keluar.

Dia—Naruto—menghela nafas.

"Aku belum memberitahunya kalau kau sudah tahu tentang dirinya." Sumpit yang dipegang Sasuke tertahan di udara saat mendengar ucapan Naruto.

"Aku ingin kau yang memberitahunya sendiri." Lanjutnya membuat Sasuke langsung bernafas legah. Sasuke membenarkan dalam hati, ia memang yang seharusnya mengatakannya langsung pada Menma. Ia sudah cukup menjadi pengecut untuk Naruto dulu, ia harus berani menghadapi anak itu sendiri—menghadapi bagaimana respon anak itu padanya. Dan jika ia mengingatnya selama ini, mungkin Menma tidak akan menerimanya semudah itu.

Naruto menunduk menyatukan jemarinya, "Sasuke?"

"Hn?"

"Aku rasa kita mungkin tidak bisa melanjutkan hubungan kita."

Sasuke tanpa sadar menjatuhkan sumpitnya, ia menoleh kaku pada Naruto yang menatapnya dengan tatapan yang sangat tidak membuatnya nyaman. "Apa maksudmu? Kau tidak mencintaiku lagi?"

Naruto diam sejenak, ia menggeleng pelan. "Sasuke, kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Kau memiliki Sarada dan aku memiliki Menma. Jika, Menma sudah bisa menerimamu nanti, kau bisa menemuinya sebanyak apapun yang kau mau. Kita hanya tidak bisa kembali seperti dulu."

"Kenapa? Karena Sarada?"

Naruto ingin mengangguk, tapi ia juga tidak ingin menjadi egois. Sasuke bisa saja memaksa anak itu untuk menerimanya, dan ia tidak mau Sasuke melakukannya. Sarada sudah kehilangan figur seorang ibu, ia tidak mau anak itu kehilangan ayahnya juga.

SasuNaru - Silent Love (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang