[4] τέσσερα

86.4K 14.1K 1.3K
                                    

Aku membalikkan badan, dan menatap pria itu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Orang itu berpenampilan sangat berantakan, tubuhnyapun dipenuhi bau anggur yang sangat menyengat. Rambut hitam legamnya itu tampak seperti tak pernah dipotong sampai panjangnya menyentuh paha pria itu.

Sosok tersebut yang awalnya menunduk akhirnya mulai mengangkat kepalanya.

Dan...

Wow! Amazing! Aku saja langsung tertegun hanya dalam sedetik setelah ia mengangkat wajahnya. Manik merahnya itu bagaikan menyala di dalam kegelapan ini, dan wajahnya itu terlihat sangat-sangat tampan. Tubuhnya yang tinggi menjulang itu entah kenapa tampak rapuh dan sempoyongan.

Aku menurunkan mataku sedikit ke bawah dan...

Uh! Mimpi apa aku disiang bolong sampai disuguhkan pemandangan yang tak sehat untuk jantung ini. Bagaimana tidak? Pria aneh bin tampan itu bahkan tidak mengenakan atasannya, ia hanya mengenakan sebuah jubah hitam yang terbuka, dan memakai bawahan celana panjang longgar berwarna hitam.

Ya setidaknya dia masih mengenakan bawahan sih, jadi tak apa.

Aku meneguk ludahku dengan susah payah. Manik biruku disuguhkan pemandangan tak senonoh yang sialnya aku suka, hohoho. Siapa yang tak suka melihat bagaimana otot-otot perut yang kencang itu terbentuk dengan sempurna, ha?

Dia akan menjadi model terkenal kalau dia hidup di duniaku yang sebelumnya.

"Berhentilah mengagumi tubuhku."

Astaga! Kok dia tahu kalau aku sedang mengagumi keindahan otot-otot di tubuhnya? Apa semudah itu pikiranku terbaca, setidaknya dia tidak merasa diperlakukan tak senonoh olehku 'kan?

"Aku merasa dilecehkan."

Anjir! Ini orang benar-benar bisa membaca pikiranku atau hanya menebaknya saja?

"Menebak."

Hmm, dia itu bodoh atau apa ya.

Aku berdeham pelan, dan menatap lurus kearah manik merah darahnya itu. "Kau siapa?" tanyaku yang sedang mencoba serius kali ini. Jujur saja, sulit sekali untuk bersikap serius saat pikiranku terkecoh oleh tampangnya itu.

Pria itu memiringkan kepalanya. Boom! Hatiku tak mampu menahan ketampanan dan pesona polosnya itu. "Aku adalah pemilik kastil ini, lalu kau siapa?" ucapnya yang balas bertanya.

Ah, dia sang pemilik rupanya. Ternyata rumah ini tak berhantu, dan berpenghuni tuh. Bahkan pemiliknya saja setampan ini, mereka pasti akan menyesal karena telah mempercayai rumor aneh itu.

"Aku Madeline Lexia, dan aku sedang dalam proses mencari tempat tinggal," ucapku dengan nada sopan. "Dan aku kemari dengan keinginan agar kau mau mengijinkanku tinggal di kastil ini."

Bagaimana? Ayolah, kumohon terima aku. Ah, bodohnya aku karena mengatakan hal itu tanpa memberikan penawaran kepadanya.

"Se-Sebagai ganti, aku akan melakukan semua pekerjaan rumah tangga di kastil ini." Hm, bagaiman penawaranku ini, dia masih tak tertarik? Atau jangan-jangan dia sudah memiliki pelayan?

Aku harus memberikan tawaran lagi. "A-Atau tidak aku juga akan menjadi tukang kebunmu, dan memperbaiki seluruh atap kastilmu!" Huaa...dia masih tak menunjukkan respon apapun pada penawaran ini.

Ya, terpaksa aku mengatakan ini. "Aku akan melakukan itu selamanya, dan kau tak perlu mengajiku! Hidupku masih panjang, dan aku pun masih muda, jadi tentu saja masih ada banyak hal di dunia ini yang dapat kulakukan sekarang, percayalah padaku!" Hah, peduli amat dengan uang, selama aku bisa hidup dengan tenang di dalam kastil ini maka baguslah.

Aku melirik kearahnya, dan dia tersenyum. Oke! Pasti dia tergiur oleh penawaran ini 'kan? Benarkan?

Ia melangkah maju, dan semakin mendekat kearahku. Uh, jantungku, bertahanlah! Dia memang tampan, jika aku melihatnya terlalu lama mungkin jantungku akan meledak, jadi mari kita bayangkan kalau yang di depanku adalah seekor monyet!

Pria itu tiba-tiba berhenti melangkah, dan menatapku dengan tatapan terkejut. Apa? Kenapa dia terkejut begitu padahal aku tidak mengatakan apapun sedari tadi. Seharusnya dia tak tahu kalau aku sedang mencoba mengubah wajahnya dengan monyet demi keselamatan jantung 'kan?

"Aku masih tak dapat menerimamu di rumahku," ucapnya yang membuatku terkejut.

Apakah tawaranku kurang menggiurkan hingga dia mengatakan hal itu?

"Tawaranmu sudah lumayan," ucapnya, "tapi aku akan menerimamu kalau kau juga memberikanku seluruh hidupmu."

Memberikan seluruh hidupku? Maksudnya aku harus setia, dan nurut pada dia gitu? Ya, tak masalah sih, bukankah menuruti perkataan tuan adalah salah satu tugas pelayan juga, jadi wajar dong kalau aku setia dan menjalankan tugas dari tuanku.

"Tentu saja! Itukan salah satu tugasku!" ucapku senang.

Pria itu tersenyum, atau menyeringai mungkin? Entahlah. "Kalau begitu mulai sekarang kau boleh tinggal di kastil ini, pergilah ke ruangan manapun sesukamu, lakukan segalanya sesukamu, dan ingat, tak usah mencariku kecuali kalau ada urusan penting!"

Aku mendengus. Dia tampan tapi dingin sekali huh. Ya setidaknya dia orang yang baik karena sudah membiarkanku tinggal di kastilnya ini meskipun sebagai gantinya aku akan kerja seumur hidup tanpa gaji sepeserpun.

Pria itu mulai melangkah pergi, dan aku mengikutinya kemanapun dia pergi. Hingga tiba-tiba dia berhenti melangkah, dan membuatku yang berjalan sambil menunduk ini otomatis menabrak punggung lebarnya itu.

"Kenapa kau mengikutiku?"

Memangnya hal seperti ini masih perlu ditanyakan ya? Sudah pasti aku mengikutinya agar aku tidak tersasar dibangung sebesar ini dong. Bayangkan aja bagaimana caranya aku bisa memilih ruangan kalau aku bahkan tak tahu yang mana kamar pelayan dan kamar tahanan.

Tapi aku tak akan mengatakan itu dulu deh.

"Aku ingin menanyakan namamu," ucapku, "jadi, siapa nama anda tuan?"

"Dionysus."

Singkatnya, setidaknya pria itu akan mengatakan nama panjangnya beserta marganya dong. Tapi kalau dipikir-pikir Dionysus itu nama dewa yang dipuja di dunia fantasi ini 'kan? Hebat sekali dia karena berani menggunakan nama dewa terkenal seperti itu.

"Kemudian kamar?" ucapku pelan.

"Di lantai paling atas, di situ hanya ada satu ruangan yang terlihat seperti kamar, tinggallah di sana."

Irit bicara sekali dia, tapi tak apalah dengan begini sekarang aku tahu dimana aku akan menginap mulai sekarang. Di lantai paling atas ya, berarti aku dapat melihat pemandangan pagi hari yang indah 'kan?

Tak sabarnya~

=====

Dionysus ada di mulmednya ya, cuma matanya seharusnya warna merah, sayangnya aku ga ketemu yang warn merah jadi ambil aja seadanya, ehe :v

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Love of Dionysus [KUBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang