38

127 23 6
                                    

Kedekatan diantara Erina dan Dewa semakin terjalin, setelah pertemuan mereka waktu itu kini keduanya menjadi lebih akrab. Meskipun disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, Erina sering datang mengunjungi cafe milik Dewa bersama sang adik ataupun teman-temannya di akhir pekan. Keadaan gadis itu belum sepenuhnya membaik, tapi setidaknya tak seburuk dulu.

Hari ini pekerjaan Erina cukup banyak, membuat gadis itu terus berkutat dengan komputer. Naya yang duduk disebelahnya beberapa kali memperhatikan bahkan merasa kaget, pasalnya Erina belum mengistirahatkan diri sejak memasuki ruangan. "Udah lo istirahat dulu Rin, dari tadi lo kerja terus" ucap Naya merasa khawatir, namun Erina tak menghiraukannya dan tetap menyibukkan diri dengan pekerjaannya "Nanggung Nay, lagian deadline laporannya abis makan siang" jawab gadis itu tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitor. Naya hanya menghembuskan nafas pasrah, tak bisa lagi membujuk Erina karena dirinya juga mengerti seberapa penting laporan tersebut.

Erina menyelesaikan pekerjaannya tepat saat jam makan siang, "Udah? Yuk makan siang" ajak Naya beranjak dari kursinya "Gue enggak bakal makan siang deh kayanya, soalnya harus print laporan . Sorry yah" jawab Erina merasa tak enak. "Ya udah lo mau nitip gak?" tanya Naya merasa tak tega membiarkan temannya itu melewatkan makan siangnya, "Apa aja deh yang bikin kenyang" jawab Erina tersenyum "Makasih ya" lanjutnya sambil menepuk pundak Naya kemudian beranjak menuju ruangan yang digunakan untuk mencetak dan mengkopi dokumen.

Lembar demi lembar laporan keluar dari printer dihadapan dirinya, dengan teliti Erina mengambil satu persatu kertas yang kini telah berisi hasil tulisannya dan mengeceknya kembali memastikan tak ada yang salah. Dibantu salah seorang office boy yang sangat kebetulan sedang membereskan ruangan tersebut, Erina dapat menyelesaikan tugasnya dengan sedikit lebih cepat. "Makasih ya mas" ucap Erina begitu office boy tersebut selesai menjilid laporannya, gadis itu kemudian berlalu meninggalkan ruangan tersebut.

"Nih" ucap Naya begitu dirinya kembali keruangan setelah makan siang kemudian menyerahkan makanan pesanan Erina "Makasih" ucap Erina segera mengambil makanan tersebut dan menyantapnya karena dirinya merasa sangat lapar. "Pelan-pelan sist" tegur Naya melihat temannya itu makan dengan terburu-buru, "Udah gak kuat gue laper banget" jawab Erina kemudian menyeruput minumannya untuk memperlancar makanan yang ia telan. Naya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan gadis disampingnya itu.

"Pak, ini laporan bulanannya" ucap Erina menyerahkan laporan yang sudah disusun dengan rapih ke meja ketua divisinya, "Okey, yang satunya lagi kamu kasihin langsung ke pak bos yah" jawab pria yang lebih tua beberapa tahun dari Erina menyerahkan kembali satu laporan yang tadi gadis itu serahkan "Loh kan biasanya bapak yang ngasih" ucap Erina merasa heran, karena memang biasanya gadis itu hanya akan menyerahkannya kepada sang ketua kemudian barulah ketua divisi yang menyerahkannya kepada sang bos yang tak lain adalah Leo. Sebenarnya alasan Erina hanya satu, gadis itu tak ingin bertatap muka apalgi berada di satu ruangan yang sama dengan pria itu kecuali rapat atasan dengan tiap divisi. "Pak bos minta kamu yang nganter langsung, udah sana" jawab ketua divisi membuat Erina mengurungkan niat untuk memprotes lebih lanjut karena gadis itu tau pasti akhirnya akan sama, dirinya yang harus pergi sendiri keruangan tersebut.

Erina menaiki lift menuju ruangan sang atasan, perasaannya saat ini benar-benar tak menentu. Rasa gugup tak bisa ia pungkiri, tapi sejujurnya gadis itu lebih merasakan malas yang dominan. Bagaimana tidak? walaupun di dunia kerja ia tetap harus profesional tapi tetap saja apa yang pernah terjadi diantara mereka, terutama saat Leo dengan mudahnya mengakhiri apa yang sudah mereka jalin sejak lama membuat Erina benar-benar tak ingin berurusan lagi dengan pria itu.

Erina langsung melangkahkan kakinya menuju meja sekretaris yang sudah sangat gadis itu kenali "Harus banget saya yang nyerahin laporannya? Biasanya juga enggak" ucap Erina langsung mengeluarkan keluhannya membuat pria dihadapannya tersenyum "Gimana lagi? Pak bos yang minta, gih masuk udah ditungguin" jawabnya membuat Erina mendengus kesal. Di perusahaan ini hanya ada dua orang yang mengetahui sejarah yang pernah terjadi diantara Leo dan Erina, Naya dna tentu saja sekertaris atasannya itu. Pria yang sudah cukup berumur dihadapannya itu telah bekerja sejak ayah Leo yang memimpin perusahaan sehingga dirinya tentu saja mengetahui hubungan yang terjadi diantara putra atasannya dengan Erina dan dengan senang hati membantu Erina menutupi hal tersebut.

Perlahan tangan Erina terulur untuk mengetuk pintu ruangan dihadapannya, sebuah suara terdengar begitu dirinya mengetuk pintu meminta gadis itu untuk masuk. Setelah menghembuskan nafas untuk menangkan diri, Erina langsung membuka pintu tersebut dan melangkah masuk.

"Selamat siang pak, ini laporan bulanan yang bapak minta" ucap Erina begitu gadis itu berdiri dihadapan Leo yang masih sibuk dengan laptop dihadapannya, pria itu menoleh dan mengambil laporan tersebut "Duduk" ucap pria itu membuat Erina menurut dan duduk dihadapan sosok yang sangat dihindarinya itu. "Kamu deket sama Dewa" ucap Leo yang entah merupakan sebuah pertanyaan atau pernyataan karena nada bicaranya terdengar datar, Erina memilih diam tak menanggapi ucapan atasannya tersebut membuat Leo menoleh "Kamu tau kan dia sebentar lagi tunangan?" merasa tak ada respon pria itu melanjutkan ucapannya. Erina tentu saja terkejut karena tak mengetahui fakta itu, tapi dirinya berusaha bersikap biasa dihadapan atasan yang kini kembali membaca laporannya tersebut.

Erina berdehem sebelum mengeluarkan jawabannya "Saya rasa hal tersebut tidak ada kaitannya dengan pekerjaan dan saya tidak perlu menjelaskan apapun kepada bapak" jawab gadis itu tegas membuat Leo meliriknya "Iya, kamu benar. Saya cuma mau mastiin kamu tidak terlibat dalam masalah dan menganggu kinerja kamu di perusahaan" jawabnya datar dan tenang membuat Erina benar-benar kesal. "Saya baik-baik saja, terimakasih tapi perlu bapak tau kinerja saya tidak pernah mengecewakan bahkan setelah seseorang berhasil mematahkan hati saya dengan begitu hebatnya. Kinerja saya diperusahaan ini tidak pernah menurun" jawab Erina yang tak bisa lagi menahan rasa kesalnya, masa bodoh dengan status atasan yang kini disandang Leo.

Keheningan menyelimuti keduanya setelah itu, hanya ada suara kertas yang Leo buka lembar demi lembar dan denting jam yang menempel di dinding ruangan. "Oke, laporan kamu saya terima. Silahkan kembali bekerja" ucap Leo mempersilahkan Erina pergi yang tentu saja langsung membuat gadis itu berdiri "Baik pak, saya permisi" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan ruangan atasannya tersebut.

Erina menutup pintu ruangan dan bersandar disana sambil menghembuskan nafas lega, sekertaris yang berada tak jauh darinya memandang heran "Gak ngerti lagi saya sama atasan kamu" ucap gadis itu kemudian berlalu menuju lift untuk kembali keruangannya meninggalkan sekertaris yang kini bengong menatapnya "Dia kan atasan kamu juga" ucapnya yang tentu saja tak terdengar oleh Erina karena kini gadis itu telah memasuki lift.

LOVE IS not OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang