Prolog : Siapa Kiara?

240 0 0
                                        

Putih selama beberapa saat. Aku mengetahui sebuah bisikan yang anehnya tanpa suara, aku hanya mengetahuinya. Bahwa aku akan mengalami kehidupan kedua yang sama sekali berbeda dengan kehidupanku selanjutnya. Kamu harus siap, begitu katanya. Dan aku membuka mata.

Sebuah isakan tangis terdengar lirih di dekatku. Aku menatap atap plafon putih di atasku. Oh, ternyata aku sedang berbaring di sebuah kasur single dengan sedikit bau disinfektan dan pengarum ruangan yang memusingkan. Aku melirik ke samping dan melihat ada tiang infus dan beberapa alat kedokteran, yang menempel di tubuhku? Berarti aku di rumah sakit?

"Astaga Kiara..kamu sudah bangun nak?", suara isak tangis perempuan yang tadi kudengar mendekat dan berkata seperti itu. Aku tidak mengenalnya.

"Rio! Segera panggil dokter, cepat!", ujarnya langsung setelah mendekat dan memastikan lebih lanjut kalau aku memang sudah sadar. Siapa dia? Kenapa dia sangat khawatir padaku?

Lalu laki-laki asing yang tadi sempat melihatku dengan cukup terkejut langsung melangkah menjauh setelah diperintah memanggilkan dokter. Siapa dia? Apa aku mengenalnya?

Dan pertanyaan yang paling besar yang membuatku tak bisa berkata-kata, kenapa aku disini? Sebelum suasana putih dan bisikan tadi aku sempat melihat diriku tergeletak mengenaskan di jalan tertindih motorku sendiri, penuh dengan darah dan dengan mata tertutup. Saat melihatnya aku merasa sedang dibopong menggunakan tandu. Aku ingin berteriak saat itu, tapi kepalaku serasa ditindih batu yang amat besar. Bahkan untuk berkedip saja rasanya sangat menyakitkan. Lalu semua buram dan muncul warna putih.

Kembali pada situasi sekarang.

Aku masih bingung harus berkata apa ketika ditangisi oleh seorang perempuan agak tua yang kelihatannya terharu dan bahagia melihatku siuman. Aku hanya melihatnya dan mengerutkan dahi.

"Kiara, semuanya akan baik-baik saja oke? Dokter akan segera datang memeriksa", katanya menenangkan.

"Apa kamu kesakitan sayang?", tanyanya lagi sambil memegang erat tanganku yang diinfus.

Reflek, aku hanya mengangguk. Aku merasa baik-baik saja, kecuali merasa lemas dan sedikit pusing seperti sedang masuk angin. Tidak ada sakit yang berlebihan di tubuhku.

Kemudian dokter dan dua suster memasuki ruangan. Dokter itu langsung mengambil tempat di dekatku, membuat perempuan itu mundur.

"Bagaimana perasaan anda Nyonya Kiara? Apa anda bisa melihat saya dengan jelas?", tanya dokter itu. Lagi lagi menyebut namaku Kiara.

Aku hanya mengangguk.

"Apa ada yang sakit? Di bagian kepala barang kali?"

Aku hanya menggeleng. Masih bingung dengan keadaan ini.

"Baiklah. Ijinkan saya memeriksa keadaan Nyonya sebentar"

Dokter itu menempelkan stetoskopnya ke beberapa bagian tubuhku. Aku hanya diam dan masih sangat bingung.

"Kenapa memanggilku dengan nama Kiara?", susah payah aku mengucapkan itu, karena jujur selain bingung aku juga takut. Apa aku sedang dijebak mungkin?

Tapi, mendengar itu semua orang di ruangan melihatku dengan mata membulat, menandakan kalau mereka terkejut.

"Anda tidak mengingat apapun tentang diri anda saat ini?", tanya dokter itu hati-hati.

"Aku bukannya tidak ingat aku siapa, tapi aku tidak tahu siapa Kiara. Dan aku tidak mengenal seorang pun disini. Maaf", entah kanapa aku minta maaf. Aku hanya merasa telah membuat perempuan yang mengisi aku tadi sedih jika aku tidak mengenalnya. Lalu laki-laki yang tadi memanggilkan dokter. Dia hanya diam. Tapi terlihat kecewa di matanya.

"Baiklah, kami akan memeriksa anda lebih lanjut, dan untuk keluarga pasien hipotesis kami sementara adalah Nyonya Kiara mengalami amnesia karena benturan saat kecelakaan. Kami akan mengusakan terapi selanjutnya untuk pengobatan Nyonya Kiara", jelas dokter itu kepada perempuan dan laki-laki di ruangan itu.

Setelah itu dokter dan kedua perawat keluar ruangan. Menyisakanaku dan orang-orang yang tidak kukenal yang selalu memanggilku Kiara. Siapa Kiara?

Second Life To LoveWhere stories live. Discover now