"Mati adalah sebuah pilihan.
Tapi hidup adalah pemberian.
Jangan di sia-siakan."•L•O•N•E•
Matahari mulai menunjukkan dirinya, diikuti bulan yang perlahan menghilang.
Sebuah neraka menanti Louie di sekolah.
Terbangun di gudang sempit, Louie hanya dapat menumpang mandi di rumah pemilik gudang, tempat penitipan sementaranya.
Disaat orang-orang itu menikmati uang pamannya, dia harus menderita seperti ini.
Terkadang Louie ingin berkata kepada pamannya, "Apakah kau bodoh?"
Uang bayaran untuk menjaga Louie bahkan cukup untuk membayar uang sekolah Louie selama 3 bulan.
Namun, urungkan niat itu.
Beruntung dia masih dapat memiliki tempat tinggal, makanan dan pakaian.
Setidaknya apa yang tersisa dari sebuah tempat tinggal.
Bahkan pakaiannya tidak dapat disebut sebagai 'pakaian'.
Robek di bagian bahu, perut dan punggung.
Miris sekali hidupnya.
Lupakan, dia akan terlambat ke sekolah jika dia terus meratapi hidupnya.
Setidaknya nilai yang dia miliki dapat dibanggakan oleh dirinya sendiri.
Tepat di depan gerbang sekolah, 3 orang sedang berbincang-bincang.
Nampak seperti keluarga bahagia.
"Senangnya" Gumam Louie
Dia memalingkan wajahnya dari mereka, bergegas untuk masuk ke sekolahnya.
Dan *Bruk*
"Maaf, maaf, maafkan aku" Ucap Louie.
"Gue sengaja" Balas orang itu.
Tunggu, Suara ini.
"Raph? Ck, apa lagi? Gue ga punya waktu"
"Ayolah, gue bawa orang tua"
"Peduli setan" Ucap Louie lalu berjalan melewati ketiga orang itu.
*Grep*
Raphael menggengam tangan Louie dengan cukup kuat. Membuatnya sedikit kesakitan.
"Lo bakal ngobrol sama gue dan ortu gue, ga ada pengecualian"
"Lo apa-apaan sih?! Lepasin gue"
"Ga akan"
"Gue bakal telat masuk sekolah"
"Gue udah minta izin atas nama lo"
Fuck
***
Disinilah Louie berakhir.Sebuah kafe minimalis dengan sofa yang sangat empuk, diiringi lagu yang cukup untuk membuat tidur.
"Okay mom, dad. Ini Louie. Louie, ini nyokap bokap gue." Ucap Raph memecah keheningan. Dapat dilihat bahwa kedua orang tuanya sedikit menatap rendah Louie.
"Salutations Mr. and Mrs. Fluke" Salam Louie mencoba sehangat mungkin. Namun apa yang bisa dilakukan oleh dirinya. Terlalu lama menutup diri mungkin membuatnya tak dapat lagi bersosialisasi.
"Tidak perlu terlalu kaku. Jadi katakan, ada hubungan apa kau dengan Raphael" Balas Ibunya. "Kami tidak menerima orang sepertimu untuk bersama Raphael. Untuk itu kuharap kau menjauhinya." Tambahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lone
Teen FictionLouitta Mazene, cewek SMA berumur 17 tahun berjulukan Putri Es. Dingin dan rapuh. Hidup Lone sangat tragis hingga dia datang, menghangatkan sosok mungil itu.