Taptap
tap
Gadis berambut hitam sebahu itu memoleskan sedikit bedak tabur di wajahnya dan tak lupa juga untuk mewarnai bibir tipisnya dengan lip gloss yang akan berubah warna menjadi merah muda agar bibirnya tidak terlihat pucat.
Rain menatap pantulan dirinya di cermin, itu adalah satu hal yg jarang sekali ia lakukan.
Seusai menyelesaikan ritualnya, Rain menuruni tangga dan tak lupa untuk mengunci pintu kamar nya terlebih dahulu. Saat sedang melangkah keluar rumah, matanya tak luput menjelajahi setiap penjuru rumahnya.
Sepi.
Tak ada tawa canda seperti dulu.
Rain kemudian melanjutkan langkahnya keluar rumah yang tadi sempat terhenti, ia berjalan menuju halte bus yang jaraknya lumayan jauh untuk dijangkau dengan kaki pendeknya.
Ketika hendak sampai di halte, dari kejauhan Rain melihat bus nya sudah melaju kencang. Tak tinggal diam, Rain segera mengejar nya. Tangan kanannya dia gunakan untuk mengelap peluh yang sebesar biji jagung yang kini mengalir dari pelipisnya, lalu tangan kirinya digunakan untuk memegangi perut bagian kiri bawah nya yang terasa nyeri. Degup jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Pak supir berhenti!" teriaknya sambil menepuk pintu bus saat berhasil menyeimbangkan dirinya dengan bus. Akhirnya bus itu berhenti.
"Ayo masuk neng," ujar pak supir yang Rain tidak diketahui namanya.
Rain masuk kedalam bus sekolah dengan napas yang terengah-engah. Ia lalu menduduki kursi kosong sambil menatap keluar jendela.
*****
Dengan langkah gontai Rain berjalan menuju bangkunya.
"Rain ayo keburu dimulai upacaranya," ujar seorang siswi bernama Nina yang tiba-tiba muncul dihadapannya, entah datang dari mana dia.
"Ayo Rain," sahut Vera yang ada disamping Nina sambil menyentuh lengan Rain.
"Iya," ketika Rain sudah menaruh tas dimejanya mereka bertiga berjalan menuju lapangan untuk mengikuti ritual yang diadakan setiap hari senin yaitu upacara.
Sebagian murid ada yang berjalan santai agar mengulurkan waktu upacara, ada juga yang berpura-pura sakit agar dapat merebahkan tubuhnya di bangkar uks. Uks sekolahnya memang sangat nyaman bahkan sampai dilengkapi dengan AC.
Berbeda dengan yang lain, tiga sejoli yang tengah berdiri dilapangan dengan tegap, lengkap dengan dasi dan topi yang sudah disediakan pihak sekolah.
Vera Adenia, atau kerap yang disapa Vera. Gadis cantik yang memiliki lesung pipi. Siapa saja yang diberikan senyuman oleh Vera pasti akan terpesona, namun sayangnya Vera tidak akan memberika senyumnya kesembarang orang. Ck, Padahal senyum adalah ibadah.
Vera itu orangnya jutek dan ketus, tetapi jika sedang bersama teman-temannya dia akan berubah 180 derajat menjadi gadis yang manja, humoris, dan setia. Vera adalah ketua eskul panahan. Wow, serem.
Vera berasal dari keluarga yang sangat-sangat berada. Ayahnya memiliki perusahaan yang ada di luar kota bahkan ada yang luar negri dan bundanya adalah desainer ternama di indonesia. Bundanya juga memiliki butik yang selalu menjadi langganan para artis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Langit bertemu Hujan [ON GOING]
Teen FictionLangit dipertemukan dengan Hujan yang selama ini dia cari. Namun, pertemuan itulah yang membuat Langit merasa bahagia dan sakit di waktu bersamaan, merasa yakin dan ragu dalam satu hela nafas, merasa senang sekaligus cemas secara serempak. Apakah in...