Sebelas

45 3 0
                                    

WUZZ AING LEWAT🛵🔥

Sayangnya kamu itu hanya butiran debu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayangnya kamu itu hanya butiran debu. Tidak terlihat tapi menganggu.

SENJARA~

-
-
-
"Iya bun, makasih."

Tangan Bunda Lili mengelus lembut puncak kepala Ara. Tak berselang lama, gadis itu sudah tertidur kembali dengan tenang dan napas yang terasa panas.

Setelah memastikan Ara benar-benar nyenyak tidurnya, Bunda Lili beranjak untuk pulang. Wanita itu masih ada urusan sebentar, mungkin nanti ia kembali ke rumah Ara lagi.

-----

Terlihat seorang lelaki yang berpakaian santai dengan kaos dan celana jeans hitam meminum ice americano yang ia pesan beberapa saat lalu. Sesekali dia memainkan handphone yang ia pegang, terlihat seperti menunggu seseorang. Ia tadi langsung bersiap begitu kekasihnya mengajak bertemu.

Tidak lama kemudian seorang perempuan menghampiri tempatnya duduk.

"Hai," Sapa gadis itu sambil duduk disebelah laki-laki itu.

Tangan laki-laki itu bergerak mengambil tangan si gadis untuk di genggamnya.

"Maaf ya nunggu lama," Sesal gadis itu merasa bersalah.

"Mau pesen apa?" Tanya laki-laki itu.

"Emm, milkshake strawberry aja."

"Makan?"

"Kentang goreng aja."

Setelahnya laki-laki itu memesankan minuman seperti kata gadisnya tadi. Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang, dan mereka menyantapnya dengan diam. Gadis itu hanya memperhatikan laki-laki yang sedang makan disampingnya, sesekali ia juga menyedot minuman miliknya dengan diam.

"Senja," Panggil gadis itu.

"Hemm," Dehemnya singkat tidak mengalihkan pandangan matanya dari makanan.

"Selamat ya kamu berhasil juara satu, aku bangga sama kamu. Ihhh aku seneng deh punya pacar pinter kayak kamu," Ucapnya senang.

Senja terkekeh ringan, tangannya mengusap lembut puncak kepala gadisnya. Tak lupa juga, senyuman maut ia berikan membuat gadisnya terpaku beberapa saat.

"Makasih," Ucapnya, kemudian ia mengarahkan sendok yang berisi makanan ke mulut sang gadis. Tentu saja Karin menerima dengan senang hati.

Dengan mulut yang masih penuh, Karin kembali  berbicara. "Maaf ya aku telat ngucapinnya," Sesal Karin.

"Maaf mulu sih, nggak papa. Lagian ngucapin doang kok."

Senja mengambil tisu didepannya, kemudian tangannya ia arahkan ke bibir Karin berniat menghapus noda makanan yang menempel dibibir gadis itu.

SENJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang