Bab 1: Siapa

40 2 1
                                    

Haiii Sion di sini!!

Let me see. This story is my first sci-fi art. Maaf Sion tidak mencantumkan kisah cinta beauty and the beast or handsome and the poor. Murni sci-fi seputar teknologi dan bioinformatika yang membuat Anda berpikir apa yang terjadi 500 tahun kemudian.

So, selamat membaca!!

______________________________________________________


Telapak tangan Elena di bawah jaketnya berkeringat. Sedikit bergetar. Ia menyembunyikan kenyataan kecemasannya di balik seonggok jaket rajut warna hijau tosca. Setiap nomor ID yang terpanggil tidak menyurutkan rasa khawatir yang bergemuruh di batinnya. Layaknya menunggu waktu untuk meregang nyawa. Tidak ada seseorang pun yang bisa menolongnya saat ini. Saat memasuki ruangan berpintu besi ia benar-benar akan sendirian. Tinggal hitungan menit dan semua di masa depan akan berubah. Masa depannya. Dan kelak akan memberi pengaruh juga untuk orang-orang.

Elena menelan ludahnya. Habis ini giliranku. Bagaimana, bagaimana kalau, kalau aku ditentukan ke tempat yang lain yang tidak kuharapkan??

"2537_03_251. Ruangan 3."

Sedikit terloncat dari tempat duduknya, Elena menjatuhkan jaketnya. Ia menghela nafas pelan berkali-kali sambil beranjak berdiri agar perhatian beberapa orang yang terlanjur jatuh padanya bisa lenyap. Upaya terbaiknya akan memainkan peran di sini. Menjadi tokoh senormal standar normal yang ditetapkan dari 500 tahun yang lalu. Dan normalnya, kegelisahan maupun kegugupan lawan dari kenormalan. Maka dari itu, Elena menggertakan gigi supaya ekspresinya bisa berubah kaku dalam sepersekian detik. Paling tidak saat ia membalikkan badan dari koridor itu menuju ruangan berpintu besi semua terlihat seakan-akan baik-baik saja.

Memasuki ruangan yang menyiutkan nyali Elena, ia lalu melepas semua aksesoris juga pakaian yang melekat di badannya. Diletakkan di atas sebuah meja kaca tranparan, sehelai pakaian berwarna biru telur asin sebagai pakaian ganti. Sementara pakaiannya ia tanggalkan dan ia simpan di loker. Sedikit banyak Elena merinding dengan persiapan yang tampak seperti operasi transplatasi organ.

Autentifikasi dengan rupa-rupa sinar infra merah yang memancar ke segala arah dilakukan agar pintu kaca menuju ruangan scanning terbuka. Jadi, serangkaian identifikasi dilaksanakan untuk perekaman identitas peserta brain-scanning.

"2537_03_251. Silahkan duduk bersandar ke kursi CT-Scan."

Kepalan tangan Elena bergetar lagi. Tidak, kali ini dia tak takut pada siapapun atau apapun. Ada api baru terbakar di sanubarinya. Api amarah. Gelora ingin menggebrak kaca jendela nyaris tak tertahankan. Kalau bisa Elena ingin berlari lalu berteriak sampai paru-parunya kosong dari udara ke muka para petugas, 'Aku punya nama!!! Bukan sandi!!'.

Akses terhubung. 2537_03_251. Atas nama Elena Ward.

Perlahan sambil menyembunyikan gejolak ingin kabur dari ruangan itu, Elena berusaha keras menyandarkan punggungnya ke kursi CT-Scan. Bersikap harus lebih rileks karena mata para petugas terus menohoknya. Upaya terbaiknya yakni memejamkan mata, mengingat-ingat hal baik yang pernah terjadi semasa hidupnya.

Sebuah mesin sebesar ukuran kepala bergerak turun menutupi wajah Elena. Di bagian leher yang bersentuhan dengan batang otak mengeluarkan jarum besi dan tanpa sepengetahuan Elena menusuk dan meninjeksi sesuatu. Kepalan tangan Elena mengendur. Dalam semenit ia kehilangan kesadaran.

Memulai pembacaan data untuk 2537_03_251.


» NaNo.D «

Nano DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang