Part 4

21.3K 758 21
                                    

Yang ada di seberang walkie talkie, mengangguk paham. Kini ia pun berlari terburu-buru, sebagus mungkin menyenggol sebuah pot hingga jatuh, hingga akhirnya berhenti dan masuk ke lift. Brendon yang ada di hadapan CCTV bersama pria itu memperhatikan dengan saksama.

"Hm ...."

Mereka bereaksi, tetapi hanya satu orang yang berniat membersihkan kekacauan itu. Senyum Brendon melebar.

"Cek ini bagian kesabaran, BTW, ujian kedua."

Mulai di layar, satu orang dipanggil masuk ke ruangan, dan si pria menghubungi seseorang di walkie talkie lagi. Melakukan hal sederhana seperti mengepel ....

Hanya beberapa yang mengangkat kaki mereka guna membersihkan lantai di sekitaran wanita-wanita itu, yang lain seakan tak terlalu peduli.

"Wah, ini punya attitude." Ia menunjuk yang di awal lulus ujiannya. "Sebentar, dia nahan lapar, ya?"

"Sepertinya begitu, Pak. Dia megang perutnya."

"Dia dipanggil paling akhir aja, uji kesabarannya."

Banyak yang masuk, kemudian keluar, ada pula yang kabur sambil memegang perut mereka karena kelaparan. Namun gadis itu, tetap bertahan, gadis yang sama yang lulus di awal ujian demi ujian yang Brendon berikan.

"Oh, dia keknya cewek yang kuat banget ...."

Buru-buru, Brendon keluar ruangan, cepat-cepan menuju ke ruangan dengan jalan pintas lain ke ruang HRD.

"Siapin meja, kursi, makanan, cepat!" Semuanya bertukar pandang heran, tetapi tak ada yang protes. "Panggil dia masuk!"

Wanita itu pun dipanggil masuk, bertepatan kursi meja serta makanan disiapkan sedemikian rupa. Brendon menatap bahagia sosok itu yang menatap bingung sekitaran, ia memejamkan mata sesaat dan menggeleng seakan membuang pikiran.

"Hm ... Meymona Jayachandra." Brendon menghampiri gadis itu, pun menyodorkan tangannya ke wanita itu.

Meymona menatap bingung Brendon dan tangannya, benar-benar bingung.

"Ayo, makan bareng, yuk!"

"E-eh?"

"Ah, bener, enggak sopan saya. Hehe." Brendon menyodorkan tangannya dengan cara berbeda, salam formal. "Nama saya Brendon Kristoffer, saya pemimpin di perusahaan cabang ini, dan saya mau ngucapin selamat kalau kamu diterima sebagai asisten saya."

Mata wanita itu membulat sempurna. "Ta-tanpa interview, Pak?"

"Interview? Kenapa perlu itu? Ujian di depan, hal-hal kecil yang kamu lakukan, itu nilai plus kamu dibandingkan yang lain." Momo yang dalam kondisi kelaparan agak kesulitan berpikir, tetapi ia bahagia.

Benar-benar bahagia, ia kini membalas salaman itu.

"Aha!" Brendon benar-benar menikmati sentuhan tangan wanita itu. Dan kemudian, Momo bingung kembali, keduanya kini melepaskan jabatan.

"Ayo, kita makan bareng!" Kini, ia menuntun si gadis duduk, ia masih menatap tak percaya sekitaran.

"I-ini halusinasi ...."

"Ayo, makan, yuk!" Brendon mulai memakan makanannya. "Ayo, jangan malu-malu, yuk!"

Dan Momo, yang dikuasai rasa lapar, akhirnya ikut makan dengan lahap. Brendon menghentikan makannya, memperhatikan cara makan wanita itu tanpa melepaskan pandangan, tanpa malu tanpa segan sedang yang lain padahal jijik dengan cara makan ngamuk si gadis.

"Pelan-pelan makannya," kata Brendon, menyeka pipi Momo, membuat si wanita yang sudah kenyang tersadar dari halusinasinya. Ia terdiam dan menoleh ke samping.

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

ISTRI SEKSI PAK BOS [Brendon Series - K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang