Bagian 5 | Tak terduga

18 2 0
                                    

Bagian 5 | Tak terduga

🍃
Jangan menilai orang lain jika kita belum mengenalnya dengan baik, kadang yang kita lihat dengan mata belum tentu kebenarannya.
***

Ara bergegas keluar kelas setelah Ibu Nisa mengakhiri pelajarannya, ia ingin cepat sampai ke ruang jurnalistik. Sebelum memasuki ruangan tersebut ia menatap sekeliling, seketika tatapannya tertuju pada Azzam yang juga sedang menatapnya.

Gadis itu tertegun, setelah kejadian kemarin membuatnya berpikir ingin mengakhiri rencananya mencari tau tentang Hanin pada Azzam. Tetapi ia urungkan, Ara ingin mengetahui Aqila yang selalu menganggap Hanin ada. Bukankah ia sudah diberikan jalan menjadi bagian dari jurnalistik agar bisa mendekati Azzam dan mengorek informasi yang ingin diketahuinya? Walaupun dalam beberapa hari ini dia mengalami kejadian Aneh, tetapi dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Aratasya, sini!" panggil Adnan sembari melambaikan tangannya.

Gadis itu lantas mendekati Adnan yang berada di samping Azzam, ia tersenyum manis pada keduanya. Sembari menunggu anggota yang lainnya, mereka berbincang bersama. Ara hanya menjadi pendengar saja, sebagai anggota baru dia tidak ingin terlalu menonjolkan dirinya. Sebab Ara hanya ingin fokus menjadi anggota ekskul jurnalistik dan mencari tau tentang Hanin.

Sebelum akhirnya Adnan mengajaknya bergabung untuk berdiskusi bersama. Ara hanya menjawab pertanyaan yang diajukan padanya dengan singkat. Selama di dalam Ara tidak tau harus berbuat apa, biasanya dia yang paling tanggap untuk diskusi, untuk saat ini dia memilih memperhatikan Azzam. Cowok yang sedang memaparkan program kerja jurnalistik berhasil membuat Ara memperhatikannya tanpa berkedip.

"Jadi kita punya empat program, ada program unggulan, program jangka pendek, program jangka menengah, dan program jangka panjang. Dari empat program ini ada yang ingin ditanyakan?" tanya Azzam pada semua anggota ekskul, ia sempat menatap Ara yang sedang memperhatikannya.

"Ara ada yang mau ditanyakan?" tanya Azzam, membuat Ara tersadar dari kegiatannya memperhatikan cowok itu.

Jeda beberapa menit, Ara masih terdiam. Sebelum akhirnya ia memilih untuk bertanya pada Azzam. "Dari empat program itu bisa dijelaskan kegiatannya nanti seperti apa, Kak?"

"Sebelumnya ucapan terima kasih pada Ara yang sudah mengajukan pertanyaan tentang program ekskul ini, dan pertanyaannya sangat bagus," ucapnya, "jadi ada empat program kerja, yaitu program unggulan, untuk jenis kegiatannya ada penerbitan majalah. Program jangka pendek untuk kegiatannya membuat artikel berita, program jangka menengah mengadakan pelantikan pengurus baru, dan yang terakhir program jangka panjang. Untuk program ini kita akan bahas bersama, karena banyak anggota yang belum sempat hadir hari ini. Jadi untuk rapat selanjutnya kita akan bahas program jangka panjang. Selain itu, hari ini akan ada pembagian jabatan atau tugas masing-masing. Mungkin itu saja yang bisa disampaikan hari ini, untuk itu Adnan yang akan menjelaskan pembagian jabatan teman-teman semuanya."

Adnan lantas menjelaskan deskripsi tugas dari anggota jurnalistik, pembagian tugas meliputi sepuluh jabatan. Aratasya masuk dalam bidang sekretaris redaksi.

"Ara udah ngerti tugasnya, kan?" tanya Adnan untuk memastikan.

Ara lantas mengangguk. "Iya, Kak." Ia tidak mempermasalahkan tugas yang diberikan padanya. Hanya saja pernyataan dari Adnan membuatnya tersentak, ia diberikan ruang tempat kerja bersama Azzam, tentunya Adnan juga berada di ruangan yang sama dengan mereka berdua. Hanya saja Ara belum siap jika selalu bersama Azzam dia akan bertanya mengenai Hanin pada waktu yang tidak tepat, seperti saat pertama ia melihat Azzam dalam ruangan ekskul.

Setelah selesai rapat Aratasya lantas pamit untuk pergi ke perpustakaan menemui Ibu Nisma, bersamaan dengan Azzam yang juga ingin ke perpustakaan. Keduanya tidak sadar jika tujuan mereka adalah sama.

Azzam lantas mensejajarkan langkahnya dengan Aratasya, ia sedari tadi memperhatikan Ara dari belakang. Kemudian memilih berjalan di samping Aratasya.

"Mau ke mana?" tanya Azzam.

Ara yang fokus pada ponselnya lantas berhenti saat mendengar suara familier di dekatnya. Ia terkejut melihat Azzam yang sudah berada di sampingnya. "Kak Azzam tanyain apa tadi?" Ara yang hilang fokus lantas bertanya.

"Tadi tanyain mau ke mana."

"Mau ke perpustakaan. Kak Azzam sendiri mau ke mana?"

"Mau ke perpustakaan juga," Seketika Azzam berhenti berjalan, karena Ara memilih memperhatikan seseorang yang berada di bawah pohon itu.

Ara pamit sebentar untuk bertemu Aqila, awalnya ia mengajak Azzam, tetapi cowok itu lantas menolak ajakan Ara. Tetapi Ara memohon agar Azzam mau menemaninya, alasan gadis itu mengajak Azzam adalah agar mengetahui respon Aqila. Sementara Azzam masih berusaha menimbang ajakan tersebut. Ia manatap sejenak Ara, melihat tatapan memohon dari gadis itu membuatnya dengan mudah mengikuti Ara untuk bertemu Aqila.

Namun setelah sampai di bawah pohon itu, Aqila tidak bersikap ramah padanya. Reaksi Aqila di luar batas, seperti kejadian tahun lalu. Jika Azzam datang menemuinya maka Aqila akan bersikap tidak baik padanya.

"Pergi dari sini!" bentak Aqila pada Azzam.

Ara lantas kaget dengan ucapan Aqila, ia masih memperhatikan keduanya dengan saksama. Azzam awalnya ingin menemani Ara, tetapi ia urungkan melihat Aqila yang geram padanya. Aratasya tidak ingin terjadi hal yang tidak mengenakan pada keduanya, ia mengambil keputusan dengan cepat.

"Kak Azzam bisa langsung ke perpustakaan, kan?"

"Iya," jawab Azzam dengan helaan napas berat, ia pergi dari pohon rindang tersebut lantas menuju perpustakaan. Entah sampai kapan Aqila menyalahkan dirinya atas kematian Hanin.

Setelah Azzam pergi, Aqila kembali tenang. Ia mengajak Ara untuk duduk, gadis itu mengikuti perintah Aqila. Hanya saja saat melihat Aqila membentak Azzam membuat pikirannya berkecamuk dalam benaknya, ia ingin bertanya pada Aqila tetapi ditahannya. Ara tidak ingin mengulang kejadian seperti awal mereka bertemu.

"Jangan terlalu deket dengan Azzam, dia gak baik." Aqila memperingatkan Aratasya agar menjaga jarak pada cowok itu, ingin mengelak tetapi Ara tidak ingin menunjukkannya langsung pada Aqila. Takutnya Aqila akan menjauhinya, apalagi ia harus menunggu agar Aqila mau berbagi cerita tentang Hanin padanya.

"Aku gak deket sama Kak Azzam, dia ketua ekskul jurnalistik makanya tadi sempat bareng mau ke perpustakaan," ungkap Ara.

"Baguslah kalo gak deket, dia gak baik buat kamu."

Perkataan Aqila membuat Ara menatapnya dengan heran, orang seperti Azzam terlihat baik menurutnya, tetapi mengapa Aqila mengatakan jika Azzam tidak baik? Mungkinkah Azzam pernah melakukan sesuatu sehingga membuat Hanin meninggal, lantas Aqila membencinya?

Untuk saat ini Ara yakin pilihannya untuk mendekati Azzam adalah benar, ia akan mengetahui hal yang disembunyikan cowok itu dengan berjalannya waktu.

_____________________________________

Ini Aqila, yah❤️

Ini Aqila, yah❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Beri vote dan komentar ❤️

Aratasya puzzlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang