Seorang gadis berambut panjang bergelombang itu terbaring di kasur, menatap langit-langit kamarnya seraya berpikir. Sesekali jari telunjuknya yang ia ketukkan didagu, menambah kesan berpikir.
Merasa bosan, ia memilih bangkit, duduk dengan punggung yang ia senderkan pada dashboard ranjang. Tangannya terlipat didepan dada. "Apa yang harus aku lakukan untuk membuat Lesya menjauh dari Fathan?" tanya Felisya pada dirinya sendiri, ia menghembuskan napasnya kasar.
"Leon?" pikiran Felisya terjatuh pada sosok laki-laki berdarah bule itu. "Eh, emang dia bisa buat Lesya berpaling dari Fathan?" Leon mungkin pilihan yang tepat, namun mengingat jika Leon adalah orang baru di kehidupan Lesya, membuat Felisya ragu akan hal itu.
Felisya berdecak kesal. "Eh, nggak-nggak, mereka kan baru kenal," gumamnya. Saat ini, Felisya dilanda kebingungan. Ia tak mau sahabatnya terluka, tapi ia juga ingin jika sahabatnya bahagia, tapi tidak dengan Fathan.
"Atau," Felisya bergumam pelan. "Coba aja dulu?" lanjutnya. "Tapi, apakah Leon orang baik-baik? Secara, aku kan belum kenal dia," ragu Felisya.
"Oh, atau gini aja. Aku harus cari tau dulu sikap Leon secara pelan-pelan," putus Felisya, ia menghela napasnya.
Drt...drt....
Ponsel Felisya bergetar, ia melirik ponselnya yang berada di atas nakas. Nama Lesya terpampang jelas disana. Felisya mengambil ponselnya dan menggeser tombol hijau, menempelkannya di telinga.
"Ada apa?" tanya Felisya. Didetik berikutnya terdengar isakan kecil disebrang sana. Ia mengernyit bingung.
"Lesya, kamu kenapa?" tanya Felisya khawatir.
"Aku butuh saran kamu Fel, bisa ketemu gak?" tanya Lesya dengan isakan kecilnya.
"Tapi, ini kan udah malam Sya. Nanti kalau papa sama mama kamu tau, gimana?" tanya Felisya khawatir. Arka dan Vinka memang tegas terhadap anaknya. Namun, itu semua dalam bentuk kasih sayang.
Terdengar, Lesya bergumam sebentar lalu berdecak. "Gapapa Fel, lagian perginya juga sama kamu, kan?" Arka dan Vinka memang sudah mengenal baik Felisya. Jadi, mereka percaya jika Lesya bersahabat dengan Felisya.
"Yaudah, mau ketemu dimana?"
"Di cafe dekat kampus." Lesya memutus sambungan secara sepihak setelah Felisya menyetujuinya.
•••••
Sedotan milkshake berwarna hitam itu terus diputar oleh Lesya dengan tatapan lurus kedepan. Felisya mulai jengah melihat tingkah sahabatnya yang seperti ini. Bagaimana bisa Lesya dibuat gila cinta oleh seorang Arfadhia Fathan Radeya?
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Felisya memecah keheningan. Lalu tatapan Lesya beralih menatap Felisya sendu.
"Papa sama mama aku sudah tau kalau aku masih berhubungan sama Fathan." Lesya menyeruput minuman didepannya itu.
"Yaudah sih, aku kan udah pernah bilang. Ngeyel sih!" cerca Felisya santai, lalu ia menyuapkan spageti yang ia pesan tadi.
Lesya mendesis kesal. Bukannya diberi masukan, ini malah di salahkan seperti ini. "Aku tau, aku--" Lesya menggantung kalimatnya.
"Kenapa? Ayo cerita," desak Felisya.
"Aku mau, kamu bantu aku buat move on dari Fathan ya?" pinta Lesya serius. Kedua matanya mulai membendung cairan bening.
Berbeda dengan Lesya, mata Felisya membulat sempurna mendengarnya. Kedua sudut bibirnya terangkat. "Ini baru namanya Lesya. Kan dari dulu, aku udah nyuruh kamu buat jauhin Fathan tapi kamu gak dengerin."
"Tapi, move on nya bukan dengan cara ngejauhin dia."
Untuk yang kedua kalinya, mata Felisya membulat sempurna. Tapi, kali ini karena kaget, bukan bahagia. "Terus gimana? Kalau dengan cara itu, ya susah dong!" sewot Felisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Bayangan
Teen FictionKisah dua orang remaja yang terlibat dalam masalah percintaan. Namun, mereka menyadari bahwa mereka sangat berbeda, bahkan berbeda jauh. Saling menyimpan rasa, namun perbedaan itu membuat mereka tidak bisa bersatu. Bagaimanakah kisah mereka? Perbeda...