6 | Bayi Gula

201 19 14
                                    

Tidak, Jean sebenarnya tidak benar-benar berniat dan seberambisi itu untuk menghancurkan Theo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak, Jean sebenarnya tidak benar-benar berniat dan seberambisi itu untuk menghancurkan Theo. Menurutnya tidak ada gunanya juga, justru buang-buang tenaga karena sedari awal Jean sudah tekankan kalau dia juga tidak suka dengan perusahaan Tantono ini. Jadi, semua yang ia lakukan di depan pintu pertemuan tadi hanya sebatas untuk menghargai Opa yang sudah bekerja keras hingga berhasil menjadikan Tantono Group sebesar ini. Dia tidak ingin si Theo keparat itu menghancurkannya begitu saja dan meraup keuntungan seenak udel.

Tapi sebenarnya tidak juga sih. Tadi Jean mana sempat kepikiran ke sana. Dia baru saja kepikiran alasan itu barusan. Semua hal tadi sebenarnya ia lakukan secara impulsif. Iseng saja, sepertinya menyenangkan membuat Theo kesal. Apa lagi melihat rahang mengeras dan kepalan tangan terkepalnya. Beuh, sebuah kepuasan tersendiri bagi Jean.

Jika kalian penasaran apa hal yang membuat Jean sebegitu senangnya di atas kekesalan orang lain, jawabannya cukup sederhana. Dia sebenarnya hanya melakukan pembalasan sebab orang pertama yang berhasil membuat Jean terkekang adalah Theo.

Dulu, Jean ingin sekali masuk sebuah SD dekat rumahnya agar bisa satu sekolah dengan tetangga sekaligus teman mainnya. Namun, Theo seenaknya melarang. Ia justru memaksa orang tuanya untuk memasukkan Jean ke sekolah internasional yang berjarak 45 menit dari rumahnya. Dan karena itu, Jean terpaksa harus bangun sangat pagi demi bisa mencapai sekolahnya tepat waktu. Jean kehilangan haknya untuk bangun lebih siang layaknya anak-anak SD lainnya.

Pengintaian yang dilakukan Opa, Theo juga pengompornya. Jean pernah ketahuan berteman dengan seorang anak yang hobi membolos demi merokok di warung belakang sekolah ketika SMP. Hanya sebatas berteman, Jean bahkan tidak kepikiran sama sekali untuk ikut-ikutan. Dan sejak saat itu, Theo tidak henti-hentinya melaporkan setiap tindakan Jean yang menurutnya mencurigakan pada Opa. Hal itulah yang membuat Opa krisis kepercayaan terhadap Jean. Jadilah, tiada hari tanpa Jean tidak diikuti oleh intelnya Opa.

Itu hanya segelintir ulahnya. Masih banyak hal lain yang Jean yakin pasti bisa membuat kalian kesal hingga ke ubun-ubun dengan orang tua satu itu. Sekarang paham 'kan dari mana asal muasal ke-rebel­-annya ini?

Saat ini Jean sedang duduk dengan begitu gabut di ruang pertemuan. Harusnya pertemuan ini sudah dimulai sejak makan siang tadi. Namun, sial sekali, ini sudah mendekati makan malam dan Opa belum juga datang. Kalau tidak ditahan Jo untuk tetap di sana, Jean juga paling sekarang sedang molor di salah satu kamar hotel ini.

Sekarang apa coba? Jean malah terperangkap dengan jokes garing milik Pakde Sura yang tak kunjung selesai dari tadi.

"Jean," Sura meneguk teh yang sengaja disediakan lalu menaruhnya kembali di atas meja, "teh ini rasanya kurang enak ya?"

"Biasa aja kayaknya," Jean mencoba untuk meneguk teh miliknya dan menanggapi asal karena ya memang rasanya biasa saja???

Pakde Sura mengangguk, lalu ia melanjutkan ucapannya lagi, "Tapi nggak apa-apa sih. Kemarin waktu Pakde lagi dinas, Pakde ketemu teh yang ngebingungin banget."

Mess UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang