T H E . 1ST . I . L O V E

383 25 0
                                    

Kim Ji Won melangkahkan kakinya dengan gontai, kepalanya sudah terasa berat dan tubuhnya sudah protes untuk kesekian kalinya. Hari ini hidup beratnya sudah terlewati, selama 20 jam dia sama sekali belum merasakan bagaimana nyamannya berbaring di kasur ataupun sofa. Yang bisa protes dari tubuhnya hanyalah perutnya dan jika dia abaikan kembali akan menyebabkan rasa malu luar biasa yang tidak dapat dia bisa tahan dalam beberapa hari kedepan.

Ji Won sedikit menyandarkan tubuhnya pada kolom besar lobby rumah sakit, sedikit melirik jam tangannya untuk memastikan berapa butuh waktu yang dia perlukan untuk sampai ke rumah dan langsung berbaring di kamarnya. Diranjang empuknya, dengan kondisi tubuh bersih selepas berendam dalam bathtube yang dia masukan bath bomb aroma wisteria kesukaannya.

"Okay, 20 minute."

Keluhnya sambil mencoba berjalan menuju area drop off rumah sakit untuk memanggil taksi. Ya, kali ini ia harus merelakan Bleu-nama mobilnya-dirawat di bengkel dan memulai harinya bersama kendaraan umum dalam waktu satu sampai dua minggu kedepan.

Ji Won mengernyitkan hidungnya saat angin larut malam menerpa wajahnya, "Aish jinja." Keluhnya saat ia merasa hidungnya mulai merasakan tidak beres, "Hya, bukankah ini sudah malam?! Kenapa masih banyak debu."

Seorang Kim Ji Won memaki debu yang tidak terlihat hinggap di hidungnya, karena dirinya benar-benar sensitive akan debu. Dia langsung mencari masker dalam tasnya, tapi yang dicari seketika hilang karena sekarang dia ingat jika meninggalkan masker diruangannya.

Memikirkan kakinya yang sudah tidak sanggup berjalan jika menuju ruangannya di lantai 8, atau menutup hidungnya yang mulai memerah dengan jas-nya. Sepertinya opsi kedua jauh lebih baik bila dibandingkan kenyataan harus naik ke lantai 8.

TIN! TIN!

Ji Won menyipitkan matanya saat seorang pria di dalam mobil tengah membuka kaca dan bertanya kepadanya, bahkan matanya sudah tidak bisa diajak kompromi saat dia ingin melihat wajah pria itu. Terlalu terang.

"Hey, Woonie! Kamu belum pulang?"

Audy R8 hitam 2 pintu, sepertinya dia tidak perlu melihat wajah pria itu karena dia kini yakin siapa pemilik mobil mewah tersebut. Kakaknya penggemar mobil Audy, tidak mungkin kakaknya berada disini. Satu-satunya jawaban yang tepat adalah sahabat kakaknya, yang satu profesi dengan dia sekarang.

"Aku sedang menunggu taksi, Oppa." Jawabnya sambil mencoba duduk pada alas kolom rumah sakit.

Pria itu tampak khawatir pada keadaan Ji Won yang sudah terlalu pucat, matanya semakin khawatir ketika tanpa sengaja dia melihat hidung Ji Won yang sudah memerah. Pertanda jika alergi gadis itu tengah kambuh dan dia yakin jika sebentar lagi dokter itu akan masuk IGD jika terus-terusan berada diluar.

"Ara-ssi, apakah kamu bisa menyetir sendiri?"

Tanya pria itu pada teman wanita disampingnya, mengabaikan tatapan kesal dari wanita bernama Lee Ara hanya untuk memastikan seorang Kim Ji Won. Dia sudah mendengar kabar jika pria disampingnya ini tidak bisa mengabaikan seorang Kim Ji Won, tapi merasakannya langsung ternyata membuatnya sangat kesal.

"Maksudmu oppa?"

Sambil membuka seat belt dia berbicara pada wanita yang seharusnya akan menjadi teman kencannya malam ini, "Kamu bawa saja mobilku, besok siang akan ku ambil di apartemenmu. Aku tidak bisa meninggalkan Ji... dr. Ji Won, dia harus segera mendapat perto-"

Belum selesai Seo Joon bicara, wanita bernama Lee Ara langsung keluar diiringi bantingan pintu pada mobilnya. Dia tidak perduli jika Ara adalah teman kencan malam ini, karena kali ini perhatiannya hanya menuju seorang Kim Ji Won.

#4 Away In The SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang