Me Time With You

187 68 153
                                    

Nakal boleh! Mencemarkan nama baik sekolah, jangan!

Louis Revano Mahendra
______________________________________________

Vano dan Reva berjalan beriringan memasuki mall. Menaiki eskalator, melewati beberapa toko yang ada di dalamnya, hingga berhenti pada sebuah toko yang menyediakan berbagai macam jaket dan hoodie. Vano berencana akan membelikan hoodie untuk Reva.

"Kita ngapain kesini?" tanya Reva.

"Beliin makanan buat lo," jawab Vano masih dengan langkahnya memasuki toko.

"Harusnya kan di resto bukan disini," sahut Reva menyusul Vano yang telah berjalan di depannya.

'ini anak bego-nya ori banget ya' batin Vano.

"Revaa ... lo sekolah berapa tahun sih? Kok bego nggak turun-turun? Kita masuk kesini ya berarti mau beli hoodie lah, oneng!" jawab Vano kesal.

"Dirumah gue ada hoodie kok." Reva masih tak mengerti maksud perkataan Vano, ia pikir Vano tak mengetahui jika dirinya juga memiliki beberapa hoodie seperti yang sedang Vano kenakan.

"Ya itu dirumah lo! Ini kita di mall, dan lo pakek sragam sekolah. Otomatis badge sekolah lo terpampang nyata di mata dunia! Harus ditutupin biar nggak ketauan sama orang lain. Nakal boleh! Mencemarkan nama baik sekolah, jangan!" jawab Vano menjelaskan panjang lebar.

"Oh iya ya ... lo emang kadang kalo ngomong suka bener," ucap Reva memuji.

"Gue bener terus yaa, sorry," ujarnya membanggakan diri.

Ingin rasanya Reva menarik kembali perkataan pujiannya. Namun apalah daya, Vano memang selalu benar jika berbicara. Entahlah dari mana Vano bisa berbicara dengan baik dan benar, menciptakan kata-kata yang entah datangnya dari mana. Mungkin karena dia anak IPS yang lebih banyak bicara, dibandingkan dengan Reva yang lebih banyak menggunakan otaknya untuk perhitungan angka.

Vano dan Reva juga memiliki kepribadian yang berbanding terbalik, Vano yang merupakan jajaran most wanted di sekolahnya dan juga menggelar nama sebagai murid pandai sekaligus sedikit nakal. Kepandaian Vano memang terpacu pada otaknya yang berfikir rasional, bukan perhitungan seperti anak IPA. Jadilah dia memilih jurusan IPS daripada IPA. Sedangkan Reva, dia adalah gadis biasa yang tak ramai dikenal, namun sejak berpacaran dengan Vano, membuatnya sedikit lebih populer dari sebelumnya. Otaknya yang pandai perihal perhitungan, membuatnya masuk kedalam jajaran anak IPA.

Sikap dan karakter keduanya memang sangat berbeda. Vano yang lebih banyak mengedepankan akalnya, sedangkan Reva yang lebih mengedepankan perasaan. Itu memang kodrat perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan? Perbedaan keduanya bukan hanya itu saja, Vano memiliki kepribadian yang lumayan cerdas dan mampu mengolah emosi dengan baik sedangkan Reva memiliki sifat childish yang selalu membuat Vano pusing , beruntung Vano memiliki stok kesabaran ekstra untuk menghadapi Reva.

Mereka berdua memasuki toko dan melihat-lihat bermacam-macam hoodie yang terpampang disana. Belum sempat Reva memilih hoodie yang disukainya, Vano memintanya untuk menunggu di kursi dekat dengan kasir. Dengan alasan Vano sendiri yang akan memilihkan hoodie untuknya.

15 menit Vano berbolak-balik kesana-kemari, akhirnya dia menemukan sebuah hoodie yang dirasa cocok untuk kekasihnya. Ia pun segera menghampiri Reva.

MUNGKIN NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang