6. Luka

6 0 0
                                    

Happy reading!

"Jalan sama gue mau?"

🍃🍃

Ku seka air mata yang keluar dari sudut mata. Aku tak tahu, kenapa mataku terus saja mengeluarkan air mata. Padahal aku baik saja-saja. Hanya sedikit perih yang menjalar di hatiku.

Aku bukan gadis lebay yang akan menangis lalu menghabiskan 100 bahkan 1000 lembar tissu hanya untuk menghapus air mata dan ingus. Ew ... buang- buang duit.

Ku hembuskan napas dengan pelan, berjalan kaki di sore ini setidaknya mampu membuat hatiku sedikit lebih tenang.

"Hai ...."

Langkah ku terhenti, memiringkan kepala ke samping. Menatap heran pada laki-laki dengan anting hitam di telinga kirinya di depan ku. Kenapa laki-laki ini selalu berada di tempat yang sama dengan.

"Eh, Hai,"  balas ku tersenyum kikuk. Sebenarnya aku masih merasa takut untuk menemui Erik. Bisa saja kan dia itu anak indigo.

"Gue bukan anak indigo," kekeh Erik membuat ku melongo kaget.

"Hahaha ... gak usah kaget gitu kali," sambung Erik mengubah posisi menjadi berjalan di sampingku.

"Kamu punya ilmu sihir ya? Atau kamu itu wizard, atau vampir, atau mermaid?" tebakku terkejut dengan apa yang ku ucapkan.

Terlihat Erik bukannya tersinggung, ia justru malah tertawa terbahak-bahak dengan wajah yang memerah. Aku juga bisa melihat bahwa sudut matanya sedikit mengeluarkan air mata.

Sebegitu lucu kah ucapan ku?

"Kebayakan baca novel fantasi tuh. Pikiran aja ngawur," sindir Erik dengan sisa tawanya.

"Hih ... mana ada," elakku cemberut.

Erik menoleh, lalu tersenyum kecil saat tak sengaja pandangan kami bertemu.

"Sore-sore gini mau kemana?" tanya Erik setelah sekian lama keheningan terjadi.

"Hm ... gak tahu. Kamu sendiri kok bisa ada disini?"

"Mau liat bidadari Kenzo."

Aku termenung, ku tatap garis wajah Erik yang benar-benar tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan kak Kenzo. Kalau saja, seandainya, kak Kenzo memiliki kepekaan atau keistimewaan seperti Erik.

Hati ini pasti akan baik-baik saja sampai saat ini. Setidaknya kak Kenzo akan berhenti berlaku kasar setelah mengetahui begitu banyaknya luka yang ia buat.

"Lo jarang banget ya jalan keluar sama Ken?" tanya Erik sambil mengusap tengkuknya.

Langkah ku terhenti.

"Pernah satu kali, cuman ... berantakan," gumamku sedih.

Erik tersenyum samar, "Jalan sama gue mau?"

"Huh?" aku membeo, menatap Erik penuh keterkejutan.

"Kapan-kapan gue jemput ke kosan lo," ucap Erik membuat ku semakin bingung.

Aku tertawa hambar menanggapi ucapan Erik, jujur aku tidak tahu apa yang harus ku katakan.

"Khm ... khm... "

Suara itu, kenapa terdengar sangat familiar di telingaku. Dengan gerakan cepat, ku angkat wajahku yang sedikit menunduk. Menatap sesosok laki-laki tegap yang berdiri 5 langkah dari ku.

"Pangeran lo udah datang, tuh," bisik Erik membuat ku tersentak dari keterkejutan.

Ku tatap secara bergantian kedua laki-laki di depan dan di samping ku ini. Kenapa aku merasa kalau hubungan mereka sepertinya tidak baik. Terlebih saat kak Kenzo beberapa kali berdecih dengan senyuman miringnya. Berbanding terbalik dengan Erik yang hanya menampilkan senyuman getir nya.

Love Maze Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang