3. Kedatangan yang Mengejutkan

9 1 0
                                    

Happy reading!

"Gak usah banyak tanya! Ganti baju sana! Gue kasih lo waktu 5 menit."

✍️✍️

Langit kembali mendung, menambahkan suasana kelabu dalam hatiku. Angin sore menerpa wajahku yang kusam. Ku dongakkan kepala, menatap langit yang ternyata sudah meneteskan beberapa tetes air hujan.

Sudah 1 minggu berlalu, dimana perdebatan itu terjadi dan sampai sekarang aku belum bertemu dengan kak Ken. Kabarnya pun aku tidak tahu. Miris bukan? Aku pacarnya tapi, bahkan aku tidak tahu apapun tentang dirinya.

Kedua mataku kembali memanas, tatapan ku menerawang ke jalanan kosong. Aku seperti bukan diriku yang dulu. Sejak mengenal kak Ken, sejak resmi menjalin hubungan dengannya aku merasa seperti orang kehilangan raga.

Aku merasa kalau aku bukanlah diriku yang dulu. Apa mungkin ini rasanya berpacaran dengan laki-kaki populer di sekolah. Aku kira akan menyenangkan, terlebih nama ku juga akan ikut terangkat dan terkenal di seantero sekolah sebagai kekasih dari Kak Ken. Hanya saja ... nampaknya apa yang terjadi di luar ekspektasi.

Banyak hal yang ku alami selama satu bulan ini.

Kak Ken tak pernah menunjukkan sisi lembutnya padaku. Kata-kata manis pun tak pernah keluar dari mulutnya. Justru sebaliknya, dia selalu memperlakukan ku dengan kasar, dingin dan sangat cuek.

Kenapa aku merasa kalau aku ini adalah musuhnya, bukan seorang pacar yang benar-benar ia cintai. Tatapan yang ia berikan padaku, hanya di penuhi dengan kebencian.

Lalu untuk apa dia menyatakan perasaan nya padaku, kalau ujung nya seperti ini. Aku seperti seseorang yang kehilangan arah, tak tahu harus berbuat apa. Hanya bisa menunggu sampai dia kembali datang padaku. Tapi, sampai kapan.

Apa aku minta putus saja ya?

Menghela napas, ku angkat telepon dari Adnan.

"Lo dimana?"

"Di jalan," jawab ku lemas.

"Gue jemput ya." Wajahku memberenggut, kenapa harus Adnan. Padahal saat ini aku sangat berharap kalau Kak Ken yang mengatakannya.

"Gak usah. Aku bisa naik angkot, kok. Udah ya," tolak ku mengakhiri panggilan sepihak.

✍️✍️

"Makasih, bang," ucapku setelah mendapatkan uang kembalian.

Dengan langkah gontai ku dorong pagar hitam yang menjulangi tinggi. Hari ini aku ingin segera merebahkan tubuh penatku.

Ceklek ....

Ku tutup pintu dengan rapat. Lalu melempar tas punggung kesembarang arah. Ku duduk'kan bokong di depan meja belajar. Berkaca di cermin kecil yang sengaja ku letakkan di sana.

Aku terkekeh kecil, melihat bagaimana begitu menyedihka nya wajahku saat ini. Aku bahkan menyadari sesuatu bahwa sebelumnya aku tidak pernah memiliki ekspresi sejelek ini.

"Pantes aja di sia-siain," cibir ku menyentuh kedua pipi yang terlihat kusam.

Setelah ku raba, ternyata kulitku begitu kasar dan sedikit berminyak. Padahal, sejak dulu aku selalu merawat wajah ku dan itu terjadi saat aku masih duduk di bangku SMP. Lalu bagaimana perjuangan ku itu bisa langsung hancur di masa SMA ini.

Love Maze Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang