Ceklek
Taeyong diam mematung saat mendengar seseorang membuka pintu."Lo udah bangun?" tanya Jaehyun begitu memasuki kamarnya, mendapati Taeyong yang kini duduk disisi kasur.
Taeyong menatap Jaehyun lamat-lamat. "Lo apain gue kemaren? Ingatan gue nge-blur." tanyanya datar, ia bahkan tidak menggubris pertanyaan Jaehyun sebelumnya.
Tenggorokan Jaehyun tercekat, ia meneguk ludahnya dengan susah payah. "I-itu..gue—"
"Lo nyentuh gue kan?" potong Taeyong cepat.
"Iya tapi—"
"Sampe mana?" potong Taeyong lagi.
"Hah?"
"Sampe mana lo sentuh gue?!" pekik Taeyong kencang.
"Taeyong, tenang dulu.."
Taeyong mendecih. "Tenang? Gimana bisa gue tenang setelah apa yang lo lakuin kemaren? Lo nyari kesempatan dalam kesempitan ya? Puas lo udah sentuh-sentuh badan gue hah?!"
"Taeyong, denger—"
Taeyong beranjak dari kasur, ia mengambil barang-barangnya. "Gue mau pulang."
"Tunggu dulu, gue jelasin—"
"Ga usah, gada yang perlu dijelasin lagi!" Taeyong melangkah pergi melewati Jaehyun begitu saja.
Jaehyun menggertakkan giginya, ia kesal tentu saja—ucapannya selalu dipotong oleh Taeyong.
"Lee Taeyong!"
Baru saja Taeyong memegang knop pintu, tubuhnya langsung bergetar begitu mendengar suara Jaehyun yang begitu dominan—ia terjatuh dan terduduk dilantai.
Seketika Jaehyun tersadar, ia baru saja mengeluarkan alpha tonenya—benar-benar tidak disengaja.
Jaehyun bergegas menghampiri Taeyong, kemudian berlutut dihadapannya. "Sorry, gue kelepasan." gumamnya pelan, kemudian menghela nafas pelan. "Makanya dengerin gue, jangan keras kepala."
Taeyong mendecih, ia menunduk dan mengerucutkan bibirnya seraya memainkan jemarinya yang bertautan.
Kok gemes banget? —batin Jaehyun.
Jaehyun menggeleng pelan. "Ayo bangun, jangan duduk disini."
Taeyong mendongak, masih dengan bibir yang mengerucut lucu—ia mengangguk kecil, menurut pada Jaehyun.
Kini mereka berdua duduk disisi kasur, terdiam—sibuk dengan pikirannya masing-masing."Sorry, gue kemaren nyentuh lo—tanpa seijin lo." Jaehyun memulai pembicaraan, memecah keheningan diantara mereka.
Taeyong masih diam, ia mencoba mendengar penjelasan Jaehyun. Sebenarnya Taeyong masih mengingatnya—samar-samar, ia hanya ingin memastikannya lagi saja.
Tapi jujur saja, Taeyong hanya mengingat kejadian kemarin itu sampai Jaehyun memasukkan jarinya pada lubangnya saja dan—okay, stop. Itu cukup memalukan. Setelah itu—ia tidak mengingat apapun lagi. Hanya sampai situ. Sungguh.
.
.
.
.
."Jadi..gue omega?" cicit Taeyong pelan setelah Jaehyun mengakhiri penjelasannya.
Jaehyun mengangguk sebagai jawaban.
"Dan gue—mate lo?" lanjut Taeyong.
"Iya." jawab Jaehyun tanpa ragu.
Taeyong menghela nafas pelan, kepalanya mulai pening—sepertinya ia butuh istirahat lagi. "Gue mau pulang."
"Yaudah ayo, gue anter."
"Ga usah." Taeyong beranjak dari kasur dan mengambil barang-barangnya.
Jaehyun menarik tangan Taeyong lembut. "Gue anter." ujarnya pelan.
Taeyong menatap pergelangan tangannya, ia melepas tangan Jaehyun perlahan. "Biarin gue sendiri dulu Jae, gue masih sedikit shock."
Jaehyun menghembuskan nafas pasrah. "Oke, kalo ada sesuatu hubungin gue aja."
Taeyong diam, tidak merespon apapun.
"Ini pill suppressant, gue kemaren beli dijalan pas mau balik." Jaehyun menyodorkannya sebuah bungkusan pada Taeyong. "Buat jaga-jaga kalo lo heat lagi." lanjutnya.
Taeyong menatap bungkusan obat itu, lalu mengambilnya. "Thanks." gumamnya pelan. "Gue balik, bye." kemudian ia beranjak pergi dari sana—meninggalkan apartemen Jaehyun.
Jaehyun hanya bisa menatap punggung ringkih itu yang semakin jauh dan menghilang dari pandangannya, ia lagi-lagi menghembuskan nafasnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I've become Omega [JaeYong AU] ✔
Fanfiction[Completed] [Omegaverse/ABO] [Non-Baku] [BxB] [Mature] Sosmed AU+Narasi Taeyong adalah seorang Beta. Tapi kehidupannya mulai berubah setelah dirinya bertemu dengan Jaehyun, seorang Alpha. ⚠ Isi cerita ini sama seperti yang di post pada twitter ⚠ My...