BAB 8: Wahid

944 174 90
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

~.~

Jika kamu menyelami lautan, capailah hingga dasarnya agar kamu temukan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Jika kamu daki gunung, dakilah hingga puncaknya agar kamu temukan keindahan dari atas megahnya awan.

Beberapa hari ini, teka-teki pertama dari abah itu selalu memutari otakku. Mau makan, ingat. Mau tidur, ingat. Apalagi kalau lagi nongkrong di WC, tambah ingatnya. Tidurku beberapa malam ini juga tidak pernah nyenyak. Selain karena malam hari merupakan waktu untuk beristirahat, kini malam hari setelah selesai berkegiatan aku lakukan untuk mencari jawaban atas teka-teki nomor wahid tersebut.

Sebenarnya sudah ada beberapa kata yang menjadi kandidat jawabannya di otakku. Hanya saja aku ragu, jangan sampai aku salah pada pertanyaan pertama karena itu semua akan membuat kacau jawaban dari pertanyaan berikutnya. Tahu sendiri, kan, kalau teka-teki silang itu jawabannya saling sambung menyambung antara yang mendatar dan menurun.

Tidak pernah sekalipun aku sesali setiap keputusan yang aku ambil. Gak pantes rasanya mengeluh sama apa yang sudah menjadi keputusan sendiri. Segala sesuatu yang telah menjadi pilihan pasti selalu memiliki sebuah sebab dan akibat, apapun itu. Aku selalu yakin, bahwa Allah selalu memiliki rencana karena telah menggiring langkahku sampai pada tempat ini. Akan selalu ada kejutan tidak terduga yang telah Sang Pencipta siapkan. Aku hanya perlu menunggu, mengikuti skenario-Nya yang apik dengan terus belajar memperbaiki diri. Memupuk terus iman agar tetap terpatri di dalam hati adalah salah satu hal yang sangat sulit untuk dijaga, bahkan lebih sulit dari menjaga jodoh orang.

Berulang kali aku menutup mulutku saat menguap. Rasa kantuk sering sekali datang, mungkin karena tidurku yang sekarang tidak pernah cukup. Sekarang adalah jam pelajaran bahasa Arab yang diajar oleh ning Ais. Di depan, bahkan ning Ais sedang berceloteh panjang lebar. Sesekali juga, ning Ais menyenggol cerita tentang dia yang pernah exchange ke Singapura.

Tidak tahan lagi, aku merebahkan kepalaku di atas meja dengan beralaskan tangan yang kulipat. Untung saja aku duduk di barisan kedua hingga masih bisa tertutupi teman yang duduk di barisan depan.

Di sampingku, Eren dengan wajah seriusnya mendengarkan ning Ais. Ck, benar-benar salah satu contoh murid teladan. Aku mah apa atuh.

Dengan pelan, aku berbisik kepada Eren, “Ren, aku tidur bentar, ya. Bangunin kalau ning Ais mulai curiga.”

Eren hanya melirik sekilas ke arahku, sebelum akhirnya mengangguk. Lambat laun, suara ning Ais yang semula menggema memenuhi ruangan, kini semakin lama semakin memelan hingga aku tidak mendengar apapun lagi.

Sebagai murid pindahan, aku sadar diri. Aku harus belajar lebih banyak lagi agar bisa menyeimbangi teman-teman yang lain. Apalagi di Darul Akhyar ini, aku bukan hanya belajar tentang ilmu eksak, tetapi juga ilmu agama. Itu jugalah yang menjadi salah satu alasan aku membuka buku pemberian abah sekarang, bukan beberapa saat setelah kepindahanku langsung ke Darul Akhyar. Aku hanya butuh banyak penyesuaian, terlebih aku orangnya paling susah jika harus membiasakan diri dengan tempat dan orang yang baru.

Dalam mengenal setiap orang, naluriku seolah memiliki sensor sendiri untuk mengklasifikasikan. Hal tersebut terpetakan menjadi tiga tipe. Yang pertama, seseorang itu dikategorikan sebagai orang yang hanya cukup kenal dan sapa saja. Kedua, yang bisa dijadikan teman berbicara tanpa perlu terlalu mengetahui lebih jauh tentangku. Ketiga, orang yang sangat cocok dijadikan sahabat yang bisa dijadikan tempat curhat setiap saat seperti MSG.

Aku tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Hanya saja yang aku sadari, aku tidak bisa memaksakan sesuatu hal yang telah secara naluriah terjadi. Seperti saat aku memaksakan untuk mengobrol dengan orang yang aku klasifikasikan dalam tipe satu—hanya cukup kenal dan sapa saja—maka aku tidak akan pernah bisa berbicara dengan luwes, bahkan mulutku yang terbiasa lemes seolah macet karena kekurangan oli.

ENIGMA [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang