Part 3

20 8 2
                                    

***

Kukuruyukkkk....

Suara ayam tetangga membangunkan ku pagi ini, karena semalam lupa mengaktifkan alarm akibat terbawa emosi oleh perkataan ayah. Aku benar-benar masih kesal dengan apa yang terjadi malam tadi

"Selamat pagi sya, ini abang bawaan teh hangat disuruh sama bunda Salma" tiba-tiba bang Abi sudah berada didepan pintu kamarku dan membawa secangkir teh, "Uhh.. berasa udah berada dikeadaan lain" gumam ku dalam hati.

"terimakasih bang, eh kok sepi pada kemana yaa?" Tanyaku pada bang Abi

"Oh bunda dan mama sedang kepasar sedangkan ayah dan paman Amir baru saja berangkat  ke Bandung ada urusan penting" Jawabnya seraya turun menuju ruang makan.

Bang Abi terkadang memanggil bunda dengan sebutan mama , kadang-kadang tante tapi terserah padanya saja yang mana nyaman. Pagi ini aku hanya makan berdua bersama bang Abi berhubung bunda dan bibi sudah kepasar karena jika kesiangan nanti bahan-bahan banyak yang habis sedangkan ayah dan paman sudah pergi ke luar kota karena ada urusan, ntah urusan apa ia tidak memberitahu sebelumnya.

"Oh ya hari ini kamu jadi ke kampus Sya?"

"Insyaallah jadi bang, hari ini aku ada janji sama dosen, karena beliau akan mengAcc skripsiku"

"Baiklah. Abang akan temani kamu ya, lagian jika di rumah abang juga nggak tahu mau ngapain mending ikut kamu aja sekalian nanti kita langsung ke taman atau makan siang diluar bareng. Nggak apa-apa kan? Sudah lama kan kita nggak berdua berhubung abang masih di Jakarta." Aku sedikit terkejut dengan perkataan bang abi barusan.

"Eh iya nggak apa-apa bang. Aku juga nggak lama kok, jadi hari ini kita bisa jalan-jalan dan berbagi cerita" Ujarku seraya menghabiskan sepotong roti .

"Bang aku mandi dulu ya dan siap-siap. Abang sudah mandi?"

"Iya sudah. Abang juga akan siap-siap"

Tak lama setelah itu Bang Abi pun keluar dari kamar lalu menuju garasi untuk memanaskan mobilku.

"Sya kamu sudah siap? Sekarang sudah pukul 7.30 nih" Teriaknya dari luar rumah. "Sebentar bang aku sedang mencari sepatuku" lanjutku.

"Oke bang, Sya udah siap nih"

"Oke. Eh, kok kamu keliatan beda ya. Abang suka dengan penampilanmu hari ini Sya, kamu udah beda banget nggak seperti dulu lagi" Ujarnya yang membuat diriku tertegun didepan pintu mobil.

"Ayo bang nanti telat." Aku tak meladeni perkataan Bang Abi barusan karena memang aku bingung mau jawab apa. Didalam mobil aku masih merasa sedikit canggung dan memikirkan perkataannya tadi. Tak lama setelah itu aku dapan pesan dari dosenku bahwa ia tidak bisa bertemu pagi ini dan memintaku untuk menemuinya jam 14.00 siang nanti sehingga kami menuju taman dan mengobrol banyak hal disana.

Tiba-tiba bang Abi menanyakan perihal pasangan padaku dan lagi-lagi aku dibuat tak berkutik didepannya, sungguh aku merasakan hal yang sangat-sangat menegangkan saat bersamanya.

"Gimana hubungan kamu dengan Devan, Sya? Kalian masih pacarankah atau sudah menuju jenjang lebih jauh?" Tanyanya ,

"Hmm, aku dan Devan sudah tak berhubungan lagi bang. Sudah hampir dua tahun aku sendiri, saat itu aku dan Devan harus terpaksa putus karena dia sudah dijodohkan oleh Ayahnya dan ia pun juga menyetujui perjodohan itu, aku tak mampu berbuat apa-apa dan aku juga merasa hubungan ku saat itu tidak baik lagi bang. Hingga pada akhirnya dan sampai saat ini aku sudah memutuskan untuk tidak lagi berpacaran sampai ada laki-laki yang datang menemui ibu dan ayahku untuk menghalalkan dengan cara yang baik bukan berpacaran." Jelasku,  padahal dalam hati kecilku, bukan hanya masalah perjodohan itu tapi hati kecilku belum bisa sepenuhnya menerima Devan. Katakanlah itu hanya sebagai pelampiasan atau sebagai langkah untuk melupakan bg Abi

Lalu bagaimana pula bang Abi dan Kak Fanya?"

"Sabar ya Sya mungkin dia bukan jodoh yang allah berikan buatmu namun hidayah agar kamu bisa menjadi lebi baik lagi. Lalu perihal aku dan Fany pun sungguh menyedihkan, aku dan ia sama sekali tidak putus karena masalah atau hal tertentu namun itu semua diputuskan olah allah swt." Jawabnnya dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Maksud abang bagaimana" Jawabku sedikit kepo

"Fanya mengidap kanker otak dan ia sama sekali tak pernah menceritakannya kepadaku. Hingga saat itu ia meminta izin untuk liburan ke sebuah negara bersama kedua orang tuanya dan juga adiknya, aku kira ia memang liburan namun tiga hari setelah itu aku dihubungi oleh adiknya bahwa Fanya sudah pergi meninggalkan ku selamanya, dan saat itu pula aku mengetahui bahwa ia mengidap penyakit kanker. Aku stres akan keadaan itu hingga aku berfikir untuk menyusulnya namun ayah dan ibu berusaha menguatkanku. Sungguh situasi yang sangat berat bagiku, hingga saat pertama kali abang melihat Sya kemarin mengingatkan abang pada wajah Fanya. Namun abang selalu berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya mungkin allah swt. lebih sayang padanya." Ujarnya sembari menutup wajah dengan kedua tangannya lalu menghapus tiap tetesan air mata.

"Maafkan aku bang sudah membuatmu menangis, semoga kak Fanya ditempatkan bersama orang baik dan abang juga mampu mengikhlaskan dia" jawabku

"Iya sya, jujur saja saat pertama melihatmu abang benar-benar merasa lebih tenang dan nyaman. Maaf mulut abang telah lancang namun kejujuran memang harus diungkapkan" lanjutnnya seraya tersenyum padaku.

Bang Abi mulai nggak karuan ngomongnnya mungkin ia masih terpukul atas sepeninggal kak Fanya, namun apa benar aku sangat mirip kak Fanya. Kak Fanya adalah teman kuliah bang Abi di Turki dan ia juga keturunan orang Indonesia, aku pernah melihat wajahnya karena bang Abi pernah memposting sebuah foto ia bersama kak Fanya dan hal itu juga yang membuatku terpukul. Menurut cerita bang Abi kak Fanya adalah wanita yang lembut, cantikdan juga ia sangat pintar di bidang sastra, andai aku diberikan kesempatan untuk bertemu kak Fanya sebelumnnya pasti aku akan mencontoh dirinya.

"Oh ya Sya, abang juga mau nanya sesuatu sama kamu"

"Apa bang?"

"Hampir 5 tahun aku di Turki, aku sama sekali nggak pernah dapat satupun pesan darimu, apa kamu udah lupain abang Sya" Ujarnya

"Mmm, aku pun ingin menanyakan hal yang sama bang. Aku merasa bahwa saat abang disana, abang benar-benar telah melupakan aku"

"ternyata yang salah adalah kita, sama-sama menunggu kabar tanpa berani untuk memulai. Maaf ya"

"Tidak apa-apa. Aku minta maaf juga"

"Mmm. apa bang Abi masih memangkai nomer yang lama?" Lanjutku

"Tidak Sya, handphone ku yang lama hilang jadi aku ganti" seketika ia mengeluarkan handphonenya dari saku celana, lalu mengetik sesuatu namun aku tak tau apa

Teng tong 

085268xxxxxx

Arani Syahera Abdillah

Me

Ya. Siapa?

" Sya itu nomer abang jangan lupa di save ya "

" Ehh. Iyaa bg "

                                                                  ***

Ternyata mereka saling menunggu sehingga membuat mereka tak saling menyapa.

hehe gimana gimana nih 

Jangan lupa follow dan vote ya guys

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ara & Abi ( Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang