22

491 99 11
                                    

22 - Mengecoh Takdir

****

"Anker"

Bola mata pemuda itu terbuka, menyempatkan menguap lebar untuk menetralkan rasa kantuknya dikala dirinya menerima suara datar Sean yang menerpa rungunya.

"Kenapa?" Balasnya lesu tanpa menoleh, melakukan sedikit peregangan dan kembali menutup mata ingin melanjutkan tidur.

"Kau sendirian? Vante mana?" Pertanyaan yang keluar dari bibir tebal Sean sontak membuat Anker lantas menoleh melihat ranjang pesakitan yang seharusnya terisi telah kosong tak berpenghuni.

"Seharusnya disini. Tapi kemana YAAAAAK" Gumaman yang malah menjadi teriakan memekik timbul dipias ketakutan Anker.

Tanpa babibu pemuda itu lantas mendekati jendela meraih kunci dan membuka lebar sebuah kotak persegi dinding. Mempersilahkan sang Angin malam menyumbangkan kesejukannya.

Anker menyembulkan wajahnya berharap menemukan siluet Vante dimanapun namun siapa sangka Ia malah berbalik dan berlari ketakutan berputar putar diruangan.

Teriakan yang mana membuat Sean terus terkaget itu mengintrupsinya untuk melayangkan protesan. "Mungkin dia sedang buang air kecil, kenapa heboh sekali" Ucapnya bagai nada ancaman.

Tidak sampai disana, kehebohan tak berhenti hingga Anker membalik kacau tubuhnya berjalan cepat menuju pintu dan lantas keluar dari sana.

Sean menghela nafas lelah, lalu diam mengikuti.

Keduanya menyusuri jalan istana yang sepi seakan membiarkan mereka untuk keluar dari tempat sesak yang akan menerkam jika mereka menyepelekan sesuatu.

Riuh suara meriah masyarakan menusuk jelas kegendang telinga keduanya, mengambil alih pikiran Sean yang lalu bergerak cepat mendahului Anker.

Tiba tiba Ia merasa cemas sendiri membayangkan jikalau Vante keluar sana dan ikut berpesta pora, dan bagaimana jika Pangeran itu bertemu dengan dewan sekolah pusat.

Tapi, kenapa dirinya sekhawatir ini?

Pintu gerbang pertama terbuka, menampilkan wajah terengah Sean dan Anker yang sudah sukses memperlihatkan keterkejutannya. Keduanya menatap cengo seseorang didepan mereka yang berjalan lambat seolah terhipnotis sesuatu.

Namun, keadaan terbalik ketika keterkejutan berganti dengan kecemasan ketika kemunculan mendadak Penasehat Kerajaan dari pintu utama istana.

Pria itu berjalan tegap dengan binar tajam yang tak lepas menatap Anker dan juga Sean.

Sedang kedua pemuda itu tak menyadari kehadiran Ken hingga keduanya berani melaju lambatkan tungkai mereka mengikuti langkah Vante.

"Sean! Anker! Diam ditempat kembali ke Istana"

Anker lantas menoleh cepat diikuti Sean yang juga menampilkan kecemasan berlebihan, sedang Ken telah menarik wajahnya menatap kedepan ketika Vante telah membuka gerbang kedua.

"Ck! Sial" Umpatnya kasar, yang lalu mendorong kasar dua cucu Raja itu dan lantas menarik tuas kakinya melaju cepat menyusul Vante.

Namun pergerakannya terhenti, saat dengan keberanian diatas angan Anker merunduk dan menarik kaki Ken sehingga pria itu tersungkur kedepan dengan wajah yang menubruk jalan bebatuan dipijakan mereka.

"Sean Sean. Kejar Vante. Kejar" Pekik Anker yang sudah mendudukan dirinya dipunggung Ken dengan gaya kuncian andalannya.

Walau semuanya sia sia hingga Ken berhasil beranjak mendorong mundur Anker membuat pemuda itu terhuyung kebelakang.

Half Of The Brother (Golagen Kingdom) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang