Bagian 7 | Bersamanya
Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Ara lekas mengemasi barang-barangnya. Aratasya menyimpan sebagian di loker, agar mengurangi barang yang akan ia bawa.
Ia memilih meninggalkan Adiva yang berusaha memanggilnya dari belakang. Ara masih belum terima jika Adiva memihak pada Azka, alhasil Ara mendiamkan gadis itu selama pelajaran berakhir.
Selama di koridor Ara mempercepat langkahnya, ia tidak ingin Adiva berhasil mengejarnya. Seketika seseorang dari depan menubruknya, hampir saja ia jatuh jika orang tersebut tidak menahannya.
"Ara," panggil orang tersebut.
Ara sepertinya mengenal suara tersebut, ia lantas mendongak. Melihat Azzam di depannya Ara langsung menegakkan tubuhnya.
"Gak papa, kan?" tanya Azzam dengan sedikit khawatir. Hampir saja gadis itu jatuh jika ia tidak cekatan menahannya.
"Iya gak papa, Kak," jawab Ara dengan tersenyum canggung.
"Udah mau pulang?"
Ara mengangguk sebagai balasan. Ia ingin cepat pergi dari tempat ini, takutnya Adiva akan menghampirinya bersama Azzam.
"Hati-hati di jalan." Setelah mengatakan itu Azzam lantas meninggalkan Ara yang mematung. Ara masih mengingat perkataan Aqila yang melarangnya mendekati Azzam. Tetapi ia memilih untuk tetap mendekati Azzam, walaupun ada konsekuensinya.
Ara segera berjalan mendekati gerbang sekolah, melihat Adiva yang berjalan mendekati parkiran. Ia segera bersembunyi di samping mobil agar tidak diketahui keberadaannya.
Gadis itu bernapas lega melihat Adiva membawa mobilnya menjauh dari gerbang sekolah. Setidaknya ia berhasil menjauhi Adiva, walaupun Ara tidak tega jika hubungan persahabatan mereka renggang.
Ponsel Ara berbunyi, menimbulkan suara yang menarik perhatian seseorang.
Ara membuka pesan yang dikirimkan oleh ibunya. Melihat pesan singkat dari ibunya yang tidak dapat menjemputnya di sekolah, membuatnya menghela napas panjangnya. Sungguh nasib apes padanya, awalnya ingin menjauhi Adiva lalu meminta ibunya menjemputnya di sekolah. Tetapi melihat isi pesan itu, dia lebih memilih berbaikan dengan sahabatnya. Jika dari awal pesan itu masuk, mungkin saja ia tidak akan memilih bersembunyi dari Adiva. Pasti Adiva akan mengajaknya pulang bersama jika ia tidak bersembunyi.
Langkah seseorang mendekati Ara, gadis itu kaget dengan Azzam yang berada di depannya. Entah berapa kali ia akan bertemu dengan Azzam pada hari ini. Jika di hitung pertemuan mereka sungguh tidak wajar, tadi ia menubruk Azzam, dan sekarang Azzam menghampirinya dengan mengikuti Ara berjongkok di samping mobil.
"Lagi ngapain?" tanya Azzam sembari mengisyaratkan Ara untuk berdiri.
Ara mengikuti Azzam berdiri dengan sedikit canggung, dia harus mencari cara untuk membuat Azzam percaya akan jawabannya. Tidak mungkin dia akan mengatakan jika ia bersembunyi dari Adiva, entah Azzam akan menganggapnya apa setelah itu.
"Tadi aku cari ... gelang yang jatuh." Ara refleks mengatakan itu, untung saja alasannya masih bisa diterima oleh Azzam.
"Udah dapat gak?"
"Belum, Kak," sahut Ara dengan gugup. Semoga saja Azzam tidak banyak bertanya lagi.
"Gue bantu cari, yah," kata Azzam dengan mengedarkan pandangannya.
"Gak perlu, Kak. Kayaknya gelangnya udah gak ada."
"Cari dulu, siapa tau ada," ujar Azzam dengan mencari di bagian belakang mobil yang lain.
Ara melihat Azzam mencari barang tersebut dengan sedikit bersalah, gadis itu telah membohongi Azzam untuk kesekian kalinya. Aratasya harus mencari cara agar Azzam berhenti mencari. Ia mendapatkan ide mengambil gelang yang berada di dalam tasnya. Dengan cepat dia memindahkan gelang tersebut ke samping mobil Azzam.
Ara menghela napas perlahan, lalu mencoba tidak gugup untuk mengatakan gelangnya sudah ia dapatkan. "Kak Azzam gelangnya udah aku dapat," ucap Ara dengan sedikit tersenyum.
Azzam menghampirinya, melihat Ara yang senang mendapatkan kembali gelang itu membuatnya melengkungkan senyum lebar.
"Baguslah udah dapat," ungkap Azzam dengan mengelus puncak kepala Ara.
Gadis itu kaget dengan perlakuan Azzam padanya. Rasanya denyut jantungnya berhenti sesaat. Digantikan dengan debaran yang entah kapan masuk dalam relung hatinya.
Melihat itu Azzam lantas berhenti mengelus puncak kepala Ara, ia tidak tahu apa yang sedang ia rasakan untuk sekarang.
"Iya, Kak. Tapi makasih untuk bantuannya." Ara memilih mengucapkan kalimat tersebut. Ia tidak tahan berada di situasi seperti ini.
Azzam lantas mengangguk sambil tersenyum. "Pulang bareng siapa? Kalo enggak bareng siapa-siapa, sama gue aja." Kali ini Azzam memberanikan diri ingin mengantar Ara.
Ara yang mendapat tawaran untuk pulang bersama seketika terlampau senang dalam hati. Mungkin pesan dari ibunya yang tidak bisa menjemputnya digantikan dengan Azzam yang mau mengantarnya pulang.
"Boleh, Kak." Aratasya mengiyakan permintaan Azzam. Setidaknya satu langkah pasti dia dan Azzam sudah menjadi dekat. Kesempatan tidak akan Ara sia-siakan.
Azzam membukakan mobilnya untuk Ara, gadis itu termangu dengan perlakuan Azzam. Awalnya ia tidak akan mengira Azzam akan memperlakukan dia seperti ini. Semoga saja Azzam tidak tahu maksud dan tujuan Ara selama ini.
______________________________________
Beri vote sama komentar, yah❤️🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Aratasya puzzles
Genç KurguTeen fiction - Horor - Misteri Berawal dari keingintahuan Aratasya mengenai Aqila yang selalu menutup diri dan jarang berkomunikasi, membuatnya ingin lebih mengenal sosoknya. Ketika pertemanan mereka semakin dekat, Aratasya tidak sengaja terlibat d...