Mendadak (2)

1.6K 320 18
                                    

Gue kembali ke lantai tiga dengan kondisi....malu. Sumpah ya gue malu banget sama Mas Sandi! Gue takut dia bakalan ngomongin hal ini ke orang-orang radio. Masih terus keingetan kejadian tadi di studio pas dia ngomong, "Emang gue gak liat raut wajah lo tadi. Bukan nahan pipis, kan?". Gue menggeleng-gelengkan kepala atas tingkah laku gue hari ini. Sambil mengusap dahi gue, "Ih kok bisa sih lo kayak gitu, Rin!", "Bagus Arina, hari ini lo telah berhasil mempermalukan diri sendiri.", dan kata-kata lainnya yang mewakili perasaan malu gue.

Kalo boleh jujur, dievaluasi dengan suasana dingin dan tatapannya yang tegas itu, rasanya gak ada apa-apanya ketimbang ngerasain malu karena ketahuan nahan BAB. I-iya sih kalo abis dari toilet tadi rasanya jadi lebih lega. Tapi bayangin aja, seorang Kepala Radio, notabene produser sekaligus pembimbing magang. Bisa baca kondisi anak magangnya sendiri? Untung ya di studio tadi gak ada siapa-siapa selain kita berdua. Kalo sampe diliatin Mas Jen, Mas Dewan, apalagi Mas Yayan kan. Rasanya pengen udahan aja magang di sini. I'm really wanna to give up.

Oke, mari kita selesaikan kebodohan hal ini terlebih dahulu. Maksudnya gue sendiri yang nyelesaiin. Gue harus coba ikutin arahannya Mas Sandi buat minum obat. Dia bilang sih ada di laci meja kerjanya. Gue berjalan menghampiri mejanya yang dipenuhi dengan dekorasi hiasan instrumen gitar mini di pinggir kanan dan kiri PCnya. Kayaknya di samping pekerjaan ini, dia punya kerjaan jadi anak band, deh.

Apa mungkin dulu pas kuliah jadi anak band?

Kebayang gak sih kalo Mas Sandi emang pernah jadi anak band pas jaman dia mahasiswa dulu?

Kebayang gak sih kalo Mas Sandi emang pernah jadi anak band pas jaman dia mahasiswa dulu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh, jadi salah fokus, kan.

Skip skip skip.

Kemudian gue menemukan sebuah laci tepat di sebelah kanan bawah. Saat gue menarik gagang laci berbentuk bulat kecil, didalamnya terdapat berbagai macam obat-obatan. Ada obat maag, peralatan P3K, minyak kayu putih, dan obat-obatan lainnya yang mampu membuat gue berfikir random kalo dia kayaknya emang nyambi jadi apoteker deh. Semuanya lengkap, rapi, dan mudah ditemukan. Tagline yang cocok, kan?

Di depan mata gue menangkap ada satu bungkus sachet obat serbuk berbentuk persegi berwarna silver metalik, dan juga ada obat tablet bermerek "stop" yang Mas Sandi sebutin. Gue memilih untuk mengambil obat tablet. Saat selesai, gue kembali beranjak berdiri tegak setelah menunduk ke hadapan laci tersebut. Tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh jangkung yang udah berdiri di balik PC Mas Sandi.

 Tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh jangkung yang udah berdiri di balik PC Mas Sandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] THE ANNOUNCERS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang