I

790 61 4
                                    

Hari hari Seongmin di sekolah itu seperti siswa pada umumnya, yang membedakan hanya satu. Kim Taeyoung. Ya, pemuda itu yang membuat keseharian Seongmin disekolah terasa berbeda. Dengan candaan dan berbagai godaannya terhadap Seongmin, membuat sekolah jadi tidak membosankan.

Bagaimana tidak, saat baru sampai di kelas pemuda itu sudah berceloteh atau sekedar menggoda Seongmin. Salah satu contohnya dengan membahas perbedaan tinggi badan mereka. Seongmin yang sedikit sensitif ketika orang lain membahas tinggi badannya akan memberikan glare kepada Taeyoung atau pukulan ringan kepada tangan temannya itu.

Namun apakah Seongmin risih atau marah dengan semua perlakuan Taeyoung? Tentu tidak. Itu sudah terjadi sejak awal masuk High School jadi Seongmin sudah terbiasa. Kalau boleh jujur sebetulnya ia menikmati itu, dia menikmati Taeyoung yang annoying dan berisik saat bersamanya.

"Hey kecil. Kau mau pergi ke kantin bersamaku tidak?" Seongmin yang sedang membaca buku lalu mendongakkan kepalanya dan melihat ke kanan dan kiri, bisa saja orang yang di depannya ini berbicara pada orang lain kan?

"Kau tidak mendengarkanku? Aku berbicara padamu kecil." Matanya menyipit lalu ia mendengus pelan. Jadi pemuda ini berbicara dengannya? Tidak sopan sekali, dia kan punya nama!

"Namaku bukan kecil, aku Seongmin. Dan lagi, aku tidak ingin pergi ke kantin. Kalau kau mau pergi ya sudah sana pergi."

"Tapi kau lebih kecil dari aku?" Seongmin menatap seseorang yang ada didepannya dengan memberikan glarenya.

"Memang kenapa kalau aku lebih kecil darimu?"

"Karena.." Pemuda itu menggantungkan kalimatnya, membuat Seongmin bingung. Memang kenapa kalau ia lebih kecil?

"Karena kau tidak bisa mencapai benda benda yang tinggi. Bukan seperti aku." Ujar pemuda itu dengan nada mengejek.

"Ya!" Seongmin berdiri dari tempat duduknya dan mengambil ancang ancang untuk melempar buku yang ia baca tadi kepada pemuda itu.

Kim Taeyoung, nama pemuda yang memancing amarah Seongmin dia hanya tertawa lepas saat melihat Seongmin yang marah karenanya lalu berlari menuju kantin.

"Kim Taeyoung menyebalkan!" Seongmin menghentakkan kakinya sebelum kembali duduk dan membaca bukunya yang sempat terhenti tadi.

Setelah beberapa saat, Seongmin kembali terfokus pada buku yang dibacanya namun pada saat itu juga fokusnya terpecah karena melihat kantung yang berisikan satu susu pisang dan roti. Ia menatap kantung itu dengan bingung lalu mendongakkan kepalanya. Kim Taeyoung? Apa maksudnya?

"Ini apa?" Tanya Seongmin.

"Kau bisa lihat kan itu apa?" Seongmin menganggukkan kepalanya, ia tau itu apa. Akan tetapi ia tak mengerti maksud Taeyoung.

"Makan saja, tidak ku beri racun kok." Ujar Taeyoung sembari berjalan santai kembali ke tempat duduknya.

Pandangan Seongmin mengikuti Taeyoung hingga ia duduk di tempatnya. Seongmin mengulas senyum lalu kembali menatap kantung yang diberikan Taeyoung beberapa saat yang lalu.

'Terima kasih, Taeyoung.'

Seongmin tersenyum saat mengingat kejadian itu. Ia sadar, sejak saat itu ia semakin dekat dengan Taeyoung. Tak bisa ia pungkiri juga, Seongmin memiliki rasa kepada Taeyoung.

"Hey" tepukan di pundaknya berhasil membuat Seongmin tersadar dari lamunannya.

"Youngtae!" Seru Seongmin

"Masih pagi udah ngelamun. Mikirin apa sih cil?"

Masa iya dia harus bilang ke Taeyoung kalau dia sedang mengingat pertemuan pertamanya dengan Taeyoung?

"Gak mikirin apa apa kok."

"Mikirin aku ya?" Ujar Taeyoung sembari mendekatkan wajah ke arahnya dan menggodanya.

"Ih bukan, aku engga mikirin kamuu!" Taeyoung tertawa saat melihat pipi Seongmin yang memerah karena dirinya. Ia lalu mengusak rambut Seongmin dengan gemas.

"Yaudah iya percaya, ayo kerjain tugas lagi cil" Jawab Taeyoung yang dibalas anggukan oleh Seongmin.

Ia sebetulnya tidak bersemangat untuk mengikuti rapat, tangannya sudah pegal karena menyalin materi yang diberikan oleh miss Hyunjung tadi. Ia ingin segera pulang dan merebahkan diri di kasur kesayangannya. Namun apa boleh buat, ini sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai anggota osis untuk mengikuti rapat mingguan.

"Adek!" Bersamaan dengan suara itu, ia merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya, ia lalu mendongak keatas dan melihat siapa yang menyapanya.

"Kak Hyeongjun!" Seru Seongmin. Syukurlah Hyeongjun disini, pikir Seongmin.

"Kakak bukannya udah gak boleh ikut kegiatan organisasi? Kok ikut rapaat?"

Hyeongjun hanya tertawa sembari menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Seongmin.

"Anak kelas tiga masih boleh ikut kok, sampai next event. Abis itu udah deh, harus fokus belajar kata pak Hyunwoo"

Seongmin menganggukkan kepalanya setelah mendengar penjelasan dari Hyeongjun. Hyeongjun sendiri tersenyum lalu mengeluarkan laptop dan menyalakannya.

"Aku harus mengerjakan tugas di sela sela rapat, benar benar mengesalkan" keluh Hyeongjun.

Seongmin terkekeh pelan kemudian mengintip ke arah laptop Hyeongjun. Ia menangkap sosok yang ia kenal, Hyeongjun dan orang itu berpose yang menurutnya sangat dekat. Saling memandang satu sama lain dan tersenyum. Seongmin lalu merasakan sesak di dadanya.

"Seongmin? Adeek!" Ujar Hyeongjun sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Seongmin.

"E-eh.. iya kak?"

"Jangan kebanyakan ngelamun nanti kesambet loh!" Canda Hyeongjun.

"Aku engga ngelamun kaak, tadi tuh aku nyoba nginget sesuatu" bohong. Tentu saja Seongmin berbohong, ia terdiam karena melihat sesuatu dan ia tak mungkin mengatakannya pada Hyeongjun kan?

"Terus inget gak?" Seongmin menggelengkan kepalanya. Hyeongjun hanya terkekeh dan mencubit pipi Seongmin.

"Dek, lusa kan ada match badminton. Nonton yuk?"

Badminton ya.. Taeyoung adalah salah satu pemain dari sekolah mereka yang ikut tanding. Kalau sebelum ia melihat sesuatu di laptop Hyeongjun tadi mungkin ia akan berkata 'iya' tapi sekarang ia bimbang. Haruskah?

"Aku sudah minta izin kepada tutor lesku, aku ingin sekali melihat dan menyemangati tim dari sekolah kita." Tambah Hyeongjun

Taeyoung juga memintanya untuk datang dan melihat dia bertanding tempo hari. Bagaimana ini..

"Iya kak, aku mau" Seongmin menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Yeay! Aku jemput dirumahmu atau kita ketemu di stadion?"

"Jangan dirumahku kak. Kita ketemu langsung aja di stadion? Aku takut kak Hyeongjun ketemu dengan kakak.." Ujar Seongmin lirih. Ia takut menyinggung Hyeongjun dengan menyebut nama kakaknya.

"Ah benar. Baiklah, ketemu di Stadion aja ya Seong!"

Tak lama setelah Hyeongjun membalas perkataannya, sang ketua osis hadir di ruang rapat dan segera memulai rapatnya.

TRIANGLE ㅡ GONGTANG ft HYEONGTAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang