10 : When the love blooms

71 17 18
                                    

Absen nya dulu kak
Warning ⚠️ part ini mengandung ke-uwu-an yang membuat kalian semakin bucin terhadap Jungkook.

------

Kurasa Jungkook benar-benar serius dengan ucapan nya. Terbukti dengan mobil mewahnya yang terparkir di basement apartment yang menjadi tempat tinggal Soo Bin.

Berkali-kali ia mengecek ponselnya. Tidak sabaran menunggu seorang Soo Bin datang di hadapannya. Ia sudah menelepon seseorang yang tengah ditunggunya tadi pukul 07.00 dan berakhir dengan Soo Bin yang mencak-mencak karena hei ini masih pagi, Soo Bin saja baru selesai mandi dan Jungkook justru menelpon Soo Bin dan menyuruhnya untuk buru-buru seakan Soo Bin sudah terlambat.

Mungkin Jungkook benar-benar tidak sabaran untuk melihat senyum manis Soo Bin. Senyum yang seolah-olah berhasil memberhentikan semesta dengan sengaja.

Jadi, Jungkook memutuskan untuk diam, menyandarkan punggungnya di pintu mobilnya. Jika ia menelpon Soo Bin berkali-kali ia justru akan gagal menjadi calon pacar idaman nantinya.

"Kau bangun jam berapa sih, Jungkook-ssi?" Soo Bin menggerutu. Tangannya terus bergerak merapikan rambut coklatnya. Akhirnya seorang Jeon Jungkook dapat bernapas lega.

"Pukul 05.30" Jawab Jungkook singkat. Kedua netra nya bergerak menilisik penampilan Soo Bin dari atas ke bawah.

Hari ini, Soo Bin mengenakan rok pendek dengan panjang mencapai lutut. Bawahan itu dipadukan dengan atasan kemeja berlengan pendek bergaris-garis hitam dan putih. Benar-benar modis. Oh ya jangan lupakan sepatu heels warna krem yang menutupi kakinya yang seputih pualam.

Ku rasa tak masalah Soo Bin mengenakan pakaian seperti itu. Lagipula ia akan mengganti pakaian nya dengan seragam medis warna biru muda nanti sesampainya di rumah sakit.

"Ayo masuk Soo Bin-ssi." Jungkook membukakan pintu mobil untuk Soo Bin. Tentu, Soo Bin merasa canggung sekaligus senang. Mengapa tidak? Sekarang coba kutanya siapa yang tidak senang diperlakukan layaknya putri oleh seorang Jeon Jungkook?

Mobil Jungkook melaju meninggalkan parkiran. Bergabung bersama kendaraan lainnya di jalanan Seoul. Deru mesin, hiruk pikuk jalanan, dan juga suara klakson kendaraan yang membuat telinga pengang sudah menjadi hal biasa di Seoul.

"Jungkook-ssi. Apakah kau sudah meminta ijin Manager Sejin?" Soo Bin mengangkat suaranya. Kedua manik nya menatap Jungkook dengan atensi penuh. Namun, ia kembali menyenderkan punggungnya ke kursi mobil, hingga terdapat angin berhembus di sana. Merasa sebal, karena tak kunjung mendapat jawaban.

"Ya. Aku sudah menelepon Manager Sejin tadi." Jungkook menjawab dengan mata yang masih menatap ramai nya jalanan.

Syukurlah, Soo Bin dapat bernapas lega sekarang. Jujur, kata-kata yang dilontarkan Manager Sejin kemarin sore masih saja menghantui Soo Bin. Bagaimana bila Manager Sejin semakin mematenkan dugaannya itu? Itu akan menjadi situasi yang gawat karena kali ini mereka berdua benar-benar melakukan nya--pacaran.

"Soo Bin-ssi, bolehkah aku memanggil mu Noona?" Kali ini kedua netra Jungkook sepenuhnya melihat ke arah Soo Bin. Intonasi yang digunakan Jungkook, nyaris membuat Soo Bin tertawa saking lucunya. Namun rasanya, kelucuan itu tak dapat menutupi keterkejutan seorang Soo Bin.

"Tiba-tiba?"

"Kaki ku sudah sembuh, Soo Bin-ssi. Jadi kita tidak ada lagi hubungan pekerjaan. Aku ingin memanggilmu layaknya seorang laki-laki yang memanggil seorang perempuan yang lebih tua darinya. Bolehkah?. Kau juga bisa memanggil ku dengan sapaan biasa. Bukan sapaan formal."

Love Medicine | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang