01. Club

349 54 11
                                    

"Aku mau pulang" semua yang berada disitu langsung menoleh ke suara gadis tersebut. Gadis itu bernama Valerie, lebih tepatnya Valerie Dominguez.

"Bagaimana bisa?, kau sudah sangat mabuk. Setengah jam lagi, tunggu supir ku datang" Kata salah satu gadis di antara mereka. Meggan Jacobs.

"Aku mau pulang sekarang bodoh." katanya lagi sambil mencoba berdiri.

"Biar aku yang mengantarkannya." tiba-tiba seorang lelaki mengangkat suara. Semua yang ada disitu terkejut mendengarnya, bagaimana tidak? Lelaki tersebut adalah Raga Atmadja. Lelaki yang memiliki sifat cuek namun menghanyutkan.

"Are you seriously?, Kau tidak mabuk kan?" tanya Ifan pada sahabatnya.

"Mana mungkin aku mabuk, ketika aku tidak meminum apapun." Raga menatap Ifan dengan tatapan elangnya.

"Sudahlah Ifan, jarang jarang dia peduli pada lawan jenis," kata Leon dengan nada mengejek namun tak urung merasa curiga.

"Apakah aku bisa percaya padamu?" Tanya Meggan yang merasa tak yakin.

Raga hanya tersenyum.

"Tenanglah Meggan, tidak akan terjadi apa apa." kata Ifan namun sesungguhnya ia sendiri tidak yakin. Jika saja rumahnya dan Valerie searah ia pasti mengantarkannya, juga adiknya yang tak lain adalah sahabat Valerie pun sudah mulai mabuk.

"Tapi kak-"

"Tenanglah baby girl sahabatmu aman bersamanya, lagi pula mereka tinggal di gedung apartemen yang sama." sela Leon cepat.

"Baiklah baik" putusnya.

"Kalian terlalu bawel, aku akan pulang sendiri" racau Valerie sambil berjalan sempoyongan.

"Baiklah bersenang-senanglah, aku akan menyusulnya" pamitnya sambil berjalan menyusul Valerie.

-----

Di dalam mobil Raga hanya diam saja, bergelut dengan pemikirannya yang tiba-tiba ingin mengantar gadis itu pulang.

"Mengapa ini sangat tidak nyaman" suara itu menginterupsi pikirannya. Di pandangi gadis di sebelahnya yang terlihat seperti cacing kepanasan, wow itu terlihat sangat seksi. Huft, apa yang harus kulakukan? Pikirnya lagi.

"Sh*t, mengapa panas sekali" racaunya lagi

Raga berinisiatif memasang AC di suhu paling dingin. Yaps dan usahanya berhasil, gadis tersebut kembali tenang.

-----

Mobil telah terparkir sempurna. Bagaimana aku membangunkannya, melihat keadaannya aku tidak yakin dia akan bangun.

"Hey bangun, hey girl" ah dia merasa usahanya sia-sia. Bagaimana juga aku menawarkan diri untuk mengantarnya.
Raga pun memutuskan untuk menggendongnya ala bridal style.

Saat memasuki lift banyak pasang mata yang mengamatinya, ia cepat cepat menekan angka lantai tujuannya. Jangan berburuk sangka, ia mengetahui kamar apartemen Valerie dari sahabatnya dan ternyata mereka berada di lantai yang sama.

"Ting" pintu lift pun terbuka, Raga bergegas keluar dan menuju apartemen Valerie. Seketika ia sadar bahwa ia melupakan sesuatu. Ya, dia tidak tau password apartemen Valerie. Sial, sial, sial makinya.

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke apartemennya saja. Dia menurunkan Valerie di ranjangnya, ya ranjangnya. Memang di apartemennya memiliki 2 kamar, namun kamar yang lainnya di isi dengan barang barang miliknya.

Setelah menyelimutinya, Raga bergegas ke kamar mandi untuk mandi air dingin. Bagaimana aku bisa menahannya, pikirnya.

Saat telah selesai dengan ritualnya ia pun kembali dan melihat gadis itu yang bergerak gelisa, sepertinya dia kepanasan.
Raga pun menurunkan suhu AC miliknya dan mengambil tempat di samping Valerie.

-----

Deringan telpon membangunkan gadis tersebut dan betapa kagetnya dia mendapati dia sedang tidur dengan seorang lekaki, bahkan lelaki tersebut memeluknya dan menenggelamkan kepala di lehernya.

Valerie pun langsung bangun dari tidurnya, dan tentu saja dia mengejutkan lelaki tersebut. Lelaki tersebut pun ikut terbangun.

"Apa yang kau lakukan di kamarku!?" Teriaknya kaget.

"Perhatikan sekelilingmu Nona" kata lelaki yang sudah sepenuhnya sadar.

Valerie pun melihat sekelilingnya, ternyata ini bukan kamarnya. Lalu mengapa dia disini? Apa yang terjadi semalam? Banyak pertanyaan berkecamuk di pikirannya. Ia pun melupakan dering telponnya yang berbunyi.

Lelaki tersebut pun mengeluarkan suara kembali "Kau mabuk semalam, dan aku berinisiatif mengantarmu".

"Lalu bagaimana bisa aku berada di kamarmu?" Tanya Valerie penasaran.

"Hei nona, aku tidak tau password apartemenmu bagaimana bisa aku masuk" jelasnya lagi.

"Tapi semalam aku bersama Meggan, bagaimana bis-"

"Kau terlalu bawel, ini masih pagi" sela Raga cepat

"Bagaimana aku tidak bawel ketika mendapati aku bangun di kamar seorang lelaki". katanya membela diri

"Salah sendiri mabuk" kata Raga sambil berjalan keluar kamar.

"Hey, hey aku belum selesai" panggil Valerie mengikuti lelaki itu.

Raga terus berjalan tanpa mempedulikan gadis tersebut.

"Oke aku minta maaf, dan terima kasih, dan bisakah kau menolongku lagi?" Tanya Valerie.

Raga menaikkan sebelah alisnya, tanda bertanya.

"Tolong antarkan aku pulang" Valerie, sambil membuat raut wajah memelas.

"Belum sadar rupanya, apartemenmu berada di lantai yang sama dengan punyaku nona" sahutnya malas.

Valerie merasa malu, sangat. "Baiklah terima kasih. Ehm dan namaku Valerie, siapa namamu?" Tanya Valerie sambil mengulurkan tangan ingin berjabat tangan.

Gadis ini sangat aneh, namun menarik pikir Raga. "Raga" sambil membalas uluran tangan Valerie.

Raga tidak langsung melepaskannya, entah setan apa yang merasukinya. "Jadi nona Valerie, apakah aku mendapat imbalan karena telah menolongmu?" Tanya Raga dengan senyum mematikannya.

"Apa maksudmu?" Valerie, memastikan apa yang dia dengar.

"Ayolah jaman sekarang sudah tidak ada yang gratis". sambung Raga

"Apa yang kau inginkan? Uang?" Valerie mulai was was.

"Aku tidak semiskin itu" kata Raga dengan tatapan elangnya yang memperhatikan bibir ranum Valerie.

"Lalu apa?" Ia kembali berucap

Raga mendekatkan wajahnya dan berbisik pada Valeri "Kalau sebuah ciuman bagaimana?"

Lalu bibir Raga telah dengan lihai memangut bibir Valerie. Raga menekan tengkuk Valerie guna memperdalam ciuman mereka.

Valeri mencoba melepasnya, tapi tentu saja kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Raga. Dia pun hanya dapat diam membatu.

Ciuman mereka pun terlepas ketika Raga merasa Valerie membutuhkan oksigen.
Valerie menatap Raga dengan nyalang dan Raga membalasnya dengan tatapan elang miliknya.

"Dasar lelaki brengsek, Ku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi". makinya sambil pergi meninggalkan tempat itu.

Raga tersenyum, belum pernah ia merasakan seperti ini, "Menarik sekali" batinnya.

Jangan lupa vote yaa! Komen juga!
Terimakasih mau membaca ceritaku.
Maaf kalau masih acak-acakan, ini cerita pertamaku.

SAVAGE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang