1. First Love
"Jadi, kau akan tinggal di Tokyo?" Kenzo menaikkan sebelah alisnya sambil memasang sabuk pengamannya.
Luna, wanita yang duduk di sebelahnya tersenyum lebar. "Mau bagaimana lagi? Satu-satunya cara untuk mengembangkan perusahaan kami di kawasan Asia timur ini, aku sendiri yang harus turun tangan," jawabnya sambil memasang sabuk pengamannya juga.
Kenzo memindahkan persneling mobilnya lalu menginjak pedal gas, melajukan mobilnya meninggalkan area parkir Haneda airport. Membelah jalanan kota Tokyo sore itu.
"Sepertinya aku adalah orang yang paling diuntungkan karena kita bisa lebih sering bertemu," ujar Kenzo, wajah pria itu tampak berseri-seri. "Akan lebih baik lagi jika...."
"Ken, jangan memulai. Aku masih lelah dan pastinya aku mengalami jetlag." Luna menyela ucapan Kenzo sambil membuka tas, mengeluarkan ponsel lalu menggeser layarnya dengan wajah serius.
"Pangsa pasar di Jepang sepertinya tidak terlalu menjanjikan, aku hanya akan mencobanya di sini selama satu bulan. Dari pengamatanku, Tiongkok jauh lebih baik," ucap Luna tanpa memedulikan raut wajah Kenzo yang tadinya tampak berseri telah berubah menjadi gelap.
"Sepertinya kau harus memikirkan ulang tawaranku," ucap Kenzo dengan nada murung. "Seharusnya kau tidak perlu merisaukan perusahaanmu itu, lagi pula aku bisa menjamin hidupmu seumur hidup."
Kenzo, pria itu telah berulang kali menawarkan pernikahan kepada Luna, tetapi wanita pekerja keras itu lebih mementingkan kariernya hingga selalu menolak dengan bermacam-macam alasan salah satunya adalah mereka terlalu muda.
"Ken, kita telah sepakat. Kita akan menikah kelak, saat usia kita tiga puluh tahun. Lagi pula sekarang kau juga tahu, pekerjaanku sangat banyak, perusahaan kami maju pesat," ucap Luna sambil menatap Kenzo dengan tatapan kesal.
Rahang Kenzo sedikit mengeras, sedikit kasar pria tu memutar kemudi mobil, membelokkannya ke sebuah area apartemen yang telah ia siapkan untuk menjadi tempat tinggal Luna selama satu bulan berada di Tokyo.
"Setidaknya jika kita sudah menikah, kita bisa tinggal satu rumah."
Luna memutar bola matanya, wanita itu menghela napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. "Apa salahnya jika kita tinggal satu rumah? Orang tuamu saja yang terlalu kolot," katanya dengan nada sengit.
"Orang tuaku masih menjunjung adat timur," ujar Kenzo dengan nada dingin.
Luna menatap wajah tampan kekasihnya. "Ken, menikah atau tidak bukankah itu sama saja, yang terpenting adalah kita saling mencinta, mengasihi dan menyayangi." Nada ucapan luna terdengar kesal tidak dibuat-buat kemudian mendengus kasar.
Hubungan Luna dan kenzo bisa dibilang tidak semulus harapan Kenzo, mereka telah berulang kali berdebat perihal pernikahan. Kenzo hampir selalu mendesak Luna untuk menikah, tetapi wanita itu tidak menginginkan pernikahan. Bukan tidak ingin, tetapi belum siap. Dalam agenda hidup Luna, menikah berada diurutan nomer seratus setelah kariernya, bahkan sebelum bertemu Kenzo.
Yamada Kenzo, pria dengan manik mata hitam pekat itu adalah satu-satunya keturunan pria di keluarga Yamada yang sangat tersohor karena perusahaan mereka yang bergerak di bidang teknologi di negeri Sakura. Dipastikan ia adalah satu-satunya pewaris kerajaan bisnis keluarga itu karena satu-satunya kakak perempuan kandungnya tidak peduli dengan bisnis keluarga mereka. Pertama karena kakak perempuannya yang bernama Yamada Keiko lebih mencintai seni, kedua karena ia telah diperistri oleh pria berkebangsaan Rusia dengan kekayaannya lebih fantastis dibanding kekayaan keluarga Yamada.
Bukan hanya mewarisi kekayaan, Kenzo juga mewarisi kecerdasan serta ketampanan sang ayah. Ia mengenyam pendidikan dengan jalur khusus dan ia juga telah menyandang gelar sarjana di usia dua puluh tahun kemudian melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar doktor di Oxford University, London. Di sanalah ia bertemu kembali dengan Luna Alexandra Dirck, cinta pertamanya ketika ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Luna Alexandra Dirck, wanita dengan manik mata berwarna hijau itu adalah wanita cantik menurut standar Kenzo. Cerdas, tentu saja menjadi poin utama yang menjadikan Kenzo jatuh cinta kepada Luna sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas.
Saat itu Luna duduk tepat di depannya, menjadi pesaing dalam setiap mata pelajaran. Sayangnya, Luna membenci Kenzo karena ia menganggap Kenzo membohonginya dengan sikapnya di kelas yang seolah bukan siswa yang cerdas. Kenzo hanya tidur setiap jam pelajaran yang dianggap membosankan, tetapi faktanya nilai ujian yang Kenzo dapatkan di atas nilai ujian milik Luna. Harga diri Luna terluka, ia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal kepada Kenzo saat ia harus kembali pindah sekolah karena ayahnya yang merupakan seorang duta besar selesai bertugas dan tentu saja mereka harus kembali ke Belanda.
Hidup Luna berpindah-pindah mengikuti ayahnya, baru setelah ia memasuki bangku kuliah ia menetap di London. Di sana bersama beberapa orang temannya setelah lulus dari bangku universitas, mereka mendirikan sebuah perusahaan pialang. Bisnis itu maju pesat hingga seseorang membangkrutkan perusahaan itu dan dalang di balik kebangkrutan perusahaan pialang milik Luna dan teman-temannya adalah Kenzo.
"Kau sepertinya tidak merindukanku," ucap Luna sambil mengalungkan lengannya di leher kekasihnya setelah mereka tiba di dalam unit apartemen yang akan menjadi tempat tinggal sementaranya selama di Tokyo.
Kenzo menatap manik mata hijau telaga Luna. "Aku akan mengutus orang membereskan barang-barangmu," katanya sambil melingkarkan lengannya di pinggang kekasihnya, ia memang masih kesal dengan perdebatan mereka di mobil. Tetapi, ia tidak ingin memperpanjang lagi karena ada hal yang lebih penting sekarang.
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya semua sendiri." Luna membalas tatapan Kenzo sambil sedikit berjinjit lalu dengan lembut menyapukan bibirnya di bibir Kenzo. "Aku sangat merindukanmu."
Bersambung....
Slow Update.
Jangan lupa tinggalkan komentar dan rate.
Salam manis dari Cherry yang manis.
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Baby on My Bed
Romance⚠️ Warning!! Novel 18+++ Bijaksalah memilih bacaan sesuai dengan usia kalian. "Tidak perlu malu, itu hanya ciuman," kata Kenzo mulai menggoda Alexa lagi. Alexa mengalihkan pandangannya kearah pria di depannya yang hanya berjarak beberapa centimeter...