Kekasih Bayangan 7

24 5 1
                                    

Fathan terus menggerakkan kakinya, membawa Lesya menuju gazebo taman belakang pesantren. Matanya melirik sekilas kepada Lesya yang mengekorinya di belakang. Sudah beberapa kali ia menangkap Lesya tengah memperhatikannya diam diam, tatapan Lesya sulih tertebak.

Keduanya duduk disertai jarak yang cukup dibilang jauh. Entahlah Fathan yang merasa atau memang nyatanya seperti itu. Gerak-gerik Lesya yang terus memperhatikannya membuatnya berpikiran jika Lesya mencintainya.

"Aku tak punya banyak waktu," suara Lesya mengintrupsi, Fathan tersenyum canggung, menghembuskan nafasnya untuk mencoba mengenyahkan pikiran aneh.

"Jawab jujur ya!" Lesya mengangguk, sedari tadi ia berusaha keras memendam keinginan hatinya untuk tidak menatap mata Fathan, matanya terus melirik ke sana kemari, menghindari satu objek, mata Fathan.

Memandang mata Fathan dengan intens pasti bisa membuatnya kembali rapuh, hatinya tak mampu untuk lebih lama lagi berpura pura akan perasaan yang dia pendam sendiri.

Kaki Lesya terus diayunkan, menutupi kegugupan. Kali ini ia merasa ada yang berbeda dengan Fathan, cara laki laki itu menatapnya, memperhatikannya, dan memperlakukannya itu sangat jauh berbeda dengan hari hari sebelumnya.

"Aku pernah nyakitin kamu?" tanya Fathan, mata Fathan memicing menatap Lesya intens.

Entah jawaban apa yang seharusnya diberikan Lesya pada Fathan. Jika bilang tidak, nyatanya ia memang tersakiti. Bilang iya, alasan apa yang tepat untukmejawab iya. Lagi pula kenapa tiba tiba Fathan menanyakan hal itu?

Lesya meggeleng, "Kamu nggak pernah nyakitin aku kok," bebohong. Itulah pilihan yang lebih tepat. Itulah pilihan aman. Menjawab iya pasti akan membuat Lesya mendapat banyak masalah dan Fathan pasti akan tau jika ia menyukai laki-laki beda agama itu.

Kalian tau makna berbohong untuk kebaikan bukan? Ya itu yang sedang Lesya lakukan. Ia melakukannya demi kebaikan hidupnya, kebaikan hatinya.

"Hanya itu? Apa aku boleh pergi? Leon menungguku," Lesya bangkit, tatapan matanya masih enggan menatap Fathan. Tak mendapat jawaban dari Fathan, Lesya berlalu.

"Jujur, Sya. Kamu suka sama aku?" tanya Fathan sedikit menaikkan nada suaranya. Fathan tetap di tempat namun berbeda posisi. Laki-laki itu sudah berdiri memandang Lesya dengan wajah pias.

"Aku nyakitin kamu lewat perasaan kamu 'kan, Sya?" Fathan kembali bersuara, namun tak sekeras tadi. Dia sudah berjalan mendekati Lesya. "Jujur.. Aku minta kamu jujur, Sya," tambah Fathan tepat di depan Lesya. Tak ada pegang tangan, memeluk, atau hal lainnya. Fathan hanya berdiri, menatap wajah terkejut Lesya dengan wajah dan tatapan sendunya.

Lesya menggeleng pelan, menahan gejolak hatinya until mengatakan iya. Ia sedikit berjalan mundur, membuat jarak di antara mereka.

Melihat itu Fathan tak mau kalah, ia berjalan mengikis jarak antaranya dam Lesya. "Jawab jujur, Sya."

"Enggak, Fathan. Aku nggak suka sama kamu. Leon, ya. Aku udah ada Leon, masa aku mau selingkuh dari dia," ujar Lesya, ia terkekeh pelan menghilangkan kecanggungan hati saat berada sedekat ini dengan Fathan. Lesya kembali berucap, "Leon itu pacarku, makanya aku ajak dia ke sini."

"A-aku ke toilet sebentar," izin Lesya segera berlalu tanpa mendengar jawaban dari Fathan.

"Oh.. Baiklah," Fathan tersenyum sendu, lalu melangkahkan kakinya pergi.

***

Fathan duduk di depan Leon, melirik laki-laki itu sedikit menilai. Kini tak ada raut ramah lagi di wajah dan tatapan matanya, semua tergatikan dengan tatapan, raut, dan senyum sendu.

"Kamu pacaran sama Lesya?" tanya Fathan pada Leon, senyuman sendunya masih terlihat jelas.

Leon mendongak terkejut akan pembahasan ngelantur laki-laki di depannya. Ia tertawa garing mendengar pertanyaan Fathan. Bagaimana bisa laki laki itu berpikiran seperti itu? Secara dia dan Tarasha baru mengenal kemarin sore.

"Aku hanya teman, Kita bahkan baru kenal kemarin."

Baiklah, Fathan merasa dirinya tertipu oleh akal cerdas Lesya. Ia mendesis pelan, senyum sendunya kembali terlukis, wajahnya pias.

"Apa kamu cemburu?"

Fathan menoleh cepat, menggelengkan kepalanya. "Tidak.. tidak, aku hanya bertanya. Lagi pula aku menyukai perempuan lain," bantah Fathan cepat, Leon tertawa kecil melihatnya.

"Benarkah? Siapa perempuan itu?" sedikit demi sedikit kecanggungan Leon terhapus, laki-laki itu bahkan terus memperlihatkan tawanya. Leon kira berteman dengan orang berbeda itu akan membosankan, karena yang di pikirannya adalah 'perbedaan adalah hal mustasil untuk disatukan'

"Kamu tak perlu tau," ketus Fathan, mencoba mensibukkan dirinya dengan buku di depannya. Seakan mengelak dari pembahasan.

"Leon, ayo!" suara Lesya mengintrupsi tawa Leon, Leon mengangguk, beranjak berdiri. Namun sebelum itu dia melirik Fathan yang enggan menatapnya, atau mungkin enggan menatap Lesya?

"Ah, sebentar, Les," ujar Leon menghentikan langkah Lesya. " Fathan, dimana toilet?" sambung Leon melirik Fathan dengan senyum tipisnya.

"Argi! Danis"

Seorang anak laki-laki berumur sekitar 11 tahun datang menghampiri mereka dengan temanya di sampingnya.

"Bisa antarkan kakak itu ke toilet?" kedua anak itu memusatkan perhatiannya ke Leon, mengangguk. Lalu berjalan mendahului Leon.

Kini tinggal Lesya dan Fathan yang berada di sana, keheningan menyelimuti. Lesya memainkan handphone menutupi kegugupannya. Dia tak tau jika sedari tadi laki-laki berbeda agama it terus memperhatikan gerak geriknya.

"Kamu bohong 'kan? Kamu berbohong, kamu nggak pacaran sama Leon," Fathan membuka suaranya sedikit menohok Lesya.

"Nggak kok, jangan sok tau," elak Lesya berusaha santai di dalam situasi menyudutkan seperti ini. Dia terkekeh kecil. "Aku udah pacaran sama Leon satu bulan yang lalu," tambah Lesya. Sungguh saat ini Lesya merutuki Leon yang tiba tiba pergi dan berharap laki-laki bule it segera datang.

"Benarkah Nona Auristela Qalesya Shaenatta? Saya tidak bodoh untuk anda permainkan. Saya udah tau semuanya. Anda dan Leon baru mengenal kemarin sore jadi bagaimana mungkin kalian bisa berpacaran secepat itu?" Lesya bergidik ngeri melihat sosok lain dari Fathan. Otaknya terus berpikir apa yang pantas untuk dijadikan alasan.

"A-aku dijodohin," alasan klise dengan pelafalan yang sedikit terbata membuat Fathan memperlihatkan smriknya. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.

"Benarkah? Aku sudah menanyakan hal ini pada Leon dan jawabannya kenapa berbeda denganmu?" tanya Fathan terlihat santai. Aura Fathan kali ini terlihat sangat berbeda.

Lesya diam, situasi ini sangat tidak disukai oleh Lesya, menyudutkan. Tuhan jawaban apa lagi yang harus ku beri..

Lesya terus berharap agar Leon kembali, kenapa laki-laki itu lama sekali? Apakah dia sedang mandi? Lesya tak berani menatap Fathan. Tatapannya terus menatap ke bawah.

"Kenapa kamu tidak jujur saja? Apa alasannya? Atau kamu benar benar menyukaiku?" merasa sudah sangat tersudutkan Lesya menatap manik mata Fathan.

Mereka saling memainkan kontak mata, menatap satu sama lain dengan perasaan berbeda. Hati Lesya bergetar hebat, seakan ada ribuan kupu kupu yang terbang di perutnya.

"Ya, aku menyukaimu, tidak hanya menyukaimu aku bahkan mencintaimu."

"Kamu menyakitiku, Fathan."

***

Next part?

Wait ya

Kekasih BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang