Jangan lupa vote and comment. Happy Reading ♡
.Sudah jam 07.50. Lama sekali, batinku. Hampir 30 menit kuterduduk di kursi tamu milik keluargaku, menunggu notifikasi Line seseorang yang kabarnya telah kutunggu setengah jam yang lalu.
Hari ini adalah hari yang terbilang cukup istimewa. Hari pertama kumemulai kelas sesungguhnya setelah OMB yang cukup menguras pikiran dan tenaga belakangan ini.
Hey.. Jelas saja aku mulai resahkan? Siapa coba yang mau terlambat untuk kelas pertamanya?Ketika tengah sibuk bergelut dengan pikiran sendiri, tiba tiba lamunanku dibuyarkan.
"Nara, kok belum berangkat?"
Itu yang bertanya adalah papaku, Papa Doyoung. Tidak melihat adanya respon dariku, papa kembali bertanya.
"Nara, papa ngomong sama kamu. Kamu ini nungguin siapa? Daripada kamu takut telat mending papa antar aja ya?"
Inilah papa ku. Selalu memanjakan dan mengkhawatirkanku. Mungkin karna aku adalah anak satu-satunya dan yaa.. Tepatnya anak perempuan satu-satunya. Mungkin.
"Enggak usah pa, Nara lagi nunggu orang."
"Siapa?"
Sudah tertebak respon papa akan selalu begitu kalau aku tidak berterus terang akan pergi dengan siapa. Dingin dan mengintimidasi.
"Papa jangan khawatir. Dia teman dekatku, sangat dekat sejak kami SMA."
"Pasti cowok ya?"
Wah mengerikan. Papaku ini tebakannya selalu benar dan akurat ketika membaca situasi. Memang tidak diragukan lagi kenapa sekarang dia bisa bekerja dibagian intellegent.
"Ya gitu deh pa." Jawabku
Sambil tertawa pelan suara papa kembali terdengar "Sudah papa duga, dikenalin ke papa dan mama dong. Pasti pacar kamu ya?"
"Apasih pa, enggak gitu..."
Dan tiba-tiba HP ku bergentar menandakan notifikasi dari Line."Eh pa udah dulu ya, ini orangnya udah ada di halte depan."
"Nara, kamu sama temanmu itu papa antar aja ya. Jangan naik bus."
"Kenapa?" jawabku malas. Papa selalu saja begitu.
"Papa takut. Papa cuma gak mau anak papa kenapa napa."
Untuk kesekian kalinya aku mendengar alasan papa yang seperti itu, membosankan tapi aku tahu papa hanya khawatir pada anak perempuannya ini. Sudah cukup bagiku mendengar alasan itu, baiklah ini adalah yang terakhir dan aku harus belajar hidup untuk tidak tergantung terus pada orang tua.
"Bukan maksud Nara untuk nolak ajakan papa. Tolong ngertiin pa. Papa juga harus lihat dari sisi pandangku. Aku mau belajar mandiri. Aku takut sampai besar nanti selalu hidup bergantung pada orang lain. Papa, jangan khawatir. Dan ... "
Aku tau papa hendak menyela kata-kataku tapi dengan sekejap aku kembali berucap.
"Dan orang yang sedang menungguku sekarang. Dia bisa menjagaku dengan baik. Sebaik papa menjagaku." ujarku yakin.
Hingga akhirnya papa mulai memahami apa yang kumaksud dan mengizinkan ku untuk berangkat menggunakan bus. Entah itu terpaksa atau papa memang sedang belajar untuk mengerti mauku. Oke sepertinya itu terpaksa. Tapi tidak masalah mungkin lama kelamaan akan terbiasa.
Sebelum ku beranjak keluar rumah setelah berpamitan, papa kembali berujar.
"Karna dia laki-laki, dia harus bisa manjaga putri papa dengan baik. Sesekali bawa temanmu-... Ah pacarmu itu main ke rumah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ransom | Huang Renjun
Fanfiction"Diriku, mungkinkan telah ditakdirkan untuk menjadi sang penebus?" -Renjun . "Dan pada akhirnya dosaku telah ditebus oleh anakku sendiri. Selamat datang untuk pendosa yang lainnya." -Jaehyun . "Selamat tidur sang penebus, kan kutitipkan hangatnya pe...