Part 2

51 8 0
                                    

***

2 Hari kemudian...

Sebenarnya, bukan hal yang besar untuk bisa pulang sendiri ke rumah. Aku sudah bisa berjalan cukup baik, dan juga luka yang ada di paha kananku juga sudah membaik. Setidaknya, aku bisa pulang dengan naik taksi. Sayangnya, Kak Sean datang dan memaksa untuk mengantarku pulang.

Kak Sean, adalah kakak laki-lakiku satu-satunya. Dia mungkin terlihat cuek, tapi sebenarnya dia sangat perhatian denganku. Seperti para kakak lainnya. Tentu saja. Aku menghela napas kesal, dan kembali menyandarkan tubuhku di nakas.

"Aku sudah bilang berulang kali agar kamu pulang saja ke rumah... Kamu malah sama sekali tidak pernah mendengarkan aku."

Sudah hampir setengah jam sejak dia datang ke rumah sakit ini, dia mengomel sambil membereskan beberapa barangku.

"Kenapa kamu datang? Darimana kamu tahu aku ada disini?" tanyaku mencoba untuk menghentikan omelannya itu.

Kak Sean menghela napas dengan kasar. Lalu menolehkan kepalanya ke arahku, serta menatap tajam. "Apakah kamu pikir kakakmu ini bodoh, atau semacamnya? Aku punya akses ke data kepolisian, tentu saja aku akan tahu bahwa yang kecelakaan akibat meteor itu adalah adikku satu-satunya. Dasar bodoh..."

Aku hanya menganga mendengar ucapannya. Sebenarnya, itu tidak salah juga. "Aku bisa pulang sendiri kok... Tidak perlu khawatir."

Dia menggelengkan kepalanya berulang kali, dan mulai menutup tas kecil berisi pakaianku yang ku pakai malam itu, serta beberapa benda medis. "Tidak... Aku yang akan tetap mengantarmu pulang. Dan aku tidak butuh bantahan darimu. Mengerti?!"

Aku mengerutkan dahiku. "Aku tidak ingin pulang ke rumah papa..."

Kak Sean berjalan mendekat ke arah ku. Membantuku untuk berdiri dari atas nakas. "Siapa yang bilang aku akan membawamu pulang ke rumah papa, hmm?" ucapnya. Dan aku mendongakkan kepalaku, menatap bingung ke arahnya.

"Lalu?"

"Bodoh... Aku akan membawamu pulang ke rumahmu... Hingga suatu hari nanti, kamu sendiri yang memutuskan untuk pulang ke rumah papa, aku yang akan menjemputmu." jawabnya dengan senyuman kecil.

Dan detik itu juga aku ikut tersenyum membalasnya. "Terimakasih, kakak..."
Telapak tangan kanan Kak Sean terangkat dan mengusap rambutku. "Baiklah... Ayo ku antar pulang. Pelan-pelan saja berjalannya..."

"Iya-iya..." gumamku. Aku mulai melangkahkan kedua kakiku secara perlahan.

Kak Sean membawa tasku di tangan kirinya dan tangan kanannya menggenggam erat tubuhku. Kami berjalan bersama-sama. Dan mungkin ada benarnya juga, jika aku mulai merindukan papa dan juga mama. Setahun terakhir, hanya Sean yang masih mau menghubungiku, atau bertemu denganku. Walaupun terkadang, mama juga menghubungiku, dan menanyakan kabar. Meski itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh papa. Tentu saja.

"Baik... Kamu masuk ke dalam mobil dulu, aku akan meletakkan tasmu ini di kursi belakang." ucap Kak Sean sambil membuka pintu mobil dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu.

Aku mendudukkan tubuhku dengan perlahan, memastikan bahwa lengan kiri dan juga paha kananku tidak membentur apapun. Tak lama, setelah berada di posisi ternyaman, aku mulai menyandarkan tubuhku di bangku mobil. Aku melirik ke arah Kak Sean yang baru saja masuk ke dalam mobil. Dan menutup pintu mobil dengan perlahan. Mobil pun mulai berjalan dengan kecepatan sedang.

In The Dark ✔️ {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang