Aku telah tiba di rumah ayah tapi kondisi rumah itu sepi sekali. Rumah ayah lumayan besar juga dibanding rumah nenek. Di rumah itu ada toko kecil disebelah rumah terlulis Toko kelontong cak Aman.
" Kamu tidur saja. Ini sudah malam"
" Ya, pa " aku pun tidur di kamar yang paling belakang dekat dengan kamar mandi. Takut terjadi keributan. Bisa saja, aku dicekik oleh ibu tiriku.
***
Kagetnya aku , badanku basah kuyup disiram oleh kedua kakak tiriku. Aku langsung jingkat , badan ku kemudian menggigil.
" Bangun ... Ini sudah siang. Masih aja tidur " ucap kedua kakak tiriku dengan menjambak rambutku kasar.
Aku hanya diam menahan air mata.
"Sana mandi ,bantuin ibuk jaga toko"
Setelah selesai mandi, ayah datang membawakan martabak dan jajanan lain.
" Ini buat kamu " kata ayah membawakan aku molen pisang keju.
" Makasih, pa" aku langsung pergi ke kamar untuk menyisir rambutku.
"Kamu ngapain sih bawa anak pelacur itu kesini!!" Ketus tante Audi yang kudengar samar -samar dari balik pintu.
" Rumah ini rumahku , terserah aku dong. Dia juga anakku. Kalau kamu nggak setuju, silahkan angkat kaki dari rumah ini!" Bela ayah dengan nada tinggi. Kudengar sudah tidak ada perkataan lagi yang keluar dari mulut mereka berdua.
Aku membantu ayahku menjaga toko. Tugasku hanya menimbang gula pasir dan mengemasnya ke kantong plastik bersama saudara tiriku yang lain.
" Cak Aman, itu siapa ya?" Tanya ibu parubaya itu
" Oh itu anak saudara saya"
"Oh gitu ya, cakep bener deh ponakan bapak" puji ibu itu
"Halah biasa aja, buk"
"40.000 bu , totalnya"
Aku pun tak peduli orang tuaku. Siapa Aku?? Aku tak pernah di anggap siapa-siapa oleh mereka. Toh semua usahaku juga sia sia.
"Lasti, kamu jaga toko, ya. Papa ada orderan lagi ke pasar"
" Ya,pa" ayah pergi ke pasar sedangkan aku harus menjaga toko dengan kedua kakak tiriku.
Kakak tiriku masih mengemas gula kiloan dari karung putih itu. Ada ibu rambut pirang yang datang.
"Mau beli beras 1 kg, ya?"
"Ya"
"Eh , saya kok gak pernah liat kamu . Kamu siapanya pak aman?"
"Oh, saya keponakannya dari kampung "
"Saya pikir kamu anaknya mirip banget sama pak aman. 11 12 lah kayak dia" tangan sialannya menunjuk ke arah saudara saya.
Emosi jiwa saudara - saudara, kupingku mendengarnya.
"Lebih baik saya tidak mirip. Ini kembaliannya. Terima kasih"
Hampir empat belas bulan, aku tinggal di rumah ayah walaupun itu juga cukup menyiksaku.
Aku sering diperintah seperti budak oleh saudara tiri dan ibu tiriku saat ayah tidak di rumah. Bahkan aku disiksa oleh ibu tiriku diberi makanan basi hampir setiap hari. Hal ini pernah membuatku sakit perut dan melapor pada ayah tapi dia hanya bilang turuti saja kemauan ibu tiri mu itu.
Bukan hal itu saja yang membuatku muak sebenarnya tapi kejadian ini.
"Lasti ... Lasti... Sini kamu!!!!" Tante Audi menjewer ku lalu mendorongku di depan ayah yang sedang santai di ruang tamu.
"Ada apa kok ribut gini???"
" Ini loh pa, dia nyuri semua perhiasaan mama yang hilang kemarin " sambil menunjukkan semua perhiasaan di dalam koper itu kepada papa.
"Lasti, apa bener kata tante Audi ?"
"Itu ga bener,pa... Lasti sumpah, pa" air mataku sudah tumpah ruah. Aku tidak tau mengapa perhiasan itu ada di koper.
" Ngapain sih kamu bawa anak ini. Bisanya nyusahin hidup orang aja. Dia itu kesini cuma buat nyuri, disuruh sama emaknya. Tuh.. selingkuhan kamu itu"
"Jangan bohong kamu.. dasar anak gak berguna ... Mulai detik ini kamu pergi dari sini"
Tante Audi dan ayah melempar koper dan buku pelajaran ku. Kemudian mereka segera menutup pintu rapat-rapat. Aku hanya bingung harus kemana. Di rumah nenek ditendang , ayah , ibu juga aku ditendang dari rumah mereka.
Masa aku harus balik lagi ke rumah bunga??
KAMU SEDANG MEMBACA
Derita Anak Pelakor
Short Story" siapa dia? Mana mungkin dia itu anak saya. Karena kamu itu pelacur. Tiap jam ganti laki-laki. Bisa jadi dia bukan benih saya." Sambil menunjuk ke arahku. Aku hanya diam membisu mendengar kata-kata ayahku. "Emang aku ini salah apa ,pa" batinku meri...