Gina tertunduk dihadapan kedua orang tuanya setelah Rendra menjelaskan semuanya, terlihat kekecewaan di wajah mama dan papanya melihat putri satu-satunya yang begitu liar.
"Kamu sadar apa yang kamu lakukan Gina?" geram Ghian papa Gina.
"Maaf pah" Gina tertunduk.
"Memalukan, kamu benar-benar mencoreng nama keluarga. Bagaimana bisa kamu hamil bersama pria lain sementara kamu sudah bersuami, kamu tidak menghormati suamimu, dosa besar Gina" geram Ghian lagi.Gina terdiam tak dapat berkata apa pun lagi, ia seolah membisu dihadapan orang tuanya.
"Aku mundur pah aku gak bisa melanjutkan rumah tangga ini, aku kembalikan Gina ke papa dan mama" ucap Rendra yang sangat hancur perasaannya.
"Ren... ini bisa dibicarakan baik-baik" ucap Diana mamanya Gina.
"Mau dibicarakan seperti apa lagi mah, dia hamil anak pria lain dan apa yang Gina lakukan sudah diluar batas, dan maaf aku gak bisa melanjutkan pernikahan ini" ucap Rendra.
"Yank maaf" Gina akhirnya buka suara.
"Secepatnya aku akan mengurus perceraian kita" ucap Rendra.
"Ren tidak bisakah kita bicara dulu" ucap Ghian.
"Aku pamit pah" Rendra tak menghiraukan ucapan sang mertua, ia pun berlalu pergi dari tempat itu.Ghian menatap marah putrinya.
"Apa kurangnya suamimu selama ini Gina? apa kurangnya dia? dia baik, bertanggung jawab padamu selama ini, kamu bahkan tak kekurangan sedikit pun hidup bersamanya" geram Ghian.
"Aku kesepian pah..."
"Kesepian bukan alasan yang tepat untuk kamu berselingkuh. Dan apa pun alasannya selingkuh adalah sebuah kesalahan dan siapa pun tidak akan membenarkannya" geram Ghian.
"Siapa pria itu nak, sampaikan padanya tentang kehamilanmu" ucap Gina.
"Dia gak akan mungkin bertanggung jawab mah, dia sudah punya keluarga sendiri" ucap Gina tertunduk.
"Astaga Gina" Ghian tertunduk mendengar ucapan sang putri.---
Tania kembali membeku di tempatnya begitu mendapat kabar tentang jatuhnya pesawat sang kekasih yang jatuh di tengah laut, air mata Tania jatuh bersamaan dengan tubuhnya yang juga limbung ke lantai. Tania tak kuasa dengan kenyataan yang didapatnya kekasih yang dicintainya yang beberapa hari lagi akan sah menjadi suaminya kini justru telah pergi untuk selamanya bersama penumpang yang diangkutnya.
Bukan hanya Tania yang bersedih, seluruh keluarga pun ikut bersedih begitu mengetahui kabar buruk itu.
Tania tersadar dari pingsannya ia seperti orang linglung dan langsung mencari Adit sang tunangan.
"Adit mana mah? Adit mana?" tanya Tania histeris.
"Tania tenangkan dirimu sayang. Marcel sudah tenang di sana" ucap Hesti, perempuan paruh baya itu menenangkan putri bungsunya.
"Enggak Mah, Adit masih terbang dia hanya belum pulang, dia pasti pulang, dia gak mungkin mengingkari janjinya untuk menikahiku, Adit bukan pria yang suka ingkar janji" ucap Tania berapi-api.
"Iya mama tau Adit bukan tipe pria seperti itu" ucap Hesti seraya memeluk putrinya.Di hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya jenazah Marcel baru ditemukan setelah terombang-ambing di lautan luas, setelah dilakukan beberapa pendataan jenazahnya langsung dijemput keluarga dan segera diantarkan ke pemakaman.
Hari yang serharusnya menjadi hari bahagia untuk Tania dan Adit justru menjadi hari penuh duka, mereka justru mengumpulkan semua orang dalam rangka berkabung dan berduka atas meninggalnya mempelai pria tersebut dalam musibah jatuhnya pesawat yang dibawanya yang juga menewaskan seluruh awak kabin dan penumpang yang diangkutnya.
Tania duduk di kursi terdepan bersama anggota keluarga Marcel, kaca mata hitam bertengger di hidung mancung perempuan itu untuk menutupi matanya yang sembab.
Tangis Tania tak terbendung lagi kala melihat peti yang berisi jenazah Adit memasuki liang lahat, isakannya tak dapat ia tahan lagi, prianya yang selama beberapa tahun ini bersamanya, mengukir kebahagiaan bersama kini telah pergi lebih dulu untuk selamanya.
Satu persatu para pelayat pergi meninggalkan area pemakaman termasuk keluarga dan juga Tania. Tiba di rumah Tania langsung di antarkan ke kamarnya, ia duduk ditepi ranjang menatap figura foto dirinya dan Adit yang berada di atas nakas.
"Rencana kita memang indah sayang tapi rencana Tuhan jauh lebih indah untukmu, kamu lebih dulu pergi menghadapNya, menghadap Dia yang lebih mencintaimu" ucap Tania seraya mengusap wajah Adit dalam foto itu.
Isakan masih terdengar keluar dari bibir Tania, ia merasa separuh jiwanya telah pergi bersama Adit.
Hesti memasuki kamar sang putri, ia membawakan segelas air putih untuk putri cantiknya tersebut.
"Minumlah sayang, tenangkan dirimu" ucap Hesti seraya memberikan gelas yang dibawanya.
"Terima kasih mah" ucap Tania sendu setelah menenggak air putih tersebut.
"Sudah ya, cobalah untuk ikhlas, Adit sudah tenang di sana" ucap sang mama.
"Iya Tan, ikhlaslah... karena Adit pun akan sedih ketika tau lo terus berduka seperti ini" ucap Bianca kakaknya Tania.
"Bicara memang gampang kak, lo gak merasakan diposisi gue. Hari ini yang seharusnya jadi hari bahagia buat gue dan tiba-tiba semuanya berubah, gue justru mengantarkan dia ke peristirahatan terakhirnya" isak Tania.Bianca mendekat dan memeluk sang adik.
"Gue tau apa yang lo rasakan Tania, beban lo begitu berat, gue pun ikut merasa kehilangan. Tapi hidup harus terus berjalan dek, lo gak bisa kalau terus meratap seperti ini" ucap Bianca.
"Sudahlah Bi, biarkan Tania menenangkan pikirannya dulu" ucap sang mama.
"Istirahatlah Tan, lo cukup banyak menangis hari ini pasti melelahkan" ucap Bianca pada adiknya.
"Aunty" teriak Clarisa, gadis cantik berusia tiga tahun.
"Hei sayang ayo keluar, jangan ganggu auntymu" ucap Bianca pada putrinya.♥♥♥
2
2/7/2020
