3. Tatapan Pertama

8.2K 554 10
                                    

#Skip

Beberapa bulan setelah kepergian Adit maka Tania pun mencoba untuk bangkit dan menata kehidupannya kembali, ia berusaha menjalani kehidupan normalnya seperti biasa. Meski telah menata kembali kehidupannya namun sesekali Tania masih nampak bersedih kala ia teringat sang kekasih yang telah pergi meninggalkannya.

Pulang dari butiknya Tania menuju sebuah cafe untuk bertemu sahabatnya yang bernama Feli, sahabat yang telah lama tidak bertemu dengannya.

Dari kejauhan Feli tersenyum dan melambaikan tangan pada Tania.

"Hai sayangku apa kabar" ucap Feli, ia mencium pipi kiri dan kanan Tania.
"Ya begitulah, hai cantik" Tania kemudian menyapa gadis kecil yang sedang asik menikmati es krimnya.
"Asik sendiri dia" Feli menatap Cila putrinya yang berusia empat tahun tersebut.

Tania memesan kopi favoritnya, kemudian berbincang santai dengan sang sahabat. Feli menatap wajah sendu sang sahabat terlihat masih ada kesedihan di sana.

"Lo masih sedih aja, move on Tan" ucap Feli.
"Gue sudah berusaha Fel, tapi bayangan Adit selalu ada di pelupuk mata gue" ucap Tania.
"Move on gak berarti lo harus melupakan dia, lo hanya cukup menyimpan namanya di sudut hati lo, dan cobalah buka hati lo untuk pria baru" ucap Feli.
"Untuk yang satu itu, gue belum bisa sepertinya Fel. Gue masih merasa berduka setelah kepergian Adit" ucap Tania.
"Ini sudah lima bulan Tan, ayolah jangan berlarut-larut, hidup harus terus berjalan. Lagi pula Adit di sana akan sedih ketika melihat lo seperti ini" ucap Feli.

Tania diam ia hanya tersenyum tipis.

"Atau mungkin lo mau gue kenalkan sama seseorang, mas Ari teman-temannya banyak kok yang masih single, siapa tau cocok sama lo" ucap Feli.
"Apaan sih lo, gue bisa cari sendiri kali" omel Tania.
"Ya sudah ayo dong cari" ucap Feli.
"Gak secepat itu juga kali Fel, gue masih pengen sendiri dulu" ucap Tania.
"Jangan kelamaan sendirinya, nanti keenakan lo" ucap Feli.

Pandangan Feli tertuju pada seorang pria yang asik duduk sendiri di salah satu pojok cafe, pria itu menikmati kopinya sambil menatap hiruk pikuk kota Jakarta di sore hari.

"Tan lihat deh cowok yang dipojok itu, ganteng ya" bisik Feli.

Tania menoleh ke arah pojok yang ditunjukkan Feli, dan tepat saat itu pria yang berada di ujung sana pun menatap ke arahnya hingga mereka beradu pandangan.

"Ih gak biasa aja" ucap Tania setelah memalingkan kembali wajahnya ke arah sang sahabat.
"Ganteng Tan, dia sempurna banget, lihat deh hidung mancungnya, rahang tegasnya, dan tatapan matanya yang tajam. Duh pasti tuh cowok panas banget kalau di atas ranjang" ucap Feli.
"Hehh ingat lo sudah punya laki, ngapain ngebayangin di atas ranjang sama cowok lain, cowok yang gak lo kenal pula" omel Tania.
"Bagaimana kalau lo kenalan sama dia, ganteng loh Tan" ucap Feli.
"Ih apaan sih lo" omel Tania.
"Lumayan Tan sebagai gandengan" ucap Feli.
"Makin ngaco lo" omel Tania lagi.

Pria yang berada di pojok sana yang tak lain adalah Rendra Alfahri, pria itu tengah asik menikmati kopi dan rokoknya, sesekali ia mengecek handphonenya melihat sosial media yang dimilikinya. Pria yang telah menduda itu tengah menunggu seseorang, tak lama perempuan yang ditunggunya pun datang.

"Hai Ren maaf lama, macet nak" ucap Dian seorang perempuan paruh baya yang tak lain adalah mamanya Rendra.
"Iya gapapa, ada apa mama mengajakku kemari?" tanya Rendra.
"Kita tunggu sebentar ya, mama janjian sama seseorang" ucap Dian.
"Siapa?" tanya Rendra.
"Ada deh, nanti kamu akan tau" ucap sang mama.
"Kalau yang mama maksud adalah seorang perempuan maaf mah aku gak tertarik" ucap Rendra tak suka.
"Ren ayolah, move on dari perempuan peselingkuh itu. Buktikan padanya bahwa kamu bisa dengan mudah mendapatkan penggantinya" ucap Dian pada putranya.
"Tidak semudah itu mah, aku gak bisa semudah itu menjalin hubungan dengan perempuan yang tidak kukenal.
"Makanya kenalan dulu, siapa tau kalian cocok" ucap Dian.

Rendra pasrah saja saat  seorang perempuan kenalan mamanya datang mereka pun saling berjabat tangan dan saling mengenal. Dian tersenyum, ia berharap Rendra dan Siska bisa akrab dan cocok dalam segala hal, ia juga berharap dua orang tersebut bisa berjodoh.

Sementara itu di meja lainnya Feli dan Tania tengah berbisik.

"Oh itu mamanya sepertinya Tan, mau dijodohkan dengan perempuan itu sepertinya" bisik Feli.
"Memang gue peduli?" ucap Tania cuek.
"Ah elah lo Tan... gue curiga apa jangan-jangan lo sudah hilang rasa ya sama cowok, ih takut gue sama lo" ucap Feli bercanda.
"Apaan sih lo, lo pikir gue gak normal" omel Tania.
"Bercanda sayangku" ucap Feli.

Dua sahabat itu kemudian berpisah, Tania segera pulang ke rumahnya begitu pun Feli bersama sang putri yang juga pulang ke rumah mereka.

♥♥♥

3
6/7/2020

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang