Ujian Nasional SMP

273 5 0
                                    

Tak terasa waktu pun berjalan terlalu cepat. UN pun tiba. Aku mengerjakannya dengan sangat lancar berkat bimbel yang disewa bunga. Aku masih tinggal di rumahnya saat ini sampai pengumuman kelulusan ku tiba.

Ibuku tidak mau datang hanya ayahku yang datang.

Aku mendapatkan nilai 38,00 nyaris empat. Hampir sempurna. Aku kaget dengan nilai UN ku. Tapi ayahku tidak mau mengucapkan selamat atau apalah yang menjadi hak ku sebagai anak.

Aku kemudian mendaftarkan diri ke web pendaftaran SMK swasta terfavorit di kotaku. Aku tidak mau sekolah negeri karena aku sulit beradaptasi dengan para siswa yang  lebih pintar daripada aku. Mangkanya aku tidak mau sekolah di negeri. Bisa jadi aku tidak punya kawan lagi.

Namun hal yang tak terduga datang kepadaku. Ayahku menelepon dan mengucapkan selamat kepadaku.

" Selamat Lasti kamu dah keterima di SMK itu. Semoga sukses ya, nak" uuuh senangnya menerima telepon itu kalau bisa ku rekam suara ayah dan ku putar ulang. Baru pertama kali ayah mengakuiku sebagai anaknya.

Keesokan harinya, aku pergi ke SMK tunas bangsa dengan ayah. Untuk mengambil seragam sekolahku. Kemudian saat, kami di mobil aku menceritakan semuanya pada ayah. Bahwa aku diusir dari rumah oleh ibu hingga aku harus menumpang di rumah temanku.

Ayahku tersulut emosi. Ia marah dan jengkel pada ibu saya. Ia menyuruh saya tinggal di rumahnya.

"Kamu tinggal di rumah papa aja nanti aku yang bilang sama ibu tiri kamu itu" Aku kaget mendengarnya.

"Jangan, pa. Nanti Lasti bisa dikubur hidup-hidup sama Tante Audi" aku berusaha menolaknya namun apalah daya aku. Aku malah dimaki-maki sama papa.

" Kalau kamu tinggal di rumah bunga terus, kamu bisa diusir dan dikatain parasit. Hidup kamu tuh nggak berguna bagi dia. Bisanya cuma ngerepotin orang mulu" aku sedih dengar perkataan ayah saat ini.Baru kemarin dia baik sama aku besoknya pedes lagi kata- katanya.

Tanpa basa-basi aku menyiapkan baju - bajuku. Bunga menawariku kopernya. Dia punya ratusan koper. Ia menyuruh ku untuk memilih salah satu kopernya.

"Banyak banget ini ,nga. Binggung pilihnya" ujarku kebingungan aku harus pilih mana ya tuhan.

"Aku punya dua koper yang sama. Kamu pakai yang ini, ya. Biar kita samaan"

"Ya, makasih bunga" aku pun mengambil koper tersebut dan menuju kamar.Aku langsung mengambil baju- baju itu dan menatanya ke dalam koper

Bunga mendatangi ku...

"Sering kesini ya, aku kangen.Sendirian gak ada temen"

"Ya, bunga. Aku juga kangen kamu kok"

"Kamu janji ya sama aku" sambil menjulurkan jari keliling lentiknya

"Janji" balasku membalas juluran jarinya

Ayahku sudah datang dan aku pamit kepada bunga dan para pembantunya. Aku bergegas pergi menaikan koperku ke atas mobil losbak ayahku.

Kulihat kak Athes baru saja datang dan melihatku aneh didepan pintu rumahnya sambil memiringkan kepala.

Mungkin, dia pikir aku nekat.

Aku melihat sahabatku menangis dari kaca spion mobil kemudian dipeluk erat oleh kakaknya.

Jujur, aku tidak tega meninggalkan bunga  yang menangis seperti itu. Aku tidak pernah melihatnya menangis seumur hidupku.

Ini sudah jam berapa??

Sudah jam delapan namun belum juga sampai. Ayahku menawari makan malam sejenak. Kami makan seafood di pinggir jalan. Aku pilih makan kerang saja. Lebih mudah dimakan dibanding ikan dan kepiting harus memakai tangan telanjang memakannya. Ya, aku lebih suka makan dengan sendok.

Setelah itu , kami melanjutkan perjalanan.  Ditengah jalan, aku tertidur dan mendengkur. Sesekali badanku tergoncang karena jalanan yang rusak. Tapi aku tetap bisa tidur dengan enaknya tanpa merasa terganggu dengan goncangan mobil jelek ini.

Setelah 2 jam , aku terbangun. Ini sudah malam tapi belum juga sampai. Aku kemudian bertanya kepada ayah.

" Kapan sampainya, pa??"

"Bentar lagi juga sampai kok itu rumah yang dipojok itu" aku lega mendengarnya

Derita Anak PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang