Bising suara alarm nyatanya belum mampu menyadarkan sang wanita dari tidur nyamannya. Bergelung nikmat dibawah selimut berbulu yang ia dekap erat dengan senyum manis yang terpahat. Entah apa yang dia impikan. Sepertinya indah sekali hingga membuatnya enggan membuka mata.
Tak lama setelahnya, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun memasuki kamar wanita itu. Ia mengerucutkan bibirnya lucu saat memandang sang ibu yang masih terlelap, kemudian ia beranjak untuk naik ke atas ranjang dan menggoncang tubuh ibunya dengan lembut.
"Momy, Luhan Momy, ayo bangun... Hari ini hari pertama Jisung masuk sekolah setelah libur smester, Jisung tidak mau terlambat di hari pertama masuk sekolah."
"Ehm." Luhan mengeliat, masih enggan membuka matanya, wanita itu malah menyamankan diri dengan mempererat pelukannya pada guling.
"Momy, ayo bangun! Ayo ayo! Jisung enggak mau terlambat!" bocah bernama Jisung itu kembali mengguncang tubuh ramping Mamanya tanpa mengenal putus asa. Dan dia berhasil, wanita berusia dua puluh tujuh itu membuka kelopak matanya. Menampilkan indah binar mata rusanya yang sayu.
Wanita itu tersenyum melihat sosok malaikat kecil yang duduk manis di sampingnya dengan tatapan khas bocah sembilan tahun yang tengah merajuk. Dia sungguh gemas dan tidak tahan untuk mengacak rambut hitam legam buah hatinya.
"Ya Tuhan, kenapa kau menggemaskan sekali, kemari biarkan Momy memelukmu sayang!"
Dengan kecepatan kilat wanita itu menarik anaknya dalam pelukan erat serta menghujani sang putera dengan ciuaman. Bocah sembilan tahun itu terkikik geli lantas mengeliat mencoba melepaskan diri.
"Mom, ayo cepat, nanti Jisung terlambat!"
"Oke, Mom akan mandi dengan cepat dan sayangku Jisung tidak akan terlambat." Wanita itu bangkit berdiri dan meninggalkan puteranya yang kini merapikan tempat tidurnya.
Butuh waktu kurang dari tiga puluh menit bagi Luhan untuk mandi dan merias diri, lalu beranjak ke dapur untuk makan bersama. Jangan tanya siapa yang sudah menyiapkan sepiring roti bakar dan segelas susu hangat, yang jelas bukan Luhan, karena wanita itu masih mandi tadi. Jisung kah? Ya, Jisung yang membuat sarapan untuknya dan sang Ibu. Dia anak yang cekatan dan sangat pengertian serta menyayangi orang tua satu-satunya itu.
"Mom."
"Hm?"
"Nanti, Momy bisa tidak pulang lebih awal?"
Luhan menenggak habis susu coklatnya lalu beralih menatap putranya, "Kenapa?"
"Jisung ingin dijemput sama Momy," bocah itu terdiam sesaat lalu menundukkan kepalanya, "tapi kalau Mom sibuk..."
"Momy akan jemput Jisung."
Jisung mendongakkan kepalanya, bocah itu tersenyum bahagia dan mengangguk, "Mom janji?" Ia mengacungkan jari kelingkingnya yang mungil.
Luhan tertawa kecil lantas menautkan jemari kelingkingnya pada jemari kelingking sang putera. "Promise."
Jisung berteriak bahagia, bocah itu segera menandaskan sarapannya hingga membuatnya tersedak.
"Sayangku Jisung, maafkan Momy ya sayang, sampai saat inipun Momy belum tahu siapa Dadynya Jisung?"
***
"Selamat pagi Nyonya Oh." Sapa para pegawai OH Corpt saat Ibu dari orang nomor satu di perusahaan mereka bekerja berjalan dengan anggunnya membelah lantai satu perusahaan.
Wanita paruh baya itu hanya mengangguk sebagai balasan, langkahnya anggun dan tegas, ketukan sepatu heels itu terdengar tanpa beban, membawa langkah wanita itu menuju lift khusus direksi, ia mengangguk pada bodyguardnya sebagai jawaban atas persetejuan dari pertanyaan sang bodyguard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Destiny
FanfictionLuhan tidak tahu kapan ia melakukannya, Luhan tidak tahu siapa ayah dari anaknya. Dia hanya seorang remaja yang merayakan hari kelulusannya dengan banyak meminum dan mabuk. Kemudian semuanya terjadi. Dan kehidupannya berubah ketika ia pindah ke Sou...