09

491 78 14
                                    

;

Malemnya ketinganya terdampar di kos Lisa. Sekedar informasi aja kos Lisa itu campur dan kebetulan yang jaga juga udah sepuh jadi ya gampang aja dikibulin.

Bukan tanpa alasan, tadi sekitar jam 9 malam, 8 orang teman Bambam tiba-tiba datang ke kontrakan, mau pesta alkohol, biasalah.

Bambam gak bisa nolak karena mereka gak akan mau di tolak. Berakhir pasrah relakan hunian jadi sarang penyamun dan pilih ngungsi di kos Lisa setelah pastikan kunci rapat pintu kamar.

Tadi Lisa juga sempet tergiur buat gabung, tapi lagi-lagi keberadaan Xukun buatnya urung sebab hangovernya pasti bakal ganggu kegiatannya cari apartemen besok.

Dan begini lah sekarang, sesuai kesepakatan, Bambam temani Xukun tidur di depan tv dengan beralas matras mengingat cuman ada satu kamar di kosan Lisa. Sedang Lisa sendiri tempati kamarnya.

Omong-omong ini udah lewat pukul satu, biar kepalanya pusing, mata Lisa masih segar. Kecamuk pemikiran di otak buat kantuknya perlahan lindap dan enggan balik.

Jujur, walau sesumbar berujar ikhlas, kenyataan kalau Jungkook yang rubah haluan orientasi belum sepenuhnya bisa diterima. Maksud Lisa begini, emang hubungan begitu ada masa depannya? Emang bisa bahagia? Lagian bukannya Tuhan Yesus gak kasih ijin ya?

Tapi ya udahlah, gak terima bukan berarti harus benci, hidup Jungkook gimana Jungkook, Lisa cuman bisa hargai dan bantu do'a yang terbaik.

Tok tok!

Lisa terperanjat.

"Masuk aja gak dikunci." Seru Lisa. Detik kemudian surai karamel menyembul di balik pintu, yang gak lain gak bukan, itu Xukun.

Lisa bingung di awal kenapa belum tidur, tapi kemudian ingat kalo cowok itu punya insomnia. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa, hanya, gak bisa tidur." Jeda sebentar, "Apa gue bangunin lo?" Tanya Xukun sambil sok garuk tengkuk.

Maka apa yang terjadi selanjutnya sungguh diluar kendali. Entah karena jiwa Lisa terenggut lelah atau karena otaknya terlanjur error, yang pasti jemari lentiknya gerak untuk angkat selimut yang dari tadi lingkupi badan, "Mau masuk?" Tanya Lisa, tunjuk ruang di selimutnya dengan dagu.  

Dan gak sempat meruntuk atas ketololan: undang orang asing kedalam selimut, tangan kurus namun kekar melingkar apik di  pinggangnya yang ramping.

Dentum gak karuan di jantung dan nadi, cukup berisik. Lisa pilih pejam mata rapat-rapat dan yakinkan diri kalau semua ini cuma bunga tidur yang bakal hilang ketika buka mata, tapi gagal sebab semua memang nyata.

"Maaf lancang Lisa, tapi gue butuh memeluk."

Manakala rasakan hangat di punggung, deru nafas aroma pasta gigi diujung kepala, dan alunan suara parau Xukun, niatan untuk hempas tangan nakal itu menguap entah kemana.

Adalah 'nyaman' kata yang muncul pertama kali di kepala. Kelewat nyaman malah.

Tau betul ini gak wajar untuk sesama orang asing yang konteksnya bukan 'teman satu malam', tapi sayang rasanya buat disudahi. Maka Lisa coba nikmati apa yang ada.

"Tadi mau peluk Bambam tapi gue takut terkena pukul."

Lisa ketawa, merilekskan diri, "Gue tadi mau pukul juga, tapi gapapa deh, gue lagi baik hari ini."

Xukun angguk, "Janji cuma peluk kok, Lisa."

"Iya iya." Ujar Lisa kemudian berbalik hantamkan pipinya di dada bidang Xukun, "Diem ya, gue ngantuk." Katanya.   

Dan kala dentuman gak kalah kencangnya dari Xukun bisa dirasa, kantuk mulai datang.

Malam itu mereka berbagi selimut, dan terlelap begitu saja sampai fajar menyingsing.

Dan untuk pertamakalinya, tanpa obat, Xukun bisa tidur dengan nyenyak.






Tbc.
Jelek ya? Gatau ah masih belajar

manoban || 𝙡𝙞𝙨𝙖-𝙭𝙪𝙠𝙪𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang