Chapter 9

2.2K 213 25
                                    

Happy reading
Instagram:albian.bella
albianbella15
***

"Jangan terlalu membenci, karena kamu bisa jatuh hati."

Bian yang sedang menikmati sarapannya seketika berhenti. Sendok dan garpu secara perlahan ia letakkan di atas piring saling menyilang. Dengan tangan kanan mengambil gelas berisi jus mangga, meneguknya hingga tandas baru kemudian mengelap sudut bibirnya dengan tisu. Pembicaraan tentang mantan sekretarisnya membuat pria itu cukup jengah.

"Sebenarnya Mamah sama Bian sedang membahas apa?" Tuan Ajeti yang sudah semakin renta bersuara. "Papa ngga paham sama sekali, siapa yang tidak layak sebenarnya? Apa tentang Cinta lagi?"

Cinta yang dimaksud adalah mantan menantunya yang merupakan selebgram, youtuber dan pemilik salon. Wanita cantik itu tak lagi menyandang nama belakang Ajeti setelah enam bulan pernikahan. Kenapa demikian? Jawabannya ada pada Bian sendiri. Cinta dan Bian memiliki jam kerja yang padat. Mereka bertemu hanya saat malam hari menjelang tidur saja. Kalau kalian melihat mereka sedang keluar berdua itu sebenarnya mereka sedang memperbaiki hubungan, bukan sedang memamerkan keromantisan.

"Cinta udah tutup buku Pah." Seru Bu Anjani yang masih sarapan dengan roti gandum bersama selai.

"Pacaran sebentar, menikah juga sebentar. Kamu nikah itu tujuannya apa sih Bi?"

"Biar Bian ngga keliatan sendiri."

"Cuma itu alasan kamu nikahin itu perempuan?"

Bian mengangguk tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Bukan karena alasan cinta? Seperti biasa orang menikah?"

Bahu Bian terangkat enggan.

"Pernah ngga suatu kali kamu lihat teman kamu yang sudah menikah. Dia punya istri lalu punya anak-anak. Hidup berkumpul dengan keluarga di dalam rumah kecil mereka. Kamu ngga pengin kaya mereka? Usia kamu udah lebih dari cukup loh."

"Kalau untuk tinggal di rumah sendiri, tanpa menikahpun aku bisa Pah. Bahkan dari umur masih 27 tahun juga aku bisa bangun rumahku sendiri. Masih diragukan? Kalau soal anak, Bian bukannya ngga pernah berusaha sama Cinta. Tapi dia yang memang belum ingin hamil. Dia masih muda dan cantik, sayang kalau badannya melar. Aku maih tergolong muda di kalangan pebisnis Mah. Jadi jangan khawatir."

"Kolega kamu kan memang semuanya kakek-kakek, ya jelas kamu paling muda. Dan apa tadi? Cinta ngga rela badannya melar. Terus kamu sebagai kepala keluarga mengiyakan?"

Bian lagi-lagi mengangguk.

"Bodoh banget. Itu sama aja kamu ngga dianggap. Harga diri kamu di hadapan istri ngga ada sama sekali. Pantes deh kalian cerai." Ibu Anjani yang geram menyumpahi anaknya sendiri.

"Aku cerai bukan karena hal itu Mah. Kekanakan banget kalau aku dorong dia buat hamil. Sementara di masih muda, masa depan masih panjang. Kehamilan itu kan bukan kehendak kita, itu pemberian Allah. Ngga bisa terlalu dipaksaain."

"Apa kamu bilang barusan Bi? Kamu terdengar ngga berharap punya keturunan. Terus alasan kamu nikah sama perempuan labil itu apa? Buat dipameran?"

"Iya."

Secara bersamaan Nyonya dan Tuan Ajeti terperangah kemudian saling memandang. Dari tatapan mereka mengisyaratkan sesuatu, terutama Tuan Ajeti yang bahunya turun. Merasa lemah dengan kenyataan anak sulungnya yang diharapkan bisa memberinya hadiah terindah.

"Kamu menikah apakah tidak berdasarkan cinta?"

"Ngga sama sekali. Dia menarik dan dari kalangan terpandang. Apalagi?"

Bella's Blind Love Story [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang