•00•

1.8K 161 11
                                    

𝘋𝘪𝘴𝘤𝘭𝘢𝘪𝘮𝘦𝘳 ©𝘔𝘢𝘴𝘩𝘢𝘩𝘪 𝘒𝘪𝘴𝘩𝘪𝘮𝘰𝘵𝘰✔

.
.

🖤🖤🖤🖤

Sebuah terowongan yang gelap, tempat yang sangat sangat cocok untuk di jadikan sebagai tempat Eksekusi bagi mereka yang tak pernah menghargai orang lain.

Kini, saat ini. Hinata tengah duduk dengan damai di atas amparan rel kereta yang berada di dalam terowongan.

Bersenandung dengan damai, itu adalah kenikmatan dalam kesunyian.

"Hm, biar kutebak. Ada di mana dia sekarang ya?" Hinata menopang dagunya, memikirkan di mana tempat paling aman untuk melarikan diri darinya.

"Hahaha TIDAK ADA! Tidak ada tempat yang bagus untuk bersembunyi di sini," Hinata mengecilkan suaranya, menatap kesekeliling sudut terowongan.

"Oh YA! Aku menemukanmu" Hinata beranjak dari tempat awalnya, berjalan perlahan menuju sebuah tiang besar. Dengus nafasnya semakin membara, siapapun yang berada di belakang tiang besar itu akan di pastikan dia menderita.

Bruk
Dengkuman barang jatuh terdengar dari sisi lorong belakang, Hinata tak peduli. Yang dia perdulikan hanya mangsanya dan hanya mangsanya.

"Haaaa Aku menemuk- Ehh sudah lari ya" Hinata mengangkat bahunya sendiri, berbicara pada dirinya sendiri, dan menjawab sendiri. Ternyata si mangsa sudah lebih dulu kabur. Tapi bukan Hinata kalau tidak bisa menemukan mangsanya.

Hinata melangkah pelan, hingga dia melihat sedikit kain di belakang tiang besar di depannya.

Dalam hitungan detik Hinata mencekik leher mangsanya, dengan tatapan yang sudah siap untuk makan.

"Le-leepass too-tolo"

"Hus! DIAM!!" Hinata tidak suka orang yang merengek seperti bayi. Sudah seperti bayi berisik pula.

Dalam hitung detik tatapan Hinata berubah menjadi tatapan Iblis kejam yang siap memangsa.

Nafas pria ini kini tersengal sengal, tangannya meronta ronta ingin melepaskan cekikan Hinata. Dia pria tapi sayang dia tak dapat melawan kekuatan Hinata.

"BERHENTI MERONTA RONTA!" pekikan khas keluar jelas dari mulut Hinata.

"Lep-passkan aakuu" wajah sedih yang bagus, itu yang Hinata suka.

"Kau terlalu memberontak! Kalau ini mati akan kubuat dengan nyaman!" sedikit senyum lebar untuk penghias kata kata Hinata, hingga sebuah pisau bedah menusuk mata mangsanya dengan cepat.

"AAAAAAAAAA-"

Scret
"Hinata tidak suka orang berisik! Maaf ya, nikmati saja kematianmu dengan diam!" Hinata merobek mulut mangsanya dengan cepat, teriakan pria itu terlalu berisik untuknya.

Pria di depannya terus saja meronta ronta. Sakit. Perih. Tentu saja, sekarang air matanya telah beribah menjadi air mata darah.

Sayangnya ketika Hinata ingin menancapkan pisaunya, sang mangsa berhasil lolos. Dengan santai Hinata menarik tangan pria itu, membantingnya kearah dinding rel kereta.

Dark Night [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang