T H E . 3RD . O F . M E M O R A B L E

152 19 0
                                    

Ji Won dan Seo Joon akhirnya dapat menapakkan kaki di Bandara Internasional Kansai, setelah berada 2 jam menuju bandara, 2 jam menunggu pesawat dan 2 jam berada di udara. Kedua manusia berprofesi dokter itu bisa menghirup udara Jepang dengan bebas, kacamata hitam membingkai wajah cantik dan tampan mereka pagi ini. 

Selain untuk menutupi mata bengkak mereka-lantaran mereka langsung pergi sepulang jadwal malam-juga untuk menghindari tatapan orang-orang. Setidaknya mata panda tidak mudah terlihat jika memakai kacamata bukan, hal itu yang selalu mereka pikirkan dan akan menikmati 2 hari 1 malam di Negeri Sakura cukup membuat mereka menikmati masa-masa sebagai manusia.

Jam terbang mereka sebagai seorang dokter spesialis, terkadang membuat mereka tidak memiliki waktu manusiawi. Bekerja selama delapan jam dibeberapa hari dan hampir dua puluh empat jam dihari tertentu. Membuat kedua mata dokter itu acapkali menghitam, terlebih dua dokter itu sangat dikenal baik oleh semua profesor. 

Ji Won bahkan mulai dikenal dengan anak emas Prof. Song Hwa, tidak jauh berbeda dengan Seo Joon yang selalu bisa diandalkan oleh Prof. Sun Kyun yang menjabat sebagai Direktur Bedah Saraf. Terkadang beberapa dokter iri dengan kemampuan mereka, mengapa dua dokter terbaik itu mengambil spesialisasi bedah saraf bukan bedah umum yang lebih dibutuhkan.

Seo Joon bisa bernafas lega ketika mereka berhasil mengambil hari libur di weekend ini, setelah bekerja selama dua puluh jam dari senin sampai jumat. Waktu dua hari ini akan dia gunakan dengan amat sangat baik, meliburkan diri dari rutinitas membuatnya bisa tersenyum bahagia. Terlebih Ji Won selalu ada disisinya sejak dua minggu lalu, satu hal yang membuat hatinya bahagia bukan main.

"Ini masih jam 7 pagi, kamu mau sarapan?" Tanya Seo Joon begitu mereka berjalan menuju subway untuk membeli tiket bypass selama 1 hari.

"Nee, aku lapar. Kamu ingin makan apa?" Jawab Ji Won sambil mencoba mencari masker karena mereka memutuskan liburan a la backpaker, yang otomatis akan menggunakan transportasi umum dan alergi Ji Won yang tidak mendukung.

Terkadang mempunyai tubuh yang memiliki tingkat sensitif terlalu tinggi membuatnya tersiksa, seperti hidungnya yang akan segera memerah jika udara yang dia hirup terlalu banyak debu. Atau kulitnya yang mudah memerah jika terkena sentuhan matahari, pukulan atau cubitan dari orang-orang juga benturan dari benda-benda keras.

"How about... Kura Sushi?"

"Sounds good, let's go!"

Udara dingin masih bisa mereka rasakan walau sudah memasuki bulan April, sepanjang jalan banyak bunga yang bermekaran. Mata Ji Won tidak melewatkan hal apapun sepanjang perjalanan, dia merasa jika sudah berada di negeri orang dia tidak boleh melewatkan pemandangan apapun. Jika saja dia memiliki waktu libur yang cukup panjang, dia sudah pastikan akan mengunjungi London atau Kanada. 

Berbeda dengan pria disampingnya yang sudah tertidur dengan pulas, memakai bahunya untuk menopang kepala Seo Joon. Dia tahu jika pria disampingnya ini jauh lebih lelah dibanding dirinya, karena jadwal untuk tiga hari terakhir sangat menggila dan pria disampingnya ini selalu meminta bantuan jika ada operasi besar. Setidaknya Ji Won akan memikirkan kembali untuk sekolah Strata dua dibidang anak-anak, walau bidang dokter bedah sudah dia tempuh bersama dokter disampingnya ini.

Tapi mengingat bagaimana jam terbang sebagai dokter spesialis anak membuatnya bimbang kembali dan tergoda dengan kuliah strata tiga. Satu hal lain dia senang dengan spesialisasi bedah umum, sempat menekuninya selama beberapa tahun hingga akhirnya dia tergoda dengan cara operasi bedah saraf yang didominasi dengan duduk. Tapi nalurinya berubah ketika melihat bayi-bayi mungil yang selalu ada setiap hari di tempatnya bekerja.

Belum lagi sikap polosnya mereka dan wajah yang selalu menggemaskan, dia juga pernah mengoperasi beberapa anak yang mengidap kanker otak. Terkadang sedih bukan main melihat penderitaan anak-anak yang memiliki penyakit yang tidak memungkinkan untuk sembuh. 

#4 Away In The SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang