Bab 2: Kendali

42 1 0
                                    

Welcome to Elena Ward journey!!

Silahkan membayangkan kota futuristik dimana Anda adalah Elena Ward dan terjebak di dalamnya.


__________________________________________


Manusiawi. Sekarang baru sebuah istilah sederhana ini yang dapat merangkai gambaran seorang Olivia bagi Elena. Sayang, kata-kata tabu ini harus terkunci di hatinya selamanya. Dikatakan tabu namun sebenarnya tidak terlarang untuk diucapkan. Hanya saja... manusiawi, akal budi, norma, dan dorongan hati nurani adalah deretan diksi yang eksis di buku sejarah saja. Suatu ketidakwajaran mengucapkannya di muka umum. Seakan-akan memanggil nama dari seseorang yang sudah lama meninggal.

Pemilihan kata 'manusiawi' Elena peroleh saat mengamati orang-orang yang silih berganti ia temui di institusi Neoni selama lima hari belakangan. Dari berpuluh-puluh buku yang pernah ia baca hingga masa kuliah, penulisan kata ini terlewat begitu saja tanpa ada maknanya. Begitu terjerumus dalam profesi dan pekerjaan, Elena akhirnya bisa menggunakannya secara tepat. Pada target frasa yang tepat.

"Ward, mulai hari ini Alden Davis dan Hugo Taylor yang akan mendampingimu," cetus Kevin Stanton, general manager seluruh departemen pengembangan nano-brain di Nuuk Neoni-Institution. "Sekaligus kalian bertiga adalah tim."

Elena mengerjap. Tersadar kalau ia bukan berada di rumahnya lagi pagi itu. "Ya, Sir."

"Sebelum aku pergi," sela Kevin, "barangkali ada yang mau kau tanyakan?"

Terlanjur menengok ke dalam ruangan lab pengembangan auto-imunitas, Elena pun berpaling ke Kevin. Sangat mengherankan melihat tangannya melayang hampir menyentuh siku Elena.

"Tidak, Sir," tutur Elena sedikit kalut. "Semua sudah kuterima dengan baik."

Agaknya Kevin menyadari perubahan tingkah Elena sehingga ia cepat-cepat menarik tangannya. "Bagus. Bila kelak ada masalah jangan segan untuk kita diskusikan bersama."

Kevin melambaikan tangan. Elena menyambutnya dengan menundukan kepala.

Memastikan bahwa tutornya selama lima hari tak tampak lagi sejauh matanya bisa memandang, Elena membalikkan badan. Saatnya masuk dan ambil bagian dari tim neuro-scientist. Ia sudah lulus sensor dan murni diakui oleh induk institusi Neoni.



"Sebentar," potong seseorang waktu Elena mau menempelkan ibu jarinya ke alat fingerprint. "Anda mau bertemu dengan siapa, Nona?"

Seorang wanita kira-kira sebaya Elena–mungkin lebih muda–mencegahnya untuk melakukan verifikasi sidik jari. Terpaksa Elena berpaling untuk menyelidiki siapa orang yang berani melarangnya masuk ke ruang KERJANYA.

Tablet semi transparan yang bertengger di tangan wanita itu sangat mencuri perhatian Elena. Kesan pertama melihat seorang wanita berkemeja merah muda ketat, kancing bajunya dibuka hingga kancing kedua, lalu bawahannya adalah rok span hitam dengan belahan samping hampir setengah paha, adalah sekretaris penggoda direktur komisaris. Warna lipstick merah menyala yang menghiasi bibirnya layaknya membenarkan dugaan Elena. Hal itu dilengkapi dengan gaya berdirinya yang menyebalkan, memancing mata Elena berkedut perih.

Nona? Menggelikan sekali. Kalau tawa Elena meledak saat itu, habislah karirnya.

"Alden Davis dan Hugo Taylor. Berdasarkan –"

Si wanita menyolok ini menyandarkan sebelah bahunya ke dinding sebelah alat fingerprint. Kedua tangannya membekap tablet tersebut di dadanya. Posisi mereka berdua sudah lebih dekat dibanding sebelumnya. Karena memang wanita itu yang seakan-akan adu nyali pamer kekuasaan mendekati Elena lebih dahulu. Tampak selain lipstick, sudah lebih jelas rupa-rupa riasan di wajahnya yang membuat Elena jijik.

Nano DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang