15. KABAR BAIK DAN BURUK

2.6K 282 16
                                    

HAPPY READING 💙
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA 💙💙

Ramai dan riuh suara dari arah ruang tamu mendominasi rumah mama siang ini. Aku tidak tahu pasti siapa yang membuat keributan. Tapi yang jelas suara-suara khas laki-laki terdengar begitu nyaring.

Dengan penasaran, aku turun untuk melihatnya. Berjalan pelan menuruni beberapa anak tangga. Dan pada undakan terakhir kakiku refleks berhenti. Aku terdiam memperhatikan sekumpulan orang-orang yang tengah tertawa dan sibuk mengobrolkan yang entah apa. Yang jelas mataku menatap adanya Ayah, mama, Mbak Laras, Serta kedua orangtua Mas Dimas dan tak lupa kedua anaknya juga. Mereka terlihat asyik banget mengobrol sana-sini hingga tidak menyadari kehadiranku.

Kemudian, akupun memilih memutar kembali kedua tumitku. Meninggalkan keramaian diruang tamu. Aku menghela nafas kasar ketika sampai pada depan pintu kamarku. Menatap kayu coklat tua itu dengan pandangan kosong. Entahlah, pikiranku melanglang buana. Bercabang kemana-mana. Memikirkan beberapa masalah dan kejadian yang beberapa hari ini menimpaku.

"Kenapa balik?!"

Aku tersentak hingga kepalaku sedikit terantuk pintu. Dan refleks kakiku mundur satu langkah ketika mendapati mas Dimas tengah berdiri didepanku sambil menenteng dua buah paper bag ditangannya.

"Maksudnya?"

"Kenapa nggak ikut gabung dibawah?"

"Males!"

"Karena ada aku?"

"Mungkin"

Mas Dimas terkekeh sinis. Ia menatapku dengan tajam seperti biasa. Menelisik diriku dari atas hingga bawah.

"Jadi kamu masih marah atas kejadian di mall tempo hari? Masih nggak terima jika aku bilang kalau perasaanmu labil?"

Aku terdiam. Hanya diam memperhatikan mas Dimas yang masih setia dengan kekehan mengejeknya. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap tetanggaku yang satu ini. Sikapnya yang sulit ditebak membuatku terkadang berfikir dua kali untuk benar-benar jatuh dalam cintanya.

"Mungkin"

"Kanaya dengar, saya memang nggak suka sama kamu. Kamu sudah saya anggap seperti adik kandung saya sendiri. Tapi saya jauh lebih tidak suka jika kamu lebih memperhatikan laki-laki lain daripada saya. Itu menganggu!"

"......"

"Jadi jangan pernah tunjukkan kebersamaan kamu dengan laki-laki lain didepan saya. Saya muak!"

"Mas?"

"....."

"Kenapa takdir nggak adil. Kenapa Naya harus diberi rasa untuk mencintai mas Dimas yang nggak mencintai Naya? Ini egois. Biar bagaimanapun aku juga berhak untuk bahagia. Nggak melulu soal cinta yang bertepuk sebelah tangan"

"....."

"Kalau Mas Dimas memang nggak bisa menyukai Naya sebagai wanita, maka Naya mohon. Tolong beri jarak agar kita tidak terlalu dekat. Cukup diam agar Naya tidak pernah mendengar penolakan"

"....."

"Tolong beri sekat agar Naya tidak terlalu berharap"

Pembicaraan penuh Drama itu akhirnya selesai dengan aku yang masuk kedalam kamar dan Mas Dimas yang pergi tanpa sepatah kata pun. Laki-laki itu malah mendengus dan melemparkan dua paper bag yang dibawanya padaku. Dan setelahnya ia benar-benar meninggalkan diriku. Menghiraukan aku.

Mungkin ini keputusan yang benar. Berhenti merajut rasa padanya. Meninggalkan Euforia lama yang sering tercipta dan menutup bilik hatiku agar siapapun tidak ada yang mengetuknya.

I LOVE YOU BUURMAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang