9 : Anpanman

90 25 8
                                    

Hai kembali lagi dengan aku yang ngga tepat waktu buat update, hehehehe maapkeun yaw. Kalian apa kabar? Absen dulu boleh lah kak
-----

Suara ketukan daun pintu utama memaksa Soo Bin membuka matanya yang terpejam. Ketukan itu terdengar bertubi-tubi. 'Jun Yeol benar-benar gila' batinnya. Dalam helaan nafas panjang, Soo Bin menjauhkan punggungnya dari ranjang. Tangannya meraih ponsel di sampingnya. Pukul 20.30. Jun Yeol menunggu nya selama itu?

Kaki jenjang nya yang tertutupi celana jeans yang masih sama dengan yang ia kenakan kemarin malam di rumah sakit melangkah menuju ruang depan. Meraih engsel pintu dan membuka pintu dengan hempasan kasar.

"YAK! Jun Yeol-ssi, Aku bilang pergi---" intonasinya berubah pelan.

"Annyeonghaseyo, Uisanim" Seorang pria kelahiran Busan berdiri di depan pintu apartemen Soo Bin dengan senyum kikuk. Tangan kanan nya menenteng tas plastik yang entah apa isinya. Sedang tangan kiri melambai, bermaksud menyapa Soo Bin.

"Ah, Jungkook-ssi. Maafkan aku. Aku kira tadi Jun Yeol." Soo Bin merapikan anak rambut nya dan menyelipkan nya ke belakang telinga. Ahhh, malu sekali. Pipi Soo Bin benar-benar merah merona.

"Jadi, apa Dr. Jun Yeol mengganggu mu lagi, Soo Bin-ssi?" Kilatan mata Jungkook mengisyaratkan rasa kekhawatiran yang begitu besar.

"Masuklah, Jungkook-ssi. Kita bicara di dalam." Soo Bin menyampingkan tubuhnya. Bermaksud, membuka jalan untuk Jungkook masuk ke dalam.

"Duduklah, Jungkook-ssi. Aku akan mandi dulu. Kau bisa mengambil sesuatu di kulkas jika kau menginginkan sesuatu." Soo Bin menunjuk sofa berwarna krem dengan dagunya. Jari telunjuk nya mengarah ke arah dapur tempat mesin pendingin itu berada.

"Terimakasih, Soo Bin-ssi." Kemudian Jungkook mendudukkan tubuhnya di sofa.

Soo Bin melenggang pergi ke kamar mandi. Ia putuskan untuk keramas malam ini. Matanya bergerak menatap bathub. Ah, ingin sekali ia berendam di dalamnya. Ingin sekali ia menyenderkan punggungnya di sisi bathub dengan seluruh tubuhnya tertutupi busa. Matanya terpejam kemudian mengambil nafas pelan-pelan hingga pening kepalanya hilang. Namun, saat ini ia tidak bisa, tidak boleh karena seorang Jeon Jungkook tengah duduk termangu untuk menunggunya.

Aroma Rosemary tercium ketika Soo Bin membuka pintu kamar mandi. Rambutnya yang kini beraromakan strawberry dibekap dengan handuk berwarna putih.

******

"Ingin ku buatkan teh, Jungkook-ssi?" Jungkook nyaris saja melompat. Sungguh, wajah natural Dr. Yoo-- tanpa polesan make up yang ditempa sinar lampu yang menggantung benar-benar menjadi penghalang bagi Jungkook untuk mengalihkan pandangannya.

"Tak perlu, Uisanim. Aku sudah membawa cola. Lihat" Jungkook membuka kantong plastik yang ia bawa tadi. Kaleng cola itu banyak sekali.

"Wah, Jungkook-ssi apa kau bisa membaca pikiran seseorang?. Aku benar-benar menginginkan cola tadi. Namun aku malas membelinya" Soo bin berjalan melangkahi kaki Jungkook. Duduk di samping nya. Kemudian meraih bantal sofa untuk ia pangku. Keduanya terpisah oleh kumpulan kaleng cola di dalam tas plastik.

Soo Bin mengambil satu kaleng cola. Terdengar suara khas letupan soda ketika Penutup silver itu terpisah dari kaleng nya. Ia meneguknya cepat guna menghilangkan dahaga. Entah inisiatif nya sendiri atau ingin ikut-ikutan Soo Bin, Jungkook pun melakukan hal yang sama.

"Jungkook-ssi. Jadi, apa yang membawa mu ke sini?" Tanya Soo Bin dengan tangan yang terulur guna meletakkan kaleng soda di atas meja.

"Tadi aku bertanya kepada Manager Sejin tentang keadaan mu. Ia bilang kau baik. Dan aku juga bertanya sampai mana ia mengantarkanmu dan ia bilang, ia hanya mengantarkan mu hingga lobby. Entahlah, perasaan ku mengatakan bahwa Dr.Jun Yeol tengah berusaha menemuimu. Jadi kupikir pasti Dr.Jun Yeol ada di depan unitmu, terus. Makanya aku menemui mu di sini. Aku ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja" Jungkook kemudian meminum air soda itu kembali. Jakun nya bergerak seirama dengan air yang masuk ke kerongko- ngan nya.

"Aaahh..." Soo Bin mengangguk paham.

"Terimakasih. Aku baik-baik saja, sekarang" Soo Bin tak tahu harus berkata apa. Kata-kata yang melompat keluar dari mulut Jungkook, mengingatkan nya pada perkataan Manager Sejin sore tadi. Apa kah itu mungkin?

Tangan Soo Bin kembali meraih kaleng cola yang tadi ia letakkan.

"Soo Bin-ssi" Dengan bibir nya yang masih bertaut mesra dengan kaleng soda, ia meletakkan atensi penuh terhadap Jungkook yang memanggilnya tadi.

"Tentang tawaranmu kemarin malam... Aku mau melakukan nya. Aku mau menjadi pacarmu"

"Bruuhp! UHUK...UHUK" cairan cola yang hampir masuk ke dalam kerongkongan nya tersembur keluar.

Refleks, Jungkook menepuk-nepuk pelan punggung Soo Bin "kau baik-baik saja, Soo Bin-ssi?"

"Ya, aku baik-baik saja" Soo Bin meletakkan kaleng soda itu kembali ke meja. Meraih tisu yang terletak di meja guna mengesat bibirnya.

Jungkook kembali menarik tangan nya, setelah ia memastikan Soo Bin telah berhenti terbatuk-batuk.

"Jungkook-ssi, apa yang aku katakan kemarin malam hanyalah omong kosong. Aku memang sering berbual ketika aku tertekan. Aku juga minta maaf karena lancang mencium mu kemarin malam. Maafkan aku. Tolong jangan anggap perkataan ku kemarin malam sebagai hal yang serius" Jemari lentik Soo Bin menarik ujung kaos putih nya gemas. 'Apa perkataan ku sudah benar? Ku harap perbin- cangan ini tak pernah terjadi'

"Tapi aku memang benar-benar ingin melakukan nya. Aku memang benar-benar ingin menjadi pacar mu" Jungkook berbicara tanpa menatap Soo Bin. Kedua tangannya menangkup kaleng soda kemudian menggerakkan tangan nya kanan dan kiri sehingga kaleng soda berputar pelan.

"Tapi... Kenapa?" Intonasi Soo Bin kelewat serius. Kedua netra nya menatap Jungkook dengan penuh tuntutan.

"Entahlah. Sejak aku bertemu dengan mu untuk pertama kalinya di rumah sakit, ketika wajahmu dipenuhi peluh keringat dan juga bercak darah, ketika aku melihat senyuman itu terlukis di wajah mu... Aku merasa aku harus melindungi mu. Aku merasa aku harus memastikan senyum itu terus terlukis di wajahmu. Biarkan aku yang membuat dirimu tersenyum setiap hari Uisanim" Di akhir kalimat nya kedua netra Jungkook beralih menatap Soo Bin. Kedua netra mereka bersirobok. Kening Soo Bin mengerut tak mengerti.

"Aku tak bisa, Jungkook-ssi--" Soo Bin mengalihkan pandangannya. Ia memilih melihat pemandangan yang dipantulkan kaca jendela di samping kanannya. "--Ini terlalu sulit. Kau tahu, luka ku belum sembuh. Bahkan aku rasa aku saja belum mencoba untuk mengobati nya. Aku tak bisa melakukan ini, Jungkook-ssi" Soo Bin menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku akan membantu mu. Akan tak akan membiarkan dirimu terluka lagi, Uisanim. Biarkan aku mencoba" Jungkook berusaha meraih tangan Soo Bin yang berada di atas sofa. Namun, tiba-tiba tangan Soo Bin berpindah ke atas bantal yang dipangkunya.

Kini pandangan Soo Bin beralih menatap kedua netra Jungkook "Kau yakin? Jika aku akan terluka lagi dengan cara yang sama aku tak akan pernah memaafkan mu. Bahkan jika kau berlutut di hadapan ku akan tak akan mau memaafkan mu"

"Aku berjanji" Laki-laki kelahiran Busan itu menyodorkan kelingking miliknya disertai senyum kelinci yang begitu manis.

Sodoran kelingking itu dibalas Soo Bin dengan tawa lebar kemudian ia menautkan jari kelingking mereka berdua. 'kuharap kau benar-benar serius dengan ucapan mu, Jeon Jungkook'

Kedua netra mereka bersirobok. Tawa lebar terlukis di wajah keduanya. Tautan kedua jari kelingking itu merupakan simbol kedua hati mereka juga sedang berusaha bersatu.

******

Kalian bingung ngga dengan latar waktu nya? Jadi dari chapter 7, 8 dan sekarang 9 itu masih hari yang sama.

Dan yah, sekarang seorang Jeon Jungkook maknae Bangtan tengah mencoba menyakinkan dokter bedah, Yoo Soo Bin. Si Jungkook ini tengah mencoba menjadi Anpanman untuk Soo Bin.

Dikit ya? Gapapa kan?

Love Medicine | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang