Hai, berkenan berteman denganku?
Ini sebenarnya sangat konyol, aku mengirim surat pada pemilik baru kursiku. Jika iya, maukah kamu meluangkan waktu untuk datang ke warung Nenek Eli?Olif yang baru saja duduk menempati kursi barunya berjengit heran menemukan secarik kertas yang jatuh tepat saat ia merapikan buku buku barunya.
Ah, tidak. Tidak hanya satu ada beberapa kertas lain yang menyusul keluar dari kolong meja barunya. Orang ini benar benar berniat mengirim surat pada pemilik baru kursinya.
Dia benar, ini sangat konyol. Tidak ada salahnya berteman, tapi untuk apa Olif berteman dengan orang yang bahkan tidak bisa bersitatap denganya. Ini terlalu random, dan juga lucu.
Olif menarik kertas tersebut kedepan wajahnya memerhatikan tulisan tangan apik yang dimiliki pemilik kursi terdahulunya.
"Olif, kamu boleh membuang barang tertinggal yang ada dikursi kamu" ujar wanita paruh baya yang menyadari Olif menemukan barang sisa.
Olif mengangguk, namun ia tidak berniat membuangnya. Olif memasukan kertas kertas tersebut kedalam tasnya.
Sang guru kembali fokus pada pengajaranya, namun Olif tidak bisa memerhatikan wanita paruh baya didepanya yang kini sedang menjelaskan banyak hal. Pikiranya sudah terlanjur hanyut dengan benda benda yang barusan ia temukan.
Ini mengganggu, tapi juga menarik di lain sisi.
Setidaknya ini sambutan yang cukup unik untuknya, dan mungkin ia akan membaca setiap kertas pemberian ini setelah pelajaran berakhir.
Jam pelajaran berakhir dengan Olif yang masih terduduk diam dikursinya sembari merapikan beberapa buku yang akan ia bawa pulang.
"Olif, iya kan? Gue Keira." Seorang gadis yang ada didepan kursi Olif membalikan badannya. Olif mengangguk kemudian mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan.
Gadis dihadapanya tersenyum ramah, "oh ya, lo belum ikut kegiatan ekstra. Mau ikut kelas sastra nggak?"
Benar juga, Olif belum memiliki kegiatan diluar pembelajaran. "Ya, kalau nggak mau nggak apa sih." Lanjutnya. "Nanti gue pikirin deh" jawab Olif.
"Kei, boleh tanya?" Olif bertanya hati hati. Keira mengadahkan kepalanya, "tanya apa?"
Olif agak berhati hati untuk menanyakan pertanyaanya mengingat ia baru saja mengenal Keira."Orang yang duduk disini siapa?"
Keira menatap Olif lamat, ia tidak terkesan terlalu terkejut namun reaksinya sukses membuat Olif merasa pertanyaanya sensitif untuk ditanyakan. "Nggak apa kalau nggak mau jawab," lanjut Olif mencairkan suasana.
Keira menggeleng. "Gue sebenarnya mau jawab." Kemudian gadis dihadapanya mengusap meja yang kini Olif tempati lembut.
"Tapi sebelum pergi dia bilang untuk nggak kasih tau tentang dia ke penghuni baru kursinya."
"Oh ya, wajah lo-" Keira memotong ucapanya. "Ah, nggak jadi." Kemudian gadis bersurai sebahu itu bangkit dari kursinya dengan tas yang bertengger manis di pundak kananya.
"Olif, gue duluan ya."
Bukankah semakin manarik? Orang ini bahkan punya persiapan yang matang. Olif memandang punggung Keira yang perlahan menjauh, kemudian ia beralih pada kertas kertas yang telah mendominasi pikiranya.
Kertas lainya berisi peta kelas lengkap dengan nama nama teman sekelasnya, tidak hanya itu orang ini juga memberikan sketsa wajah setiap teman sekelasnya untuk memperjelas.
Olif memerhatikan sketsa wajah Keira yang digambar oleh pemilik kursi terdahulunya. Sangat sempurna. Orang itu juga menggambar peta sekolah untuknya.
"Cantik sekali, dia sangat pandai menggambar." Gumam Olif.
Olif masih menatap lamat karya diatas kertas surat yang ia dapatkan, tanpa menyadari ada orang yang memerhatikanya dibalik jendela yang diterpa cahaya senja.
"Dia juga secantik keahlianya,"
___
Mau dilanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter's | ft. Lee Felix
Fanfiction❝Dia adalah alasan mengapa aku bisa menemukanmu.❞ ft. Lee Felix (str.) July 3, 2020 (fin.) August 11, 2020