Bagian 1 | Gadis di bawah pohon

107 10 137
                                    

Bagian 1| Gadis di bawah pohon

***
Berhati-hatilah atas apa yang kau ucapkan, karena sebagian orang mampu untuk memaafkan namun tak mampu untuk melupakan
***

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju perpustakaan yang tempatnya di lantai bawah, membuatnya harus menuruni beberapa anak tangga dari kelasnya berada.

Tatapannya tak pernah luput memandang ke depan, sesekali Ara menghembuskan napasnya untuk menyesuaikan ritme jantungnya.

Sudah dua bulan dia berada di sekolah ini, tetapi pertanyaan demi pertanyaan tak pernah luput dari pikirannya. Seorang siswi yang dikenalnya sebagai kakak kelasnya, selalu berada dibawah pohon. Entah itu saat istirahat tiba maupun saat pulang sekolah. Dari rumor yang Ara dengar, teman-teman sekelasnya selalu mengatakan jika kakak kelas yang bernama Aqila tidak pernah bersosialisasi lagi dengan teman-temannya. Selama ini Ara tidak berani untuk bertegur sapa dengan kakak kelas mana pun. Tetapi untuk kali ini ia penasaran dengan gadis yang selalu berada di bawah pohon itu. Kadang ia hanya berpapasan di koridor kelas lalu pergi tanpa mengatakan apapun. Pernah sekali ia mencoba untuk memperhatikan Aqila lebih dekat dari biasanya, tetapi selalu saja ia tidak berani. Ara mencoba untuk kesekian kalinya, gadis itu melangkahkan kakinya dekat dari pohon itu berada.

Pelan-pelan ia duduk di samping gadis itu, Aqila menatapnya sejenak tanpa berkata, kembali fokus dengan dunianya. Ara refleks menelan salivanya, tenggorokannya terasa kering. Berusaha tidak mencari kesalahan yang fatal dengan kakak kelasnya.

Ara berguman pelan, hampir tidak kedengaran. "Maaf ... kalo aku ganggu, Kak." Setelah mengatakan itu, ia beranjak untuk berdiri dari tempat duduknya.

Belum beberapa langkah, sebuah suara berhasil masuk di kedua telinganya. "Kamu gak ganggu, duduk disini saja," ucap Aqila dengan menepuk bangku kosong di sebelahnya.

Ara termenung sesaat, mencoba bersikap sewajarnya. Ia tersenyum pada kakak kelasnya, Aqila ikut menampilkan senyumnya. Atmosfer di bawah pohon sepertinya tidak mendukung. Embusan angin membuat Ara bergidik dengan sendirinya, Ara belum berani untuk menatap lawan bicaranya sekarang, ia mencoba melirik Aqila dari sampingnya, tatapan Ara tertuju di bawah bola mata Aqila. Mata yang sayu, bibir yang pucat pasi, serta tatapan kosong itu membuat Ara mengernyit sesaat. "Kak Aqila gak sakit, kan?"

Aqila menggeleng sesaat, ia memperhatikan Ara. Di detik selanjutnya ia tidak membuka sepatah kata pun, Ara memilih diam dengan sendirinya, tidak ingin mengganggu Aqila yang berada di sampingnya.

Uluran tangan dari gadis di sampingnya membuat Ara mendongak, memperhatikan apa yang dilakukan oleh Aqila. Kakak kelasnya menyodorkan sebuah gelang.

Aqila tersenyum sesaat, membuat tangannya masih berada didepan Ara. "Ini gelang buat kamu!"

"Kenapa? Kak Aqila ngasih aku gelang ini?" tanya Ara.

Aqila menghela napas pelan.
"Gelang ini sebenarnya mau aku balikin ke Hanin, tapi dia gak mau, aku udah bujuk dia buat terima gelang ini ... tapi dia selalu nolak, Hanin selalu diem kalo aku ngomong. Mungkin Hanin marah sama aku," ucap Aqila lirih.

"Kak Hanin?" Ara seperti tersengat listrik, jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya. Mendengar nama Hanin disebut, ia kembali mengingat perbincangan dengan teman-temannya kemarin. Hanin adalah siswi yang meninggal dari beberapa tahun lalu. Kata teman Ara, kakak kelasnya meninggal dengan tragis. Hanin ditemukan dalam keadaan gantung diri di sebuah pohon, banyak yang beranggapan Hanin depresi sehingga mengakibatkan dirinya memilh untuk mengakhiri hidupnya.

Aratasya puzzlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang