MEMANAH?

22 4 0
                                    

🎗️❤️❤️🎗️

"Dirimu selalu mengisi pikiranku, mulai dari Detik, Menit, dan Jam. Bahkan, Aku tak tahu kapan ini berakhir,"

🎗️❤️❤️🎗️

"Aduh" Suara yang keluar dari mulut Dika dan wanita itu.

Dalam posisi jatuh nya, Dika menoleh kearah muka wanita tersebut, wanita itu juga menoleh ke muka Dika. Entah apa yang terjadi, Dia adalah Khadijah. Jatuh kedua kalinya membuat Dika terheran dan bingung. mereka segera berdiri dari tanah dan rumput.

"Khadijah?" heran Dika sambil menunjuk hadapan Khadijah.

"Mas Dika?" Balik heran Khadijah.

****

Lapangan terlihat begitu ramai, anak panah yang melaju kencang dan tepat sasaran terlihat, terlihat wanita-wanita yang sedang menarik busur panah sambil mengeker agar tepat tujuan.

Kini Dika di ajak melihat Khadijah memainkan panah tersebut, melihat Khadijah yang sangat fokus dengan sasarannya, membuat Dika penasaran.

"Fwuuuhhhh"

Suara anak panah yang melaju dan menancap di sasaran, membuat Dika sangat terpana dengan skil Khadijah.

"Mau coba mas?" Ajak Khadijah menyodorkan busur panahnya ke mas Dika.

"Memangnya boleh?" Tanya Dika dengan ragu.

"Boleh kok" jawab Khadijah dengan manis.

Dika mulai mengambil satu anak panah dan memasangnya di busur panah milik Khadijah, Dika mulai menarik dan melepaskan tarikannya.

"Fhwuuuhhhh"

Suara anak panah yang sedang melaju kencang dari busur yang sedang di pakai Dika. Anak panah itu menancap di lingkaran paling pinggir. Rasa malu itu datang menghampiri Dika.

Khadijah tersenyum dan berkata : "kunci kesuksesan adalah tabah mas, ketika kita tabah dan berdoa, insyaallah kita akan berhasil"

Mendengar kata kata itu Dika menoleh ke hadapan Khadijah, "Khadijah, ajarkan aku islam lebih dalam," Mohon Dika.

"Aku hanyalah wanita biasa mas, seperti wanita-wanita yang lain," kata Khadijah dengan jujur.

"Tidak Khadijah, engkau wanita yang shalihah," balas Dika tak mau kalah.

"Mari kita makan dulu mas" ajak Khadijah memotong pembicaraan.

Dika menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mau.

***

"Bang Elon! Mie ayamnya dua!" Panggil Khadijah

"Siap ukhti👌," jawab bang Elon

Memesan Dua mangkok Mie ayam dan duduk di kursi dengan bersamping sampingan, tetapi masih berjaga jarak, Dika dan Khadijah kini makin akrab.

"Udah lama main panahan?" Tanya Dika sambil menunggu mie ayam di antar.

"Dari kecil aku dia ajarkan Abi ku memanah, kata beliau memanah adalah sunnah Rasulullah," jelas Khadijah.

"Owh...," Paham Dika.

Suasana menjadi semakin akrab, mereka berdua mengobrol dengan sangat akrab.

"Mas, kalau mas mau belajar agama, nanti malam ada kajian di Blok M, mau ikut?" Tanya Khadijah.

"Mauu, tapi Blok M itu jauh, naik apa?" Tanya balik Dika dengan semangat 45.

"Busway, nanti malam ketemuan di terminal ya! Habis Maghrib," balas Khadijah sangat senang.

"Insyaallah," jawab Dika sangat semangat.

"Ini ukhti, sama mas nya," kata bang Elon dengan menaruhkan dua mangkok mie ayam di atas meja.

"Syukron bang Elon," kata Khadijah berterimakasih.

Mie ayam terlihat sangat enak dan sedap membuat Dika yang sudah lapar dari tadi rasanya ingin langsung menyantapnya tanpa doa.

"Mas..pimpin doanya yukk," ajak Khadijah sambil mengangkat kedua tanganya.

Dika yang sudah menyodorkan mie itu tepat di depan mulut yang sudah terbuka tersipu malu. Bahkan sangat malu.

"Eh...hehe," Malu Dika dengan sangat tersipu.

Dengan sedikit agak lupa, dika terbata-bata membacakan doa itu. Bagaimana tidak, Dika sudah lama tidak menggunakan doa itu, mungkin terakhir kalinya saat dia SD.

Kata demi kata dibantu Khadijah untuk melafazkan nya, layaknya guru yang mengajarkan mengeja.

Dika di buat malu bertubi-tubi, pipi merah dan wajah agak ceming terlihat jelas di mukanya.

Doa selesai dengan mengusap kedua tangan ke muka dengan kata "Amiin..".

"Gak apa apa kok mas, namanya juga belajar, semangat," nasihat Khadijah dengan semangatnya.

Dika menjawabnya dengan isyarat, menganggukkan kepalanya dengan sangat malu. Keduanya mulai menyantap hidangan yang ada di meja.

Selesai makan✨


"Oh iya mas, mas Dika tau nomor ku dari mana?" Tanya Khadijah sambil berjalan entah ingin kemana dengan Dika.

"Emmm, Violet, tapi gak apa-apa kan, Khadijah?" Tanya balik Dika dengan ragu.

"Ohh, gak apa-apa kok mas Dika," izin Khadijah kepada Dika.

Kini mereka duduk di kursi yang tersedia di dekat lapangan kota. Dika ingin menyampaikan isi hatinya kepada Khadijah. Tapi rasa malu dan ragu hadir sangat cepat, rasa ingin memberi tau isi hatinya sangat lah memicunya.

'emmm kasih tau gak ya?' batin Dika dengan ragu, bahkan sangat ragu.

"Ada Apa mas?" Tanya Khadijah heran ketika melihat Dika melamun

"Eh...Gak papa,"

Khadijah mengangguk sebagai tanda mengerti dan memaklumi.

"Sebaiknya kita pulang dulu," ajak Khadijah membuyarkan lamunan Dika.

Mereka pulang walaupun tidak bersama, tetapi Khadijah selalu tetap ada di hati Dika. Sepanjang jalan Dika menghayal tentang masa depan dirinya dengan Khadijah. Seperti biasa saat Dika melamun pasti saja tersasar.

Bersambung...

Biarkan saja cerita ini putus tanpa ada rasa penasaran, habis author nya capek.. terbaik deh buat kalian.

Muah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Khadijah:Ajarkan Aku Islam Lebih DalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang